Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mungkinkah Sesuatu yang Baik Datang dari Kalimantan?

8 Februari 2022   19:51 Diperbarui: 9 Februari 2022   06:28 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hemat saya, memahami dan menilai suku Dayak -- berlaku juga untuk suku-suku lainnya - memang tidak cukup hanya berdasarkan pada "kata orang" saja. Sudah membaca banyak literatur tentang suku Dayak, pun rasanya belum cukup untuk menarik kesimpulan seperti apa dan bagaimana manusia Dayak itu. 

Apalagi bila mengingat kalau suku Dayak yang hidup di bumi Kalimantan itu bukan cuma satu. Ada 7 rumpun suku (Dayak Ngaju, Dayak Apo Kayan, Dayak Iban, Dayak Klemantan, Dayak Murut, Dayak Punan dan Dayak Ot Danum) dan 405 sub-suku.

Oleh karena itu, salah satu jalan terbaik untuk bisa mengenal manusia Dayak ialah hidup bersama-sama dengan mereka. Hal ini tentu saja memerlukan keberanian yang disertai sikap tulus dan rendah hati.

Mengapa diperlukan keberanian?  Sejarah mencatat bahwa pada zaman dahulu pernah hidup tradisi ngayau (pemburuan kepala manusia) dalam suku Dayak. Fakta sejarah ini sudah memunculkan stigma negatif kalau manusia Dayak itu adalah manusia yang barbar. Sehingga muncullah rasa takut dan ngeri setiap kali mendengar kata 'Dayak'.

Rasa takut dan ngeri itu sempat saya alami ketika kurang lebih selama satu tahun menjalani masa Diakonat (tahap terakhir sebelum ditahbiskan menjadi pastor) di sebuah paroki, yang mana salah satu subsuku Dayak yang ada di situ konon katanya pada zaman dulu suka makan daging manusia.

Meski hal itu terjadi di masa lampau, tetap saja ada rasa takut dan khawatir dalam diri saya. Namun, saya merasa yakin akan diterima oleh umat karena saya datang dengan dan membawa kasih. Bukan permusuhan.

Suatu kali saya berkunjung ke kampung yang dihuni oleh mayoritas suku bersangkutan. Saya disambut dengan sangat ramah. Setelah selesai mengadakan ibadah bersama di gereja, saya malah diundang untuk menyantap hidangan yang sudah disiapkan oleh umat.

Masa Diakonat berakhir dan saya pun ditahbiskan menjadi seorang pastor. Setelah ditahbiskan saya diutus ke paroki lain lagi, yang menurut cerita yang saya dengar, suku Dayak yang ada di situ memiliki watak yang keras.

Namun ada satu cerita yang lagi-lagi membuat saya takut. Konon katanya di daerah itu ada beberapa orang yang suka menguji "kekuatan" orang lain dengan cara menaruh racun atau sejenisnya di dalam minuman.

Saya pribadi tidak percaya pada segala cerita dan stigma negatif tentang manusia Dayak sebelum mengalami sendiri hidup bersama dengan mereka. Dan betul saja, selama sekian tahun hidup bersama mereka, saya sungguh diterima dan diperlakukan dengan sangat baik.

Trisila Hidup Orang Dayak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun