Saya tertarik untuk mengulik peran dari beduruk karena memang di dalamnya ditemukan banyak sekali nilai-nilai yang berguna dalam membangun persekutuan umat sebagaimana ditekankan oleh Gereja Katolik. Secara khusus berkaitan dengan partisipasi umat dalam hidup menggereja.
Semangat Persekutuan dalam Beduruk
Sebagai sebuah bentuk gotong royong, tradisi ini menampakkan dengan benderang semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Bekerja dalam semangat kebersamaan dan kekeluargaan membuat setiap anggota akan saling menghargai keberadaan, peran dan fungsi satu sama lain.
Dalam sikap saling menghargai ini, warga disadarkan akan betapa pentingnya kehadiran orang lain dalam hidup mereka. Kehadiran orang lain itu mendatangkan banyak berkat serta kemudahan dalam hidup bersama.Â
Namun bagi komunitas adat Dayak Desa, orang lain tak pernah dipandang atau diperlakukan sebagai alat/mesin. Atau bahkan sebagai budak. Sebaliknya, orang lain selalu dipandang dan diperlakukan sebagai pribadi yang unik yang diciptakan menurut gambar dan citra Allah.
Kesadaran akan berharganya orang lain menghantar pada sikap solidaritas terhadap sesama, terlebih yang kecil dan lemah. Solidaritas dalam beduruk ditunjukkan lewat ketulusan membantu salah satu anggota yang ladangnya masih banyak memerlukan pengerjaan. Kesediaan untuk membantu ini semata-mata digerakkan oleh kasih dan rasa kekeluargaan, tanpa mengharapkan gaji.
Kesamaan harkat dan martabat sebagai manusia menempatkan peran kaum perempuan sama pentingnya dengan kaum laki-laki dalam proses pengerjaan ladang.
Harkat dan martabat kaum perempuan sangat ditunjung tinggi. Tak pernah sekalipun mereka dipandang sebagai kaum kelas dua. Atau kaum lemah, yang tak mampu berbuat apa-apa.
Mengapa Persekutuan itu Penting?
Gereja, dengan huruf "G" besar, itu diartikan sebagai persekutuan Umat Allah. Sebagai umat Allah, Gereja pertama-tama memahami diri sebagai sebuah persaudaraan yang setara, sama-sama diselamatkan dan dipanggil oleh  Allah. Yang mau ditekankan di sini adalah aspek kesamaan, kesatuan semua anggota Gereja.
Namun aspek kesamaan dan kesatuan ini pernah mengalami masa-masa suram dalam sejarah gereja Katolik. Khususnya, masa-masa sebelum Konsili Vatikan II. Saya katakan suram karena masa-masa ini Gereja sangat berciri hierarkis-institusional.Â