Cloth terheran-heran melihat bentuk bunga yang lain dari biasanya di tanah Nias ini. Sejauh ia bepergian pun, Padang adalah tempat terjauhnya di mana ia akhirnya menghabisi nyawa adiknya sendiri.
"Ya, itu bunga Carcass namanya..."
Hadire mengiyakan sembari menghela nafas.
"Dulu, bunga itu yang paling kami sukai saat kami bertugas merawat suatu taman khusus dari Sang Pencipta yang bernama Taman Hidden..."
Hadire berhenti sejenak bercerita sembari meneguk air kelapa yang beberapa saat disuguhkan Desire sekembalinya ia dari dapur.
"Kami membawanya saat kami tidak lagi betugas di sana karena kelalaian kami..."
Hadire semakin resah untuk melanjutkan ceritanya, sementara Cloth menjadi semakin tertarik untuk mendengar cerita Hadire yang pernah ia dengar di masa kanak-kanak saat bersama Hablur mengantarkan makanan buatan Desire ke tanah pertanian yang sedang digarap oleh Hadire. Mereka kemudian beristirahat di dangau untuk  Hadire menikmati makan siang sembari saling bercerita dengan kedua anaknya.
"Bunga itu tidak jadi kami bawa ke sini untuk di tanam, di tengah perjalanan bunganya berubah..."
Desire malah yang kemudian melanjutkan cerita Hadire.
"Memang kenapa dengan bunga itu, apakah bunga itu layu?"
Cloth semakin penasaran sembari ia pun juga meneguk sejenak air kelapa muda yang segar di terik siang.