Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Relasi Kebudayaan Manusia dan Karya Misi Gereja Katolik

27 November 2021   16:33 Diperbarui: 27 November 2021   16:40 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjumpaan tersebut, meski seringkali menimbulkan ketegangan, kesulitan dan tantangan, tidak kemudian membuat Gereja tergesa-gesa menyimpulkan bahwa tradisi, budaya dan adat-istiadat orang Dayak itu jelek adanya. Oleh karena itu harus dibuang dan ditinggalkan.

Pengalaman sering mengajarkan kalau umat akan merasa tersinggung dan sakit hati. Beberapa bahkan tidak mau lagi datang ke gereja, ketika tanpa ada penjelasan yang memadai dan memuaskan, Gereja melarang mereka untuk tidak lagi mempraktekkan tradisi dan adat istiadat yang telah mereka warisi dari para leluhur.

Tentu bukanlah menjadi sifat dari keibuan Gereja yang sampai hati melukai hati anak-anaknya. Bahkan sampai hati membuat mereka menjauh dari padanya.

Sadar bahwa ragam tradisi dan budaya manusia sungguh dapat menjadi medan pewartaan bagi Gereja, KeSi pun memasukkan dengan jelas eksistensi budaya setempat dalam rumusan visi Arah Dasarnya (Ardas).

Sekadar untuk diketahui, ardas merupakan pedoman karya pastoral (road map) bagi sebuah Keuskupan. Dia menjadi elemen yang sangat penting bagi tumbuh kembang sebuah Keuskupan. Menjadi penting karena dengan memiliki ardas seluruh kegiatan pastoral akan berpijak pada visi-misi yang jelas, fokus dan terukur. Karya pastoral, dengan begitu, akan menjadi efektif dan efisien.

Setiap Keuskupan di Indonesia (ada 37 Keuskupan) memiliki ardas-nya masing-masing yang perumusan visi-misinya disesuaikan dengan konteks kebutuhan dan keprihatinan Keuskupan. Dan juga disesuaikan dengan apa yang menjadi cita-cita, perhatian dan keprihatinan bangsa Indonesia (100 % Katolik, 100 % Indonesia).

Berikut rumusan-rumusan visi ardas Keuskupan yang di dalamnya dengan jelas memasukkan eksistensi budaya setempat:

1998-2000:

Gereja Keuskupan Sintang sebagai persekutuan umat Allah yang tumbuh dan berkembang di tengah adat istiadat, budaya setempat dan arus globalisasi, mengikuti Yesus Kristus dengan beriman mendalam, mandiri dan memasyarakat, mendunia dan misioner.

 

2002-2006:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun