Memang, akan ada masanya sebagai bagian dari religiusitas saya harus berpuasa selama 40 hari. Namun, di luar itu pun saya tetap berpuasa.
Dalam seminggu, saya akan berpuasa dengan mengurangi porsi makanan dari satu piring menjadi tiga per empat.Â
Hal ini saya lakukan pada Senin malam, Kamis malam, dan Sabtu malam. Sebagai pelengkap puasa, saya selalu minum air yang hangat sebelum dan setelah makan.
Setia pada jadwal
Ini adalah penting. Membuat jadwal rutin dan normal untuk makan tiap bagian hari.Â
Saya sarapan pada pukul 07.00 WIB, makan siang pada 12.30 WIB, dan makan malam pukul 19.15 WIB.
Saya akan setia pada jadwal yang telah saya buat. Ini adalah ritme makan saya dan cukup membantu untuk mengurangi berat badan yang berlebihan. Tentu ritme ini harus sejalan dengan ukuran porsi makan yang sudah saya tentukan di atas.
Miliki paham baru
Dua paham di atas sudah saya geser. [Paham] yang pertama, jika sejak saat usia muda saya banyak makan tanpa tahu kontrol dan batasan diri, justru saya sedang membuat di badan saya bank penyakit. Saya sedang menimbun potensi-potensi penyakit yang suatu waktu akan kumat dan menyiksa diri.
[Paham] yang kedua, jika saya mengonsumsi makanan yang dilarang oleh tim kesehatan, sama saja saya tengah memicu penyakit itu untuk kumat. Atau setidaknya, saya memicu penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit yang tengah diderita untuk kumat. Sikap demikian adalah konyol.
Oleh sebab itu, saya saat ini memiliki paham baru, yakni "Lebih baik mengonsumsi suatu jenis makanan sedikit saja tetapi saya bisa menikmatinya hingga tua, daripada mengomsumsinya dalam ritme dan porsi besar tetapi suatu waktu saya dilarang untuk mengonsumsinya".
Maka, ketika ada jenis makanan yang begitu menggoda rasa, saya akan menikmatinya tapi sekadar untuk mencicipi saja. Saya ingin betul-betul menjaga kesehatan si jantung saya.
Sayangi jantung
Penyakit jantung adalah jenis penyakit menakutkan dan sekaligus mematikan karena langsung menyerang alat vital (kehidupan). Kapan saja dan dimana saja.Â