Pertanyaan-pertanyaan di atas bisa menimbulkan diskusi yang panjang. Saya hanya mau menjawab bahwa kedua fenomena ini baiknya selalu dilihat dalam konteks religiusitas suku Dayak Desa seperti yang sudah dipaparkan di atas.Â
Kepercayaan-kepercayaan tradisional sudah mereka yakini jauh sebelum agama Kristiani masuk. Ketimbang mengutuk kepercayaan yang mereka anut, akan lebih baik bila kita berusaha mempelajari dan menyelami apa pesan dan makna di balik kepercayaan tersebut.
Para misionaris dari Eropa yang pernah bertugas melayani di tanah Kalimantan kiranya menjadi contoh yang baik dalam hal ini. Mereka begitu menghargai adat-istiadat dan budaya masyarakat lokal.Â
Demikian juga dengan kepercayaan tradisional masyarakat setempat mereka hormati dan junjung tinggi. Hal inilah yang menyebabkan karya pelayanan mereka menghasilkan buah berlimpah, dan kehadiran mereka selalu dinanti-nantikan oleh umat.
Mungkin juga ada dari antara kita yang tidak meyakini adanya hubungan sebab-akibat antara palit dan kempunan.Â
Dengan kata lain, musibah atau kemalangan yang menimpa seseorang terjadi karena ada faktor lain yang menyebabkannya, misalnya karena kelalaian orang tersebut. Atau berpandangan bahwa tindakan palit hanyalah sebatas untuk menghormati orang yang telah menawarkan kita makanan/minuman.
Dari pengalaman saya sebagai putra asli suku Dayak Desa dan juga pengalaman hidup di tengah-tengah suku Dayak lainnya, palit rasanya lebih dari hanya sekadar menjaga perasaan orang yang menawarkan makanan/minuman kepada kita.
Saya pribadi selalu melihatnya dari sudut pandang mereka yang menawarkan makanan/minuman. Bagi saya, tindakan yang mereka lakukan bukan hanya sekadar untuk basa-basi. Apa yang mereka lakukan adalah ungkapan cinta sekaligus ungkapan doa yang tulus.Â
Dengan meminta saya untuk turut menikmati hasil jerih payah mereka, sesungguhnya mereka juga ingin mendoakan agar perjalanan hidup saya senantiasa lancar. Dijauhkan dari segala mara bahaya.
***
Sebagai penutup, saya hanya berpesan barangkali suatu saat ada dari antara pembaca, yang berasal dari luar pulau Kalimantan khususnya, berkesempatan mengunjungi perkampungan suku Dayak. Makan dan minumlah, biarpun hanya mencicipi, apa yang mereka tawarkan kepada Anda.Â