Â
Sungguh agak disayangkan memang. Namun, hal tersebut dapat dipahami karena Gereja KeSi hendak menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang senantiasa berubah tanpa harus kehilangan jati dirinya. Semangat penyesuaian inilah yang kiranya kemudian menjadikan setiap rumusan ardas Keuskupan memiliki kekhasan dan penekanannya masing-masing.
Gereja memang sudah seharusnya menyesuaikan diri dengan situasi yang beraneka ragam dan berubah-ubah. Namun ada satu hal yang mesti diingat, yakni penyesuaian itu terjadi dalam sebuah konteks budaya lokal. Karena itu, hemat saya sudah seharusnya juga Gereja tak pernah boleh mengabaikan keberadaan konteks tersebut yang menjadi tempat baginya untuk bertumbuh dan berkembang.
Â
Alasannya, karena Warta Gembira tentang Kristus dan kebudayaan manusia itu mempunyai relasi yang sangat erat.
Mengapa Kebudayaan Manusia itu Penting bagi Misi Gereja?
Bagaimana memosisikan atau memperlakukan tradisi dan budaya manusia dalam misi dan pewartaannya, setiap agama mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda.
Rekan Kompasianer Neno Anderias Salukh dalam artikelnya Uem Le'u dan Proses Kristenisasi di Pedalaman Timor (K, 20/11/2021) mengatakan ketika kekristenan masuk ke Pulau Timor, khususnya di pedalaman Amanuban pada tahun 1965, para tokoh agama berperan sebagai aktor penting dalam pemusnahan rumah suci beserta dengan benda-benda yang diwariskan nenek moyang sebagai simbol kesatuan hidup bersama seluruh anggota komunitas. Bahkan rambut panjang laki-laki Timor dipotong secara paksa.
Masih dalam artikel yang sama, rekan Neno, dengan merujuk kepada beberapa penilitian etnografi berpendirian bahwa kekristenan berpengaruh besar terhadap hilangnya warisan-warisan budaya benda maupun tak benda di Indonesia, secara khusus di wilayah dominasi Kristen Protestan.
Sikap dan pandangan Gereja Katolik bagaimana?
Dengan meneladan Yesus sendiri, Gereja Katolik dalam karya misinya menaruh hormat yang tinggi terhadap budaya manusia. Gereja Katolik berkeyakinan bahwa ragam tradisi dan budaya manusia sungguh dapat menjadi medan dalam menyebarluaskan dan menguraikan pewartaan tentang Kristus.