Cara lain adalah mari kita mencoba memahami pikiran, motivasi, dan perasaan orang lain. Di sini kita akan pertama sekali memiliki rasa empati terhadap orang lain.
Memang, perlu juga diperhatikan bahwa kondisi mereka tidak bisa dijadikan alasan untuk membenarkan perlakuan mereka, tetapi kondisi itu menjelaskan mengapa mereka bersikap seperti itu.
Empati akan mempermudah kita untuk mengampuni.
Dengan empati, kita tidak hanya memahami pikiran, perasaan, dan keadaan mereka yang menyakiti kita. Tetapi, kita mampu menyadari sifat buruk dan kemampuan kita, serta kemungkinan bahwa kita juga bisa saja menyakiti orang lain.
Memperbaiki hubungan
Agar pengampunan makin mantap, kita perlu mengupayakan kedamaian dan perdamaian. Kita perlu keluar dari egoisme dan zona nyaman sendiri.
Kita perlu berani berkomunikasi dan berdialog. Bisa saja hubungan tidak akan kembali harmonis seperti sedia kala, tetapi kita berusaha memperbaiki suasana.Â
Kita tentu tidak ingin sependapat dengan orang yang melukai kita, tetapi kita ingin melupakan masalah yang sudah berlalu sembari mengurangi ketegangan yang masih ada.
Pengampunan memang tidak menjanjikan bahwa setiap hubungan bisa benar-benar kembali rukun. Tetapi pengampunan memiliki daya untuk menetralisir sikap permusuhan. Jika dilakukan berulang kali, pengampunan akan meruntuhkan kemarahan dan kebencian.
Membalut luka
Setelah kita membersihkan dan merawat luka, tibalah kita pada langkah terakhir yaitu membalut luka. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menyesali kemarahan, berusaha damai, mengasihi orang lain, dan bahkan berdoa bagi mereka yang membuat kita marah.
Musuh dapat diperlakukan dengan penuh kasih, walau secara logika manusiawi tidak pas. Namun, agar luka akibat kemarahan yang mendalam dapat sembuh, hal itu harus dan wajib.
Kebencian justru akan menimbulkan pertengkaran. Akan tetapi, kasih akan memulihkan segala pelanggaran dan pertengkaran.