Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jika Gen Z Kecanduan Gula, Apa Ini Mengkhawatirkan?

10 Oktober 2024   11:47 Diperbarui: 19 Oktober 2024   14:19 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kalangan anak muda, kerusakan gigi ini menjadi masalah yang cukup umum karena kebiasaan mengonsumsi minuman manis, terutama minuman bersoda dan jus kemasan. 

Gula memberi makan bakteri di dalam mulut, yang kemudian menghasilkan asam yang merusak enamel gigi. Jika kebiasaan ini dibiarkan tanpa ada tindakan pencegahan seperti mengurangi konsumsi gula dan menjaga kebersihan gigi, maka risiko kehilangan gigi pada usia muda akan semakin besar.

Dampak Gula Terhadap Kesehatan Mental Gen Z

Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, konsumsi gula berlebih juga memiliki efek yang serius terhadap kesehatan mental. Studi ilmiah telah menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi gula tinggi dengan peningkatan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan suasana hati. 

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Public Health Journal, remaja yang mengonsumsi makanan tinggi gula lebih cenderung mengalami gejala depresi dan gangguan suasana hati dibandingkan mereka yang pola makannya lebih seimbang.

Ini terjadi karena gula memiliki efek langsung pada kadar insulin dan dopamin di dalam otak. Gula memberikan sensasi kenikmatan yang sementara karena memicu peningkatan produksi dopamin, sebuah neurotransmitter yang berkaitan dengan perasaan bahagia. 

Namun, setelah kadar gula turun, otak merespons dengan menciptakan perasaan kelelahan, iritasi, atau bahkan depresi. Inilah yang sering disebut sebagai sugar crash, dan ketika terjadi berulang kali, hal ini bisa memicu ketergantungan emosional terhadap gula.

Lebih parah lagi, bagi Gen Z yang sedang berada dalam masa transisi penting dalam perkembangan kognitif dan emosional, dampak buruk ini dapat memengaruhi kualitas hidup mereka. 

Gangguan tidur akibat konsumsi gula berlebih juga menjadi masalah yang serius. Gula dapat meningkatkan tingkat energi secara mendadak, yang kemudian mengganggu siklus tidur alami. 

Akibatnya, banyak remaja yang mengalami insomnia atau tidur yang tidak berkualitas, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas, fokus belajar, dan kesehatan mental secara keseluruhan.

Pemasaran Agresif dan Budaya Konsumsi Gula

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun