Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingnya Menyimpan Bon Setelah Transaksi Barang atau Jasa!

6 Mei 2022   17:49 Diperbarui: 7 Mei 2022   02:39 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang memegang bon. Gambar diambil dari harmony.co.id

Setelah melakukan suatu transaksi jual beli barang atau jasa, biasanya ada bukti pembayaran (bon). Alangkah bermanfaat, jika bon itu tidak dibuang melainkan disimpan. Karena, ada beberapa manfaatnya.

Dalam satu perjalanan menikmati liburan, saya dan beberapa teman singgah di satu Indomaret yang ada di Pematangsiantar. Kami ingin membeli beberapa makanan ringan, minuman, dan obat untuk pertolongan pertama (demam, diare, dan masuk angin).

Saya turun dari mobil sebagai utusan untuk belanja. Selang beberapa menit, saya kembali ke dalam mobil lalu membagi apa saja yang telah dipesan. 

Setelah semua orang mendapatkan haknya, saya mengambil bon-bukti pembayaran. Kemudian, seorang teman berkata, "Untuk apa kamu simpan bon itu? Buang saja! Kan, kita sudah sama-sama tahu harganya! Nambah-nambah sampah saja".

Saya tersenyum dan berkata, "Wah. Wah. Wah. Ini (bon) ada manfaatnya, Bro!"

***

Dalam suatu instansi/lembaga/perusahaan, transaksi jual beli itu akan selalu ada. Tak jarang, bukti dari transaksi yang dilakukan oleh pihak yang bertugas untuk itu diminta oleh bendahara atau pimpinan perusahaan. Untuk meng-check beberapa hal.

Karena, cukup sering terjadi tindakan korupsi oleh pihak yang dipercayai. Atau, terdapat kelalaian dalam membuat laporan pertanggungjawaban transaksi dan sebagainya.

Untuk itu, bendahara atau ekonom atau bagian keuangan akan selalu minta agar petugas belanja menyertakan bon dalam setiap laporan keuangan. "Pak, Bu, tolong ya nanti bon atau kuitansi diminta dari penjual barang itu ya!" pinta sang bendahara.

Bagi saya, apa yang diusahakan oleh bendahara itu punya nilai penting dan manfaat luar biasa walau sepele. Karena, saya juga selalu berusaha menyimpan bon/kuitansi tiap kali membeli barang atau jasa orang lain. 

Saya akan menguraikan beberapa poin terkait manfaat luar biasa menyimpan bon transaksi.

Bukti kuat transaksi

Dengan adanya bon/kuitansi, laporan keuangan itu menjadi lebih kuat dan dapat dipercaya. Sebab, di dalam bon tersebut tertera daftar harga beli barang atau jasa.

Apalagi, jika dalam bon/kuitansi itu ada stempel ditambah tanda tangan kasir toko/perusahaan penjual barang atau jasa. Hampir dapat dipastikan, ekonom percaya pada saya.

Walau memang, dalam penyerahan laporan ekonom tetap bertanya demi mendapat argumentasi yang jujur. Karena, selalu saja terjadi pembeli dapat meminta bon kosong yang sudah lengkap dengan identitas toko/perusahaannya, lalu diisi dengan harga barang yang palsu.

Atau pembeli dapat nego dengan kasir untuk menukang-nukangi harga barang yang dibeli. Agar, si pembeli mendapat "bagian" dari uang pembelian.

Maka, kalau curiga, ekonom dapat bertanya langsung kepada pemilik toko/perusahaan tempat barang atau jasa dibeli.

Pembanding harga

Ini manfaat kedua. Bon/kuitansi saya jadikan sebagai pembanding harga barang atau jasa.

Harga barang atau jasa di pasar itu tidak selalu stabil: kadang naik dan kadang turun (ekstrem). Maka, untuk dapat mengikuti arus harga barang atau jasa, saya terbantu dengan adanya bon/kuitansi yang saya simpan.

Juga, harga dari barang atau jasa dapat diprediksi ke arah mana: naikkah? turunkah? Sehingga, dalam menentukan anggaran atau proposal belanja untuk bulan berikutnya, saya juga terbantu. Tidak terlalu jauh selisih proposal dengan harga barang atau jasa di pasaran dalam bulan tersebut.

Selain itu, bon/kuitansi bisa jadi acuan untuk memilih toko atau perusahaan yang menyediakan barang atau jasa yang harganya terjangkau tetapi barang atau jasanya berkualitas. Sehingga, saya tak perlu repot mencari tempat yang pas.

Alat bukti

Pernah saya kecolongan. Saya belanja di suatu toko bangunan. Awalnya, saya nego harga dengan penjaga sekaligus kasir toko tersebut. Setelah sepakat, saya tinggalkan barang yang telah dibeli itu untuk lanjut ke toko berikutnya. 

Satu jam kemudian, saya tiba dan langsung membawa barang-barang yang telah dibungkus dalam kardus. Tidak saya periksa karena percaya. Namun, bon dan catatan awal yang saya tinggalkan, saya minta.

Lalu, setelah tiba di rumah, saya buka kardus-kardus pembungkus barang yang saya beli. Hanya satu yang membuat saya "sakit kepala", yakni kardus dari toko bangunan. Sebab, ada tiga barang mahal yang saya pesan tetapi tidak masuk dan ada dua barang yang harganya tidak sesuai dengan kesepakatan awal.

Saya kembali ke toko bangunan untuk protes. Kemudian, saya tunjukkan bon dan daftar barang belanja sebagai alat bukti. Lalu, pihak toko minta maaf atas kinerja mereka yang kurang teliti.

Untung saja saya simpan bon atau catatan tersebut. Sehingga, bisa menjadi alat bukti untuk protes pada penjual atau kasir apabila barang dibeli tidak sesuai dengan yang dipesan; barang yang dibeli tidak masuk dalam bungkusan; barang yang tidak dibeli masuk pula dalam bungkusan.

Memperkecil kekeliruan

Saya sungguh terbantu dengan kesetiaan menyimpan bon/kuitansi. Sebab, tidak selalu saya ingat atau punya kesempatan menulis atau mengetik dengan segera laporan belanja atau pengeluaran.

Daya ingat juga tidak selalu kuat, tergantung pada stamina tubuh dan tingkat stres. Akan tetapi, dengan adanya bon/kuitansi saya punya pegangan untuk membuat laporan.

Dan ini tentunya membantu saya dalam memperkecil kekeliruan dalam menyusun laporan pertanggungjawaban. Kekeliruan yang saya maksud adalah begini.

Bisa saja saldo tersisa kecil atau minus, sementara barang atau jasa yang dibeli tidak banyak dan mahal. Maka, saya akan periksa kembali daftar harga dalam bon/kuitansi. Atau sebaliknya, bisa saja saldo banyak, padahal barang atau jasa yang saya beli dalam satu bulan banyak dan harganya cukup mahal.

Simpan saja!

Saya hanya ingin menawarkan suatu ajakan, "Kalau para Sahabat telah belanja barang atau jasa, minta (diberi atau tidak) dan simpan saja bon-nya. Jangan dibuang! Ada manfaatnya!". Entah itu bon yang tertulis secara fisik atau digital, sungguh bermanfaat.

Suatu waktu, ada-ada saja hal yang tak diinginkan terutama jika ingin komplain terhadap satu toko atau perusahaan tempat belanja. Apakah itu terkait kualitas barang, harga barang, dan barang yang tidak sesuai dengan yang dipesan.

Barangkali, sekarang tidak terlalu penting. Tapi, lebih baik berjaga-jaga dan cerdas untuk antisipasi.

Di perusahaan/lembaga/instansi kecil, menengah, atau atas bon/kuitansi bukan barang baru lagi. Itu sudah menjadi kebiasaan bagi pihak mereka untuk menyimpan kertas atau screenshot bon dalam pertanggungjawaban.

Kita dapat belajar dari sana. Saya sudah mencoba dan merasakan manfaatnya. Sekarang, bagaimana dengan para Saudara? Sic fiat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun