Jangan pernah lelah mencintai negeri ini. Bagi yang belum pernah mendengarnya, rangkaian kata penyemangat ini adalah kalimat yang sering diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Menkeu SMI). Saya sendiri pertama kali mendengarnya pada tahun 2010, saat beliau berpidato untuk “pamitan” pada saat hendak berangkat ke World Bank.
Kalimat tersebut juga dibuktikannya sendiri dengan konsisten. Beliau benar-benar “walk the talk” dengan menjalankan apa yang diucapkan. Beruntung bagi saya yang karena tugas dari kantor dapat mendampingi beliau pada saat-saat tertentu, sehingga saya dapat membuktikan hal tersebut. Berikut saya rangkum kegiatan beliau selama seminggu terakhir tanggal 16-24 Maret 2017.
Jerman Barat 16-18 Maret 2017
Minggu ini adalah minggu yang sangat padat bagi Menkeu SMI. Diawali dengan kehadiran beliau di Baden-Baden sebuah kota kecil di Negara bagian Baden-Württemberg Jerman Barat. Kehadirannya dalam rangka pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral pada tanggal 17-18 Maret, 2017.
Acara sidang yang mulanya berlangsung serius kemudian berubah menjadi lebih terbuka, ketika Menkeu SMI melontarkan pandangannya, mempertanyakan komitmen G20 dalam memelihara kerja sama global untuk menciptakan kestabilan keuangan global yang berlandaskan pada azas keadilan dan peraturan yang disepakati bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama yang adil. Meskipun di komunike bidang perdagangan tidak tercapai kesepakatan, para Menteri mendorong negara anggota G20 untuk mempertegas komitmen mendukung strategi pertumbuhan yang lebih kuat, berkesinambungan, berimbang dan inklusif untuk menjaga momentum pertumbuhan global dalam jangka panjang.
Menkeu SMI juga menegaskan posisi Indonesia tentang perlunya kerja sama perpajakan internasional untuk mengatasi penghindaran pajak. Dengan dilakukannya Tax Amnesty dapat ditunjukkan bahwa banyak wajib pajak Indonesia yang selama ini tidak mendeklarasikan aset dan pendapatan yang disimpan di luar negeri. Ditegaskan juga mengenai kewajiban pajak “digital economy” harus adil dan bagian terbesarnya harus dinikmati oleh negara yang menjadi lokasi kegiatan transaksinya, bukan dimana perusahaan tersebut terdaftar.
Peran aktif Menkeu SMI sangat nyata dalam sidang ini dan jelas-jelas membela kepentingan Republik Indonesia agar tidak lagi dianggap remeh oleh negara-negara maju. Selesai sidang tersebut, beliau juga langsung meminta para jajarannya untuk menyiapkan siaran pers hasil sidang tersebut yang akan dikirimkan ke Jakarta. Kami yang di Jakarta stand by dan menunggu hasil siaran pers berikut juga foto-fotonya untuk kami langsung upload dan share di situs dan medsos Kemenkeu.
London 19-20 Maret 2017
Agenda utama di London adalah untuk melakukan road show Global Sukuk dan juga beberapa kegiatan lainnya. Salah satunya adalah pertemuan dengan para calon investor yang diprakarsai oleh Young Indonesia Professionals’ Association (YIPA) dan Bloomberg yang bertemakan Indonesian Economics Outlook 2017. Acara ini dihadiri oleh 200 lebih investor dan pengusaha berbasis di pusat finansial di Eropa dan merupakan platform yang baik untuk menceritakan perkembangan ekonomi Indonesia dan prospek investasi Inggris di Indonesia.
Beliau mengajak langsung para pemilik modal untuk berkunjung dan berinvestasi di Indonesia. Pada bagian akhir pidatonya, Menkeu mengungkapkan:“ASEAN is vibrant and Indonesia is the biggest and most important player in ASEAN. Furthermore, the government of Indonesia invites and welcomes not only capital, but also people. Indonesia is a diverse country that is very rich in culture and value - we really want to maintain this diversity to become the true asset to the world.”
Pada hari itu juga dilakukan wawancara dengan majalah Financial Times dan TV Bloomberg yang menanyakan tentang banyak hal terkait prospek perekonomian di Indonesia. Setelah selesai semua acara di London, beliau pulang ke Indonesia tanggal 20 Maret malam hari. Selama beliau dalam perjalanan pulang, kami di Indonesia menyiapkan peliputan acara dan speech beliau tersebut untuk ditayangkan pada situs resmi Kemenkeu.
Menkeu RI beserta rombongan tiba di Jakarta hari Selasa 21 Maret 2017 pada malam hari. Tanpa ada waktu istirahat, beliau sudah hadir kembali di acara Sewindu PT Sarana Multi Infrastruktur di Ritz Carlton Pacific Place untuk memberikan Keynote Speech pada Rabu 22 Maret 2017 pukul 9 pagi. Dengan semangat, ibu Menkeu menyampaikan tentang pentingnya memperkuat pondasi ekonomi agar kita mampu untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, dan juga dapat menahan sumber ketidakpastian yang berasal dari lingkungan internasional. Kondisi global yang penuh ketidakpastian harus dihadapi dengan memperkuat Indonesia dengan sumber-sumber pertumbuhan dari dalam negeri. Untuk dapat mengoptimalkan sumber pertumbuhan domestik, infrastruktur menjadi salah satu bentuk investasi penting untuk menjaga momentum pertumbuhan.
Dalam Rapim yang berlangsung mulai dari jam 11.00 , Menkeu juga menyampaikan banyak hal tentang hasil pertemuan G20. Di antaranya adalah ketika Amerika Serikat bersikukuh untuk melaksanakan perintah Presiden Trump terkait kebijakan proteksionisme dan anti climate change. Jajaran Kemenkeu diminta untuk mempelajari dampak dari kebijakan tersebut bagi Indonesia. Suatu issue global yang juga harus dipikirkan oleh Indonesia.
Saya sendiri sempat khawatir karena Rapim berlangsung seru dan panjang, sementara wartawan sudah banyak yang hadir untuk konferensi pers. Agenda berikutnya juga sudah menunggu, jam 13.30 sudah harus rapat kabinet dengan Presiden Jokowi di istana. Dengan ketatnya waktu, makan siangpun dilakukan sambil rapat oleh Menkeu dan seluruh yang hadir. Jam 13.00 Rapimpun selesai dan persiapan konferensi pers. Namun ada satu agenda yang belum selesai dan akan dilanjutkan lagi rapatnya setelah dari istana jam 18.00 di BPPK Jalan Purnawarman.
Tanpa beristirahat, konferensi pers dimulai jam 13.15 dan membahas tentang hasil sidang para Menteri Keuangan G20 di Jerman. Selain untuk menyampaikan hasilnya, ini adalah bentuk tanggungjawab Menkeu sebagai pejabat publik atas perjalan dinas yang dilakukannya.
Untung saja Rapat Terbatas dengan presiden diundur menjadi pukul 14.00 , jadi Menkeu masih sempat melakukan tanya jawab dengan pers. Setelah itu, Menkeu langsung berangkat ke istana untuk menghadiri 3 (tiga) Rapat Terbatas yang berbeda di tempat yang sama. Dengan jabatannya sebagai Menteri Keuangan, hampir semua rapat terbatas kabinet Jokowi membutuhkan kehadirannya. Karena semua pembahasan kegiatan pemerintahan pasti akan membutuhan anggaran yang menjadi tanggung jawab Menkeu.
Sejak pukul 17.30 sudah mulai berdatangan para pejabat eselon 1 Kemenkeu beserta jajarannya di Badan Pendidikan dan Pelatihan (BPPK) Jakarta Selatan untuk melanjutkan rapat pimpinan yang tertunda. Ternyata rapat terbatas di Istana bersama Presiden Jokowi juga baru selesai pukul 18.00 dan Menkeu segera meluncur ke BPPK. Setibanya di BPPK, beliau masih menerima tamu dan setelah itu makan malam bersama peserta rapat sampai dengan pukul 19.30
Rapim malam itu membahas mengenai evaluasi terhadap anggaran belanja Kementerian Keuangan. Tidak terlihat lelah karena malamnya baru tiba dari London, dengan semangat Menkeu SMI meminta seluruh jajaran Kemenkeu untuk melakukan efisiensi dan agar seluruh unit eselon satu Kemenkeu memberikan contoh yang baik bagi Kementerian yang lain dalam hal penggunaan anggaran. Rapat pimpinan ankhirnya selesai pukul 21.30
Jakarta Kamis 23 Maret 2017
Kamis ini diawali dengan pertemuan dengan Melinda Gates, istri dari Bill Gates pemilik Microsoft. Pertemuan yang berlangsung di ruang VIP Bandara Halim, juga dihadiri oleh Presiden Jokowi dan istri yang hendak berangkat menuju kunjungan dinas ke daerah. Menko Perekonomian Darmin Nasution juga hadir di sana. Pertemuan Menkeu dengan Melinda Gates membahas mengenai financial technology dan program inklusi keuangan. Setelah pertemuan itu, Menkeu SMI bersama satu mobil dengan Melinda Gates menuju Jakarta Convention Center (JCC) untuk memberikan keynote speech pada acara Financial Technology Inclusion Forum yang diadakan oleh Bill & Melinda Gates Foundation, serta Omidyar Network.
Setelah itu, kami langsung menuju gedung DPR untuk mengadakan rapat kerja dengan Komisi VI. Mitra kerja Kementerian Keuangan adalah Komisi XI DPR. Sebenarnya rapat ini adalah tugasnya Meneg BUMN, namun karena adanya perselisihan, Komisi VI sejak pertengahan tahun 2016 tidak mau menerima Meneg BUMN dan presiden Jokowi menunjuk Menkeu untuk mewakili. Raker ini membahas evaluasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2016 dan rencana kegiatan Kementerian BUMN di 2017, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2016.
Rapat kerja sendiri berlangsung lama dan alot sampai dengan jam 15.00 WIB. Pembahasan terkait evaluasi 2016 dan rencana belanja 2017 Kemeneg BUMN sendiri dibahas dengan cepat. Namun wacana pembentukan holding company untuk BUMN yang menggunakan PP Nomor 72 tahun 2016 banyak dipertanyakan DPR. Keberatan anggota dewan mulai dari kewenangan Menteri BUMN sampai dengan kekhawatiran adanya penyelewengan anggaran melalui company tersebut.
Lucunya, ada juga anggota Komisi VI yang menanyakan efektifitas kehadiran Menkeu dalam raker yang membahas tentang BUMN. Loh….Pak… yang menolak Meneg BUMN khan Komisi VI sendiri. Untungnya Menkeu SMI tetap menjawab semua pertanyaan dengan tenang dan mantab. Terutama ketika menjawab pertanyaan tentang perekonomian Indonesia, serasa melihat dosen yang sedang mengajar mahasiswanya.
Selesai dari DPR, Menkeu kembali ke kantor. Acara berikutnya sudah menunggu di pukul 17.00 yaitu memberikan arahan pada pembukaan rapat nasional Ditjen Perbendaharaan. Selesai acara tersebut, beliau mengadakan pertemuan dengan panitia seleksi Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan sampai dengan malam hari.
Bandung Jumat 24 Maret 2017
Agenda utama Menkeu pada hari Jumat ini adalah memberikan kuliah umum di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Dengan didampingi oleh Sekjen, Irjen dan Kepala BPPK, Menkeu SMI berangkat menuju Bandung dengan menggunakan kereta api. Di dalam kereta, masih juga dilakukan pembahasan mengenai pekerjaan di lingkup Kemenkeu.
Pada kesempatan itu, Menkeu meminta seluruh mahasiswa dan civitas akademi untuk ikut mengawasi dan memonitor pelaksanaan/implementasi anggaran pembangunan. Ini semua agar uang yang dibayar oleh seluruh elemen masyarakat melalui pajak dapat dipertanggungjawabkan penggunaan anggarannya. Para mahasiswa adalah pemegang tongkat estafet dari para pendiri bangsa ini untuk melanjutkan pembangunan negara dan nantinya menyiapkan juga untuk pemegang tongkat estafet berikutnya. Ini adalah suatu kehormatan , keistimewaan sehingga pada saat kita menerima tongkat estafet tersebut harus dengan semangat dan ambisi yang tinggi untuk membangun negeri.
Jangan pernah lelah dan putus asa mencintai negeri ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H