Sering kali dalam hubungan asmara, kita mendengar ungkapan bahwa lelaki harus selalu mengalah demi menjaga keharmonisan. Seolah-olah, pengorbanan dalam hubungan lebih menjadi tanggung jawab lelaki.Â
Namun, pertanyaan penting yang perlu kita renungkan adalah, apakah benar lelaki memang harus selalu mengalah? Apakah prinsip ini benar-benar membawa kebaikan dalam jangka panjang, atau justru menjadi sumber masalah yang bakalan meledak kapan saja?
Dalam masyarakat kita, masih sering ada pandangan bahwa lelaki harus kuat, sabar, dan mengesampingkan perasaannya demi kebahagiaan pasangan.Â
Jika terjadi konflik, lelaki diharapkan untuk mundur atau mengalah, sementara wanita cenderung diberikan ruang untuk menyampaikan emosinya.Â
Padahal, mengalah terus-menerus bukanlah solusi jangka panjang yang sehat. Hubungan yang seimbang membutuhkan usaha dari kedua belah pihak, bukan hanya tanggung jawab salah satu.
Mengapa Lelaki Tidak Harus Selalu Mengalah?
Jika kita melihat hubungan dari perspektif yang lebih luas, keadilan dan keseimbangan menjadi kunci utama. Ketika lelaki terus-menerus mengalah, mereka mungkin merasa terbebani secara emosional.Â
Rasa frustrasi yang tidak diungkapkan atau ditekan bisa memunculkan perasaan tidak dihargai dan mungkin akan menimbulkan masalah baru misalnya perselingkuhan.Â
Dalam jangka panjang, ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosionalnya. Studi menunjukkan bahwa hubungan yang tidak setara, di mana salah satu pihak selalu harus mengalah, dapat menyebabkan stres dan gangguan psikologis, baik bagi lelaki maupun wanita.Â
Misalnya, menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Personality and Social Psychology, pasangan yang merasa tidak seimbang dalam hubungan lebih cenderung mengalami ketidakpuasan dalam jangka panjang.