Penekanan partisipasi umat beriman juga menyentuh kepada persoalan yang tak kalah penting. Yakni, peran serta kaum perempuan. Agar bisa bertumbuh dan berkembang,Â
Gereja tidak boleh menepikan bahkan mereduksi peran kaum perempuan dalam kehidupan menggereja. Peran dan kehadiran mereka harus sungguh-sungguh dihargai, sehingga Gereja tidak terkesan arogan dan kaku.
Solidaritas Terhadap Kaum Kecil dan Lemah Â
Hal penting lain yang ditekankan dalam Gereja sebagai communio ialah perhatian terhadap mereka yang kecil dan lemah. Berkaitan dengan hal ini, rasul Paulus dala suratnya kepada jemaat di Korintus mengatakan, "Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita" (1 Kor 12:26).
Cara hidup jemaat perdana juga mencerminkan perhatian Gereja terhadap mereka yang kecil, lemah tak berdaya dan berkekurangan.Â
Dalam Kisah Para Rasul dituliskan bagaimana jemaat perdana menjadikan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (lih. Kis 2:41-47).
Solidaritas terhadap kaum kecil, lemah dan tak berdaya memang sudah menjadi panggilan dan perutusan terdalam dari Gereja. Sebab, Yesus Tuhan sendiri menyamakan diri-Nya dengan mereka.Â
Dia pernah bersabda: "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat. 25:40).
***
Penekanan akan partisipasi umat bukan tanpa tantangan. Individualisme merupakan salah satu ancaman nyata dalam membangun Gereja sebagai communio.Â
Globalisasi yang ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberi pengaruh yang signifikan terhadap mentalitas umat beriman baik dalam hidup bermasyarkat maupun dalam hidup menggereja.