Mohon tunggu...
FPRN Bandung
FPRN Bandung Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pernyataan Sikap FPRN Bandung

8 Oktober 2015   16:11 Diperbarui: 11 Oktober 2015   08:21 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERNYATAAN SIKAP

Forum Penghuni Rumah Negara (FPRN) Bandung

 

Forum Penghuni Rumah Negara (FPRN) Bandung, suatu organisasi kemasyarakatan berbadan hukum yang beranggotakan para Eks. Karyawan Kereta Api  di Wilayah Bandung dan sekitarnya menyatakan sikap tegas bahwa :

 

Tanah dan Rumah Negara yang dihuni Eks. Karyawan Kereta Api BUKAN MILIK PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) sehingga pihak tersebut tidak berhak menyewakan dan/atau memagar/mengosongkan tanah dan rumah negara tersebut serta mendesak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung untuk segera menghentikan perbuatan melawan hukum tersebut.

 

Berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :

A. Berkenaan Dengan Tanah Negara

1) Bahwa, Peraturan Pemerintah no. 38 tahun 1963 tentang Penunjukkan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah, pasal 1 menegaskan bahwa PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tidak termasuk Badan Hukum yang mempunyai hak milik atas tanah negara.

2) Bahwa, berkenaan dengan beberapa Sertifikat Hak Pakai (SHP) a.n. Departemen Perhubungan c.q. PJKA: 

a. Kelurahan Garuda, Kecamatan Andir          

    SHP no. 1 terbit tahun 1988

    Gambar situasi no. 303/1988 tgl. 15 Februari 1988

    Luas Hamparan 96.000 m2 dengan keterangan SEBIDANG TANAH KOSONG

    SHP diterbitkan tgl. 16 Juni 1988 

b. Kelurahan Husen Sastranegara, Kecamatan Cicendo

    SHP no. 2 terbit tahun 1988

    Gambar situasi no. 305/1988 tgl. 15 Februari 1988

    Luas Hamparan 76.920 m2 dengan keterangan SEBIDANG TANAH KOSONG

    SHP diterbitkan tgl. 11 Juni 1988

c. Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo

    SHP no. 6 – 3085 terbit tahun 1988

    Gambar situasi no. 306-307/1988 tgl. 15 Februari 1988

    Luas Hamparan 67.173 m2 dengan keterangan SEBIDANG TANAH KOSONG

    SHP diterbitkan tgl. 15 Februari 1988

d. Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo

    SHP no. 6 – 30... terbit tahun 1988

    Gambar situasi no. ...... tgl. 15 Februari 1988

    Luas Hamparan 147.192 m2.

    SHP diterbitkan tgl. 16 Juni 1988

e. Kelurahan Kacapiring, Kecamatan Batununggal

    SHP no. 6 – 3087 terbit tahun 1988

    Gambar situasi no. 316/1988 tgl. 15 Februari 1988

    Luas Hamparan 344.000 m2

    SHP diterbitkan tgl. 16 Juni 1988

f. Kelurahan Samoja, Kecamatan Batununggal

   SHP no. 1 – 3077 terbit tahun 1988

   Gambar situasi no. 317-318/1988 tgl. 15 Februari 1988

   Luas Hamparan 165.768 m2 dengan keterangan SEBIDANG TANAH KOSONG

   SHP diterbitkan tgl. 16 Juni 1988

g. Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong

    SHP no. 1 terbit tahun 1988

    Gambar situasi no. 321/1988 tgl. 15 Februari 1988

    Luas Hamparan 188.741 m2 dengan keterangan SEBIDANG TANAH KOSONG

    SHP diterbitkan tgl. 11 Juni 1988

Data yuridisnya tidak a.n. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sehingga menurut Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah pasal 31 ayat 1, SHP tersebut bukan tanda bukti hak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) atas tanah negara yang dimaksud SHP tersebut. Hal ini ditegaskan pula dalam pasal 32 yang menyatakan bahwa suatu subyek hukum dapat dinyatakan sebagai pemilik hak atas tanah, bilamana dapat membuktikan dengan sertifikat hak atas tanah

3)      Bahwa, berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah pasal 45 ayat 3, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tidak bisa mendapat Hak Pakai. Hal ini ditegaskan dalam penjelasan pasal 45 tersebut di atas yang menyatakan bahwa hak atas tanah yang tertera dalam SHP a.n. Departemen Perhubungan c.q. PJKA tidak dapat dialihkan ke PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Jadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tidak memiliki alas hak atas tanah negara tersebut.

4)      Bahwa, Peraturan Pemerintah no. 57 tahun 1990 tentang Pengalihan Bentuk PJKA Menjadi PERUMKA pasal 8 ayat 3 menyatakan perlunya penyertaan modal disertai dengan penetapan Menteri Keuangan. Demikian pula, dalam PP 19 tahun 1998 tentang Pengalihan Bentuk PERUMKA Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) mensyaratkan hal yang sama, agar diperoleh kepastian apakah tanah dan rumah negara yang saat ini dihuni Eks. Karyawan Kereta Api yang ada di Wilayah Bandung dan sekitarnya turut dialihkan atau tidak. Jadi pihak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tidak bisa semaunya mengaku tanah dan rumah negara tersebut miliknya bila tidak ada penetapan Menteri Keuangan tersebut.

 

Hak Penghuni:

  1. Bahwa, Undang-Undang no. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria pasal 9 ayat 2 mengindikasikan bahwa Eks. Karyawan Kereta Api yang ada di Wilayah Bandung dan sekitarnya beserta keluarganya memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah yang ditempatinya selama ini.
  2. Bahwa, Keputusan Presiden no. 32 tahun 1979 tentang Pokok - Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak - Hak Barat pasal 5 mengindikasikan bahwa Eks. Karyawan Perusahaan Kereta Api yang ada di Wilayah Bandung dan sekitarnya beserta keluarganya memiliki prioritas untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah yang telah ditempatinya selama ini.

 

B. Berkenaan Dengan Rumah Negara

  1. Bahwa, rumah negara tersebut sudah ditempati Eks. Karyawan Kereta Api yang ada di Wilayah Bandung dan sekitarnya beserta keluarganya selama lebih dari 30 tahun berturut-turut dengan Surat Izin Penghunian yang sah dan segala biaya yang berhubungan dengan rumah negara tersebut ditanggung oleh penghuni. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa rumah negara yang dihuni tersebut termasuk rumah negara golongan III.
  2. Bahwa, Peraturan Menteri Keuangan no.138/PMK.06/2010 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa Rumah Negara pasal 12 ayat 3 menyatakan: “Pemindahtanganan dengan mekanisme tukar menukar, hibah atau penyertaan modal pemerintah pusat hanya dapat dilakukan terhadap Barang Milik Negara berupa Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II.” Dengan demikian, rumah negara golongan III yang dihuni Eks, Karyawan Kereta Api bukan milik PT. Kereta Api Indonesia (persero) karena tidak termasuk penyertaan modal pemerintah pusat.
  3. Bahwa, Undang-Undang no. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 49 ayat 2 menyatakan: “Bangunan milik negara/daerah harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.” Pihak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung tidak memiliki bukti status kepemilikan atas rumah negara golongan III yang dihuni Eks. Karyawan Kereta Api di wilayah Bandung dan sekitarnya.
  4. Bahwa, dalam surat no. 260/KOM/VI/D.2-2010 tertanggal 26 Juni 2010 kepada PP/Pokja.MRD.R-III/CRT Bandung, pihak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung menyatakan bahwa Rumah Dinas merupakan aset negara yang berwenang untuk menjual adalah pemerintah, PT. Kereta Api Indonesia hanya diberi wewenang untuk mengelola.

 

Hak Penghuni:

1) Bahwa, Eks. Karyawan Kereta Api yang ada di Wilayah Bandung dan sekitarnya secara hukum berhak mengajukan permohonan pengalihan hak atas status rumah negara golongan III yang dihuninya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang masih berlaku sebagai berikut :

  1. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1974 tentang Pelaksanaan Penjualan Rumah Negeri sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1982 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1974 tentang Pelaksanaan Penjualan Rumah Negeri,
  2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara sebagai-mana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara,
  3. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara,
  4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara,
  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan, Pendaftaran, Penetapan Status, Penghunian, Pengalihan Status dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara,
  6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138/PMK.06/2010 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa Rumah Negara yang ditindaklanjuti dengan Siaran Pers Menteri Keuangan No. : 168/HMS/2010, 23 September 2010,
  7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 23 Tahun 2010 tentang Penatausahaan dan Pengelolaan Rumah Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan,
  8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;

 2) Bahwa, Eks. Karyawan Kereta Api  juga memiliki hak konstitusional atas tempat tinggal sebagai hak asasi manusia yang dijamin dan dilindungi Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Perubahan Kedua yaitu : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” (Pasal 28H angka 1) “Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.” (Pasal 28H angka 4).

C. Berkenaan Dengan Perbuatan Melawan Hukum

  1. Bahwa, berbagai peraturan perundang-undangan di atas menegaskan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tidak memiliki alas hak atas tanah dan rumah negara golongan III yang dihuni Eks. Karyawan Kereta Api, sementara, para penghuni mendapat prioritas hak untuk memiliki tanah dan rumah negara tersebut. Oleh karena itu, terhadap segala upaya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung yang meminta penghuni untuk membayar biaya sewa yang tinggi dan/atau memagar/mengosongkan rumah melalui suratnya yang disampaikan secara masif dan berkelanjutan dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum dengan alasan-alasan sebagai berikut:
  2. Tindakan tersebut melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung tidak memiliki alas hak atas tanah dan rumah negara golongan III yang dihuni Eks. Karyawan Kereta Api sehingga upaya memungut sewa yang tinggi dan/atau tindakan pemagaran/ pengosongan rumah merupakan perbuatan main hakim sendiri (eigenrichting).
  3. Adanya kerugian immateril pada para penghuni rumah negara di wilayah Bandung dan sekitarnya, yang mana mereka merasa kuatir, cemas, dan tertekan atas tindakan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) secara masif dan berkelanjutan tersebut.
  4. Bahwa, faktanya upaya pengosongan rumah yang dilakukan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung tidak pernah didasari oleh suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) baik dalam perkara pidana, perdata maupun tata usaha negara.
  5. Bahwa, Pihak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung dengan sengaja memungut sewa yang tinggi dari penghuni atas tanah dan rumah negara tetapi tidak menyetorkannya ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara sehingga ada dugaan tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara.
  6. Bahwa, menyikapi perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung tersebut maka kami akan melakukan upaya litigasi maupun non-litigasi agar hak-hak para Eks. Karyawan Kereta Api tetap terlindungi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 

Mengakhiri uraian di atas, kajian hukum tahun 2015 dari KAA-HAN Fakultas Hukum Universitas Indonesia mengenai Status Tanah dan Rumah Yang Dihuni Eks. Karyawan Kereta Api menyatakan bahwa “Penyertaan modal negara (inbreng) kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) harus dibuktikan dengan penetapan Peraturan Pemerintah dan perubahan sertipikatnya menjadi sertipikat a.n. PT. Kereta Api Indonesia (Persero).” dan juga mengacu pada “Rekomendasi Akhir” KOMNAS HAM No. : 1.067/K/PMT/V/2012 kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) “untuk menghentikan cara-cara yang tidak manusiawi dalam melakukan pengosongan rumah dinas, misalnya dengan melakukan intimidasi”, maka Forum Penghuni Rumah Negara (FPRN) Bandung dengan ini mendesak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung untuk segera menghentikan upaya menyewakan dan/ atau memagar/mengosongkan tanah dan rumah negara yang ditempati Eks. Karyawan Kereta Api yang ada di Wilayah Bandung dan sekitarnya.   

Kami juga mendesak Aparat Penegak hukum untuk bertindak tegas dan jangan membiarkan perbuatan main hakim sendiri (eigenrichting) dan intimidasi yang dilakukan oleh siapa pun kepada siapa pun.

Demikian sikap tegas FPRN tentang penolakan dan desakan penghentian berbagai tindakan arogan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menjadi perhatian semua pihak

Bandung, Oktober 2015

Pimpinan Forum PRN Bandung

Tentang Kami: www.fprnbandung.blogspot.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun