Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bokor (2)

6 April 2019   17:27 Diperbarui: 6 April 2019   17:31 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BOKOR - Bounce Kite Orange

Mereka pun akhirnya menetap di dekat danau Sapanca dan berbagi penggarapan kebun dengan kakek Kemal yang beralih ke pengadaan ternak sambil membesarkan bayi yang mereka temukan itu seperti anak mereka sendiri. Karena pada saat itu mereka pasangan setengah baya yang telah kehilangan anak mereka seperti kakaknya Kemal yang juga kehilangan seluruh keluarganya dalam prahara kaum proletar dengan borjuis . Mereka pun memberinya nama Turuncu Narenciye. Ia tumbuh menjadi gadis periang dan lemah-lembut.

Dua belas tahun pun berlalu, dan sosial-politik  Turki kembali bergolak hebat ditandai oleh perseteruan gerakan satir dan separatis antara perlawanan kaum proletar melawan kaum borjuis. Wilayah pegunungan Ararat di tenggara Turki kembali ramai oleh raungan gerakan militansi. Sementara di Sakarya pun tidak luput dari tragedi, para mafia berdasi mulai ber-egosiasi menyusupi birokrasi dan mengekspansi ambisi mereka pada wilayah tersebut. Pada masa kekacauan itu, mereka dikagetkan oleh kegaduhan di tengah malam. Ayah angkat Narenciye pun bergegas keluar menyelidiki sambil membawa senjata, sementara Narenciye yang ikut terjaga pun mengintip dari balik tirai jendela sambil didekap oleh ibu angkatnya.

Ayah angkat Narenciye mendapati sosok sepasang pria dan wanita dari arah suara deru mesin mobil yang di matikan. Kemudian tampak mereka berinteraksi cukup lama dengan akhirnya Ayah angkat Narenciye membawa sesosok bayi mungil yang sedang tertidur dalam gulungan kain lampin. Ia meminta Ibu angkat Narenciye untuk membawanya ke dalam rumah, kemudian ia kembali lagi keluar menuju arah yang sama. Tak lama kemudian keramaian kembali terjadi, sepasukan aparat mengepung tempat mereka tinggal. Warga sekitar mereka pun mulai terjaga dari kegaduhan ini dengan lampu-lampu rumah mereka mulai menyala dengan tirai-tirai jendela yang disingkap.

Ayah angkat Narenciye kemudian ditangkap dan dituduh berkomplot dengan orang-orang yang baru saja ditemuinya itu yang ternyata tewas saat ayah Narenciye kembali menemui mereka. Ibu angkatnya yang ketakutan itu menyuruh Narenciye mengamankan bayi itu di tempat yang tersembunyi. Sementara Ibu angkatnya bergegas menemui rombongan aparat lain yang mulai menggedor pintu rumah dan kemudian menginterogasi  mereka. Ibu angkat Narenciye berusaha menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya, namun tetap saja rombongan aparat membawanya ke markas mereka. Hari berikutnya hingga kini tidak pernah lagi ada kabar  bagaimana dan di mana Ayah angkat Narenciye. Sampai akhir hayatnya, Ibu angkat Narenciye berusaha mencari informasi melalui pihak aparat terdekat hingga yang terjauh disambanginhya tetap sia-sia saja keberadaan suaminya menghilang bagaikan ditelan Bumi. Sejak saat itu juga keriangan Narenciye pudar.

Bayi yang malang itu kemudian diberi nama Turuncu Limonata, karena bayi itu tertawa riang  meraih segelas limun Narenciye dengan wajah bersemu jingga saat Narenciye sedang membantu  sang Ibu angkat menyajikan sirup Limun dan iseng menawarkan bayi itu dari segelas sirup limun yang dipegangnya. Walaupun mencoba terhibur  ditambah kehadiran Limonata meramaikan kehidupannya, tetap saja ia masih belum rela kehilangan suaminya dan selalu merindukannya.

Narenciye yang terkadang mendapati Ibu angkatnya murung saat sedang sendirian pun tidak berhasil menghilangkan rasa gundah-gulananya. Hingga akhirnya tiga tahun sebelum Boma bertemu mereka, sang Ibu angkat mengakhiri hayatnya saat segerombolan mafia mencegat mereka di Danau Sapanca. Sang Ibu angkat terjungkal ke dalam danau dan tewas berlumuran darah saat berusaha menahan salah seorang  penyerang. Sementara Narenciye disuruh bergegas melarikan diri bersama Limonata ke tempat yang aman. Beruntunglah, tidak lama kemudian beberapa warga yang melewati tempat itu menghalau mereka dan memberitahukan kepada pihak yang berwajib.

Entah apa yang membuat Narenciye dan keluarganya itu diserang, karena akhirnya gerombolan itu tidak pernah tertangkap dan diadili setelah mereka melarikan diri dari kepungan warga yang membawa pihak aparat. Nasib naas kembali menimpa Narenciye dan Limonata, mereka menjadi yatim-piatu tanpa kejelasan status de-jure, karena mereka memiliki orang tua angkat itu hanya secara de facto saja dari keadaan genting yang menimpa mereka. Selanjutnya mereka hidup dalam pengawasan kakek Kemal, kakak Ayah angkat mereka. Satu tahun pun berlalu sampai kedatangan Boma ke Danau Sapanca dan menubruk Narenciye.

***

Entah hanya rasa bersalah atau memang ada perihal lainnya untuk Boma kembali menjejakkan kakinya di area Danau Sapanca, khususnya ke tempat Turuncu bersaudara dan kakek Kemal berada. Ia mendapati halaman depan nampak begitu lengang dan sunyi, namun ia tetap memantapkan diri mengetuk pintu rumah tempat Turuncu bersaudara tinggal. Cukup lama ia menunggu respon dari dalam, akan tetapi belum juga sesuai harapannya untuk seseorang membukakan pintu. Hampir saja ia meninggalkan begitu saja tempat itu kalau tidak mendengar suara teriakan di kejauhan yang sepertinya berasal dari belakang rumah tersebut, yaitu halaman belakang yang merupakan hamparan kebun jeruk keluarga Turuncu.

"Aahhh dede... baksana, naylon torba uurmak var...yeeeaa...!! (Aahhh kakek...lihat, ada tas plastik terbang...yeeeaa...!!)" seru suara riang itu di kejauhan dan tidak terlihat dari lokasi Boma berada.

Boma mengenali betul si pemilik suara itu, Turuncu Limonata. Sepertinya para penghuni rumah itu dari tadi sedang berada jauh di belakang rumah sehingga tidak mendengar ketukan pintunya. Ia pun segera berbalik dan mengitari samping rumah itu menuju ke kebun belakang. Benar saja, begitu ia mengintip dari sudut siku tembok rumah tertampaklah sosok Mona sedang bermain dengan kantong plastik serta Kakek Kemal yang tersenyum simpul melihat tingkahnya dengan masing-masing sekeranjang berisi buah dan sayur-mayur di samping bawah mereka. Mereka sepertinya baru saja selesai memetik hasil kebun belakang rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun