Menurut Rizal Ramli dalam salah satu acara CNN, Ia berpendapat bahwa seharusnya ketika krisis, pemerintah harus pompa daya beli agar masyarakat belanja supaya ekonomi pulih, ini yang dilakukan presiden Roosevelt ketika amerika mengalami krisis pada tahun 30-an.Â
Cara ini juga yang pernah ia lakukan saat menjabat sebagai Menko di pemerintahan gusdur. Ia juga menambahkan bahwa tahun depan merupakan critical year (tahun penentuan), ekonomi bakal anjlok, karena korporasi akan banyak gagal bayar.
Disisi lain pemerintah terus berupaya menjaga daya beli melalui program-program padat karya dengan memberi bantuan sosial kepada kelompok-kelompok 40% dari masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menggerakan sektor riil demi mendorong konsumsi rumah tangga berdasarkan PDB.Â
Melalui kebijakan fiskal untuk efisiensi APBN, pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang memudahkan kegiatan usaha agar investasi bisa jalan, penciptaan lapangan kerja, dana desa untuk aktivitas padat karya dan bantuan-bantuan sosial. Kebijakan-kebijakan ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan sebesar 5,3%.
Indonesia saat ini sangat mengharapkan agreement antara Amerika dan RRC agar ingkungan dimana indonesia beroperasi dari sisi ekonomi global mampu berdampak secara positif bagi perekonomian indonesia.Â
Menurut Sri Mulyani (Menteri Keuangan) bahwa faktor ketidakpastian ekonomi yang terjadi tidak terpolah. Ia juga menambahkan bahwa saat ini ekonomi dunia mengalami penururan 0,6% dari tahun kemarin, dari 3,6 menjadi 3,0%. Dalam kacamata IMF, presentase 3,0% sudah menunjukan terjadinya resesi.
Sedangkan Jusuf Kala dalam wawancaranya oleh CNN, Ia mengatakan bahwa krisis ekonomi akan selesai pada tahun 2021, tetapi dengan catatan kalau Donald trump tidak akan terpilih lagi pada pemilu amerika 2020 mendatang.Â
Kita tahu bersama bahwa secara Ekonomi politik amerika memiliki peran yang sangat sentral dalam perekonomian dunia. Sehingga frontalnya gaya kepemimpan Donal Trump dalam memimpin amerika serikat dinilai menjadi salah salah penyebabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H