Bukankah karya-karya kita di Kompasiana ini sebagian kecil atau bahkan sebagian besar lahir dari sesuatu yang dekat dan akrab dengan kehidupan kita?
Ladang memang telah banyak mendatangkan inspirasi bagi saya dalam menulis. Kebanyakan artikel yang pernah saya tulis di K ini (20 dari 52 artikel) berkisar tentang kearifan berladang dan juga kearifan lokal lainnya dalam suku Dayak. Khususnya suku Dayak Desa.
Mengapa saya menulis tentang suku Dayak dan segala kearifan lokal yang mereka miliki barangkali dapat diletakkan dalam bingkai pemahaman dari artikel saya sebelumnya tentang proses pembentukan model diri (mode of being).
Dalam artikel tersebut saya mengatakan, "Proses pembentukan model diri itu, oleh setiap individu ditempuh dengan cara yang unik dan spesial seturut minat, keprihatinan ataupun bakat yang telah Tuhan anugerahkan. Dalam hal ini, dengan menyediakan beragam KATEGORI, Kompasiana telah menyediakan ruang yang sangat luas untuk kita dalam membentuk dan membangun diri secara terus-menerus."
Tujuan saya menuliskannya pertama-tama untuk memperkenalkan suku Dayak dengan segala kekayaan budayanya kepada masyarakat luas. Adapun tujuan utamanya ialah saya ingin mencari sumber inspirasi yang dapat membantu saya dalam proses pembentukan dan pengembangan diri. Ringkasnya dalam proses "menjadi" manusia.
Dan dari kehidupan masyarakat Dayak, khususnya dari kearifan berladang yang mereka lakukan, saya sampai pada penemuan bahwa  proses "menjadi" itu diwujudnyatakan dalam upaya membangun relasi yang harmonis dengan Tuhan Pencipta (Petara Nan Agung), dengan sesama manusia dan dengan alam.
Harmonisasi dengan petara terejawantah dalam aneka upacara dan ritual adat dalam seluruh proses perladangan.Â
Alam bagi orang Dayak bukan hanya merupakan rumah, tetapi juga menjadi bagian dari seluruh kehidupan mereka yang harus diperlakukan dan dimanfaatkan secara beradat.Â
Yang Ilahi hadir dalam dan melalui alam. Masyarakat Dayak yakin bahwa alam punya "roh", "jiwa", tertentu yang memberikan kehidupan kepada manusia, maka dari itu harus dihormati.Â
Oleh karena itu pula, perilaku manusia harus baik dan sopan dalam memanfaatkan alam atau ketika harus bersentuhan dengan alam.
Sementara itu, harmonisasi dengan sesama manusia dihadirkan lewat semangat kebersamaan yang tinggi dalam mengerjakan tahap-tahap perladangan.Â