Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kulturalitas-Religiositas dalam Suku Dayak dan Manggarai Terdapat Kesamaan?

12 September 2020   21:43 Diperbarui: 12 September 2020   21:52 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: clipartbest.com

- Wae owak, upacara persembahan dari masing-masing keluarga

- Tudak penti, upacara puncak syukur

Dalam kepercayaan masyarakat Manggarai, upacara Penti sedapat mungkin harus dilakukan. Ada kecenderungan bila upacara ini tidak dilakukan, maka kelak mendapat murka dari Tuhan, arwah nenek moyang dan alam. Hal ini ditandai dengan adanya gagal panen, hama wereng, bencana alam dan sebagainya.

Diadakannya upacara Penti tujaunnnya ialah mengucap syukur kepada Mori Jari Dedek (Tuhan Sang Pencipta), arwah nenek moyang dan alam, atas jeri payah yang telah diberikan dan diperoleh selama kurun waktu beberapa tahun.

Bagaimana dengan masyarakat Dayak Desa? Dalam suku Dayak Desa, kami menyebut pesta syukur atas hasil panen ini dengan Gawai/Keramai. Pelaksanaan Gawai biasanya berkisar pada bulan Juni-Juli. Dilaksanakan pada bulan-bulan ini karena bertepatan dengan masa liburan anak-anak sekolah. 

Hal ini dijadikan pertimbangan karena upacara Gawai, selain pesta sebuah kampung, juga merupakan merupakan pesta keluarga. Untuk itu, setiap anggota keluarga sedapat mungkin harus hadir.

Pesta syukur ini merupakan pesta besar dan penting dalam masyarakat Dayak. Sedapat mungkin dirayakan secara meriah dan dinikmati banyak orang. Karena itu, sebuah kampung yang akan mengadakan Gawai akan mengabari sanak keluarga dan kerabat di mana pun berada untuk turut bergembira bersama.

Berkaitan dengan hari pelaksanaan, dari pengalaman-pengalaman yang sudah ada, Gawai umumnya dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu. Dimulai serempak pada Sabtu sore dan berakhir pada Minggu sore. Sebagai manusia yang tidak hanya beradat, tapi juga beragama, maka hari Minggu pagi akan selalu diadakan Misa/Ibadat Syukur Gawai.

Sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh, masing-masing keluarga akan menyiapkan dua piring pegelak. Keduanya akan ditaruh di dalam lumbung padi.  Setelah sampai pada waktunya, yang satu akan diambil untuk disantap bersama oleh seluruh anggota keluarga, sementara yang satunya lagi tetap disimpan di dalam lumbung.

Pegelak tersebut merupakan bentuk persembahan syukur kepada Sang Petara, Pencipta semesta alam dan juga kepada Puyang Gana, Sang Penguasa tanah.

Gawai, bagi masyarakat Dayak, tidak hanya menandai suatu kejadian penting dalam kehidupan mereka, tetapi juga berhubungan dengan pengalaman supernatural warga masyarakat, di samping juga menampilkan teguhnya ikatan komunitas dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun