Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Saya Menulis tentang Suku Dayak

10 September 2020   05:48 Diperbarui: 10 September 2020   05:46 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pentingnya ragam tradisi dan budaya manusia dalam karya misi perutusan Gereja, juga ditandaskan dengan indah oleh mendiang Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya Penebus Umat Manusia (Redemptor Hominis). Bapa Suci mengajarkan: "Sikap misioner selalu mulai dengan cita rasa menghargai secara mendalam "apa yang ada pada manusia" (Bdk. Yoh. 2:25),  apa yang oleh manusia sendiri telah dikaji dalam lubuk jiwanya mengenai persoalan apa yang paling penting dan mendalam. Misi, dengan demikian, tidak pernah berupa penghancuran, melainkan mengangkat dan membangun secara segar."

***

Dalam terang kedua ajaran di atas, saya melihat bahwa kekayaan tradisi dan budaya yang hidup dalam suku Dayak sungguh dapat menjadi medan pewartaan Gereja menyebarluaskan dan menguraikan pewartaan tentang Yesus Kristus.

Keseharian hidup manusia Dayak sungguh menampilkan kebijaksanaan akan kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari kearifan lokal yang tersembunyo dalam tradisi hidup sehari-hari, dalam mitologi, dalam bentuk ritual penghormatan dan upacara adat.

Saat kelahiran, mandi pertama kali di sungai, saat menanjak dewasa, saat ada orang sakit, menikah, kematian, kegiatan terkait perladangan, pesta-pesta adat, pembangunan rumah, masuk rumah baru, dst selalu ada ritual-ritual khusus yang dilakukan.

Dalam ritual-ritual itu, tersimpan harta kekayaan yang telah diwariskan oleh para leluhur dalam upaya menjalani dan memaknai seluruh rangkaian peristiwa kehidupan. Manusia Dayak meyakini bahwa hidup dan alam semesta beserta isinya adalah anugerah dari Sang Pencipta (Petara ).

Ritual, dengan demikian, menjadi bentuk konkret dari pengungkapan atau pementasan iman manusia Dayak. Sekaligus juga sebagai perbuatan penyuci peristiwa penting dalam kehidupan mereka menurut tata cara tertentu dan secara berskala.

***

Lalu, model pendekatan seperti apa yang harus digunakan agar baik pewartaan maupun pengajaran saya tersebut sungguh mengena dengan realitas kehidupan umat?

Model pendekatan antropologi kiranya dipandang menjadi model yang cocok untuk digunakan. Alasannya, karena model ini menjadikan  ragam tradisi dan budaya manusia sebagai locus-nya. Budaya manusia dijadikan sebagai titik berangkat. Model ini memusatkan diri pada nilai dan kebaikan dari anthropos (pribadi manusia). Dalam model ini kodrat manusia, dan konteks manusia itu sendiri, dipandang baik, kudus dan bernilai (Stephen B. Bevans)

Model pendekatan antropologi menaruh hormat yang tinggi terhadap kebudayaan lokal. Akan tetapi, model ini tidak berhenti hanya sampai pada rasa hormat. Ia akan berusaha memahami kebudayaan lokal, lalu berusaha menilai kekayaan budaya itu dalam cahaya Injil. Hal ini harus dilakukan mengingat dalam setiap kebudayaan manusia terkandung harta kekayaan yang harus digali dan diselami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun