Warisan Basuki Abdullah ( Hidup, Cinta, Dan Karya)
Oleh: Desy Febrianti
Warisan terbesar Basuki Abdullah adalah kisah hidupnya 1915 -- 1993. Pelajaran hidup di dunia seni merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan generasi selanjutnya dan tak akan pernah musnah hanya karena perbedaan generasi, -dari masa hidupnya sampai saat ini tepatnya 20 tahun setelah peninggalannya. Terlalu besar spirit yang disalurkan Basuki Abdullah kepada generasi sekarang melalui sejarah hidup bekesinanya yang hanya bisa dibayangkan dengan membaca biografi beliau. Semangat kesenian beliaulah yang sangat berpengaruh, dari mulai alasan dan tujuan dia membuat karya, dan itu sangat terlihat di setiap karya lukisan yang dibuatnya dengan berbagai tematik yang berbeda.
Semangat Basuki Abdullah dalam berkesenian tidak lepas dari kecintaan kepada negara Indonesia, tercermin di berbagai misi perjalanan kesenimanan Basuki Abdulklah dari sebelum Indonesia meraih kemerdekaanya hingga akhir hayatnya di dunia.  Basuki Abdullah yang ahli di bidang seni ini, bisa dengan lincah merambah ke bidang lain, seperti politik dan pendidikan. Tindakan di bidang politik, dahulu, pada masa pemerintahan Soekarno, Basuki Abdullah melukis untuk media kelancaran perjuangan  Indonesia dan mengenalkan negara Indonesia ke berbagai negara di dunia melalui posisinya sebagai Duta seni lukis Indonesia.Â
Setelah mengalami perjalanan panjang kesenimanannya yang selalu membawa misi untuk negara Indonesia, sebelum menjelang kematianya, Basuki Abdullah  mempunyai rencana untuk membangun museum yang pada akhirnya setelah Basuki Abdullah wafat dihibahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Negara Indonesia. Nama museumnya di ambil dari kesepakatan bersama yaitu menggunakan nama Basuki Abdullah sendiri, dengan tujuan selain sebagai orang yang mendirikan, juga untuk selalu menginggatkan perjuangan beliau mengharumkan nama Bangsa.
Di bidang pendidikan tindakan nyata dilakukan pada masa Penjajahan Jepang di dalam organisasi Keimin Bunka Sidhoso, Basuki Abdullah memberikan pelajaran melukis secara bergiliran dengan Affandi, Subanto Surio dan Soedjojono. Di dalam organisasi ini beliau mengajar melukis khusus secara akademis, bersama-sama Basuki Abdullah tercatat sosok Barli, Dullah, Haryadi, Trumbus Dan Henk Ngatung. Dan kini walaupun Basuki Abdullah telah tiada, masih saja meluncurkan perjuangannya di bidang pendidikan  dengan memberikan kesempatan kepada generasi muda penerus bangsa -melalui museum  yang didirikanya- tidak hanya untuk mengenali lukisannya, tetapi mereka juga dapat membaca buku koleksi pribadi Basuki Abdullah dan buku pendidikan seni lainya yang dimiliki museumnya ini.
Bukan hanya dari infrastruktur yang disediakan dalam museum Basuki Abdullah saja, tapi juga dari berbagai agenda program kerja yang digagas oleh pengurus museum. Salah satunya kompetisi Seni Lukis Basuki Abdullah Art Award yang diselenggarakan di beberapa tahun belakangan ini, memunculkan nama-nama seniman baru yang satu pemikiran dengan Basuki Abdullah, pemikiran beliau dibuktian melalui lukisan-lukisanya yang melingkup  kecintaan/ nasionalisme Basuki Abdullah terhadap negara Indonesia.Â
Melalui kompetisi ini juga Basuki Abdullah bisa meneruskan spirit perjuangannya untuk semangat berkarya dan juga memberikan kesempatan pada seniman muda untuk berkarya dengan tingkat intelektualitas dan selera estetika tinggi yang tak lepas dari pengaruh pendidikan itu sendiri. Basuki Abdullah mendorong semua generasi muda tak terkecuali untuk berkarya (apapun, tidak hanya lukisan) dengan penuh semangat berprestasi. Dan secara tidak langsung memberikan pendidikan moral kepada mereka.
Kompetisi Seni Lukis Basuki Abdullah Art Award diselenggarakan untuk yang pertama kali pada tahun 2013 dengan tema lukisan SEMANGAT! Indonesiaku (tetap) Molek, dan yang ke 2 tahun 2016 kemarin bertema EKOLOGI : Ruang Maya ke Ruang Alam dengan beberapa sub tema yang bisa dipilih oleh peserta yang berpartisipasi. Pada BAAA #2 ini memunculkan nama Bayu Adi Pujo Asmoro melalui lukisanya yang mengangkat tema Alam dan Perusaknya berjudul "Pertiwi Dan Oprea Kecil" sebagai peraih penghargaan lukisan terbaik pertama. Beginilah gambaran singkat tentang karya tersebut:
Saat mengamati lukisan ini seakan melihat dunia kecil dalam dimensi karya tahun 2016 oleh Bayu Adi Pujo Asmoro ( mahasiswa ISI Yogyakarta ) berukuran 120 x 120 cm. Ruwet, tumpah ruah tersedia dalam satu wadah, dipertunjukkan melalui yang disebutnya Opera. Dilukiskan dengan goresan realistik akrilik yang halus dan detail pada kanvas membuat khayalan surealis tampak nyata. Penggunaan warna kelam menambah kesan dramatis pada opera dalam khasanah kisah kecil di bawah pengawasan sang Pertiwi -sebutan untuk tanah Indonesia-.
Karya yang berjudul "Pertiwi dan Opera Kecil" ini sangat kaya akan objek yang membentuk kode-kode situasi yang terjadi, baik yang rasional maupun irasional. Membentuk metafora penyampaian gagasan dan pencapaian Citra yang seniman coba suguhkan melalui visualnya, membuat alur cerita tampak leluasa berjalan dengan pasti.
Perpaduan warna merah pada kain, dan emas pada tempat baring sang Pertiwi menambah kesan megah, ditambah dengan warna dingin di bajunya serta pada bunga-bunga di pangkuannya, membuat balance antara warna panas dan warna dingin, Â mengesankan sebuah kemakmuran dalam diri si Pertiwi . Â Perpaduan warna merah dan coklat pada opera, seperti api merah di tengah dan di samping kiri dari hamparan Pulau bertanah coklat menambah kesan kolot, Â dengan capaian sugesti rasa cemas di tambah dengan objek-objek yang semrawut tadi, terkesan sangat keos. Perpaduan warna dikemas secara apik di dalam pertimbangan komposisi yang selaras membuat lukisan ini tampak harmonis.
Komposisi penempatan dibagai menjadi tiga babak dan disusun simetris. Di depan dengan objek utama anak kecil atau si Pertiwi, di tengah dengan kekeosan pulau dan belakang adalah  perbandingan pulau yang kontras. Seniman menunjukkan kontradiktif-kontradiktif objek yang seimbang, pemilihan objek melalui sebuah pertimbangan panjang kemudian disaring oleh seniman untuk korelasi antara konteks karya dengan objek metafora visual yang ditampilkan.
Seniman menggambarkan sosok Pertiwi yang diperankan oleh seorang anak kecil yang terlihat enggan menyaksikan pertunjukan opera dengan posisi membelakangi opera itu dan menunjukkan ekspresi menangis, tak mampu menahan gejolak rasa sedih hingga mengeluarkan ari mata ketika melihat keosnya dunia dalam opera itu, dan tampak terluka pada tangan kanannya. Di tengah sebuah Busana indah melekat di tubuh mungilnya, bercorak bunga-bunga kecil berwarna-warni dikelilingi berbagai jenis bunga hingga menarik burung kolibri seakan bunga itu benar-benar menghasilkan madu, berbaring santai di depan tirai merah di atas singgah sana yang terbuat dari emas, di selimuti helaian kain merah, sehingga terlihat sangat elegan, dari semua itu yang seharusnya menyenangkan hati seorang anak.
Seniman menunjukan  sebab tangisan sang Pertiwi tadi ke dalam kisah drama di balik tirai merah. Drama dalam Opera ini mengisahkan keadaan yang sedang dialami saat ini oleh tempat yang senantiasa mengasuh seniman dari lahir tepatnya 23 Mei 1992, Negara Kepulauan Indonesia yang di cintainya. Seniman menghadirkan sebuah gambaran situasi-situasi yang irasional, diperankan oleh objek-objek metavoris untuk melakukan adegan penyampaian sebuah realita saat ini.
Bersetting di suatu pulau yang memiliki berbagai keadaan lingkungan yang semrawut dan miris, seperti aktifitas pabrik dan kebakaran hutan yang menghasilkan asap hitam hingga meneduhkan langit tanpa cahaya matahari dan mengeruhkan lautan, peperangan juga terjadi di atas tanah gersang itu, Â tanda tanda ini menunjukan sebuah penyebab rusaknya alam Indonesia akibat ulah manusia. Sangat berbanding terbalik dengan Pulau alam yang damai nan hijau yang berada tepat di seberangnya. Â Karena memang sangat jelas sekarang ini hanya sedikit kealamian yang masih dimiliki indonesia, dan itu jarang dijamah oleh rakyatnya.
Tampak kuda kurus yang memakan burung, bagaikan tak ada sehelai rumput pun yang iya temukan, yang seharusnya dia herbivor beralih menjadi omnivor hanya untuk bertahan hidup di pulau yang rusak itu. Cacing yang keluar dari tanah karena tanahnya tak segar lagi, bahkan peran cacing yang seharusnya menyuburkan tanah, ia bahkan memutuskan untuk meninggalkan tempat hidupnya, keluar dari sesuatu yang seharusnya jadi tanggung jawabnya. Ikan yang keluar dari air dan berenang tanpa air di udara, keruhnya air membuat ikan berpaling dari air dan berpindah melayang di udara. Itu semua adalah situasi yang irasional bak menggambarkan sebuah perubahan ekosistem akibat kerusakan alam yang di lakukan oleh manusia di pulau itu -- Indonesia.
Perubahan ekosistem alam juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup para hewan, seperti yang tertanda oleh adanya objek tupai yang mati di atas bekas tebangan pohon berisi daging. Demi menggemukan daging manusia, mereka menebang pohon yang merupakan habitat asli para tupai.
Kerusakan alam yang di lakukan manusia tidak hanya berdampak terhadap ekosistem alam saja, bahkan memusnahkan makhluk hidup lain yang ada di sekelilingnya, malah akan mengancam kehidupan sepesiasnya sendiri, dan bisa mengakibatkan sebuah kematian juga. Terlihat dari tiga metafor ini yang melambangkan kematian, yaitu poci yang mengalirkan / menumpahkan darah ke sebuah cangkir, peti mati, burung gagak. Dari berbagai cara kerusakan alam yang dilakukan manusia, mereka juga melakukan pengrusakan terhadap dirinya sendiri, Â jelas tersirat dalam peranan objek tengkorak manusia di bawah botol bir, botol berlogo spet (waru hitam) simbol racun.
Maha Besar Tuhan menciptakan sebuah keagungan sang Pertiwi atau negara Indonesia.  Di bawah kepemimpinan negara yang agung ini, seluruh kekayaan alam Indonesia yang di anugrahkan kepadanya, termasuk spesies flora dan fauna yang hidup dalam naungannya, seharusnya dikuasai erat dalam genggamanya. Namun kayanya alam yang melimpah ini, Indonesia gagal dalam mengolah sumber daya manusianya dengan meningkatkan kondisi moral mereka untuk senantiasa setia menjaga dan melestarikan alam Indonesia. Kegagalan ini mengakibatkan hal yang buruk, banyak sekali permasalahan perebutan kekuasaan sumber daya alam yang di lakukan oleh rakyatnya sendiri, bahkan dari dunia luar banyak juga yang tergiur akan kekayaan alam di atas pangkuan sang Pertiwi. Dengan seenaknya mereka melakukan segala cara hingga berdampak buruk bagi ekosistem dan mengganggu keseimbangan alam, hanya untuk memenuhi rasa ingin memiliki dan jiwa keserakahan -kekayaan materi- dengan alasan demi kemaslahatan hidup manusia itu sendiri. Oleh karena itu kesedihan pertiwi tak bisa terbendung, dari  tanggungjawab yang begitu besar untuk pemanfaatan berlimpahnya anugrah alam yang diberikan kepadanya, seolah dipikulnya seorang diri sehingga menjadi beban berat untuk sang Pertiwi.
Karya Bayu Adi Pujo Asmoro ini mengingatkan kembali di benak kita bahwasanya melihat realita di Indonesia memang banyak sekali permasalahan lingkungan yang terjadi akibat keserakahan manusia terhadap melimpahnya lahan di indonesia. Seperti contoh kasus yang terjadi berturut-turu di tahun-tahun sebelumnya, kebakaran hutan di Indonesia, tepatnya di hampir seluruh Provinsi Sumatra  Utara Indonesia.  Bencana alam akibat ulah manusia ini berdampak sangat serius terhadap lingkungan, dari pencemaran udara yang akhirnya akan berdampak pada aktifitas manusia di indonesia, dan juga menerima kerugian yang besar bukan hanya kerugian materi, namun juga kesehatan bahkan hidup manusia itu sendiri.
 Yang menjadi latar belakang kebakaran hutan adalah kesalahan kebijakan pemerintah  dan praktik manusia yang semena-mena tanpa pandang bulu seenaknya membuka lahan dengan cara membakar hutan karena lebih cepat, praktis, murah, dan juga bisa menyuburkan tanah, sehingga irit pupuk.
Bukan hanya asap dari kebakaran hutan setelah membuka lahan yang berdampak mencemari udara saja, Asap pabrik pun menjadi masalah yang tak henti-hetinya, bahkan dihasilkan di setiap harinya oleh pabrik-pabrik industri besar yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain asap, pabrik industri juga menghasilkan limbah kimia dari kegiatan produksi yang ada di dalamnya, dibuang ke lingkungan secara sembarangan dengan tidak memenuhi dan menaati kaidah lingkungan hidup. Sehingga lingkungan sekitar pabrik industri mengalami pencemaran tanah, air dan udara. Meskipun memiliki dampak positif yang besar bagi kemakmuran hidup manusia dengan memperkerjakan mereka untuk meningkatkan perekonomiannya sendiri. tetapi karena aktifitas manusia tadi yang menghasilkan asap kendaraan bermotor yang dipakai setiap hari dan juga menghasilkan banyak sampah hingga berton-ton setiap harinya. Dan sampah juga salah satu penyebab pencemaran tanah, air dan udara, bahkan bisa menjangkau jauh di luar sekitar pabrik.
Sering kali mereka tidak memikirkan apa ya telah mereka lakukan, kesadaran mereka tampak setelah dampak yang mereka rasakan, lalu lebih melakukan tindakan pengobatan dari pada mengurangi atau mencegah sebab dampak itu sebelum terjadi.
Melalui karya ini, seniman merefleksikan perasaanya di tengah dampak lingkungan yang ia rasakan. Rasa simpati terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi di negaranya ini, menumbuhkan rasa ingin memberikan dorongan untuk meningkatkan kepeduliannya dan masyarakat luas terhadap negara Indonesia. Karena siapa lagi yang akan peduli terhadap Indonesia jika bukan rakyatnya sendiri.
Ada kesamaan yang terlihat antara Bayu Adi Pujo Asmoro dan Basuki Abdullah adalah rasa Cinta dan Kepedulian yang besar kepada negara Indonesia, terlebih terhadap keindahan alamnya -yang telah mengalami perubahan yang sangat drastis- ini. Spirit Basuki Abdullah seperti dirasukan ke dalam jiwa Bayu yang ia salurkan dalam karyanya "Pertiwi dan Opera Kecilnya".
"Lukisan bagaikan mengisahkan satu dalamnya" dalamnya" (Mikke Susanto). Bayu membuktikan teori itu, melalui seri lukisanya ini. Karya Bayu ini sebenarnya sudah berhasil mencakup seluruh Negara Indonesia dari mulai alamnya, pemerintahanya, hingga kondisi rakyatnya. Ada perbedaan yang signifikan dari Indonesia yang dilukiskan Bayu dan Basuki Abdullah. Dengan kemampuan Basuki Abdullah melukis naturalis yang dianggap sebagai lukisan surgawi, melalui lukisan yang banyak memperkenalkan Negara Indonesia dengan keidanhan alamnya, yang memang semasa hidup Basuki Abdullah alam Indonesia masih asri dan indah. Namun saat ini pada masa Bayu Adi Pujo Asmoro melukiskan Indonesia, memang benar adanya yang terjadi saat ini yaitu melukiskan seluruh permasalahan kerusakan alam di Indonesia yang sangat kompleks, dari pencemaran udara akibat asap pabrik atau kebakaran hutan, pencemaran tanah akibat sampah, Â pencemaran air karena limbah industri dan juga sampah, di lengkapi dampak negatif kepada habitat makhluk hidup ( tumbuhan, hewan, manusia ) di Indonesia. Digambarkan dengan komposisi yang seimbang di dalam bidang kanvas hanya berukuran senti meter.
Perbedaan juga terlihat pada saat dua seniman ini berkarya, dari generasi saja sudah berbeda, zaman yang berbeda, dan perkembangan seni lukis juga sangat jauh berbeda. Basuki Abdullah berkarya dengan jujur sesuai apa yang beliau lihat, rasakan dan alami dari zaman Penjajahan hingga Indonesia merdeka dan dalam proses membangun pemerintahanya. Perkembangan seni lukis Indonesia juga baru dimulai pada saat eranya Basuki Abdullah ,Raden Saleh, Affandi, Sudjojono. Bahkan dari semua tokoh tersebut disebut-sebut sebagai seniman perintis pertama perkembangan seni rupa di Indonesia, kemudian di terngah perjalann kesenimanan mereka masuklah pengaruh seni lukis ala Eropa yang disebut Era Seni Modern, dimana karya seni lukis dikelompokan atau ditandai dengan adanya aliran-aliran pada seni lukis dan segmentasi sebutan seniman lukis, seniman grafis, maupun seniman patung. Kemudian mereka dicatat dalam sejarah seni rupa sebagai seniman modern Indonesia.
Sedangkan Bayu Adi Pujo Asmoro menjadi seniman yang berkembang di dalam proses peralihan era modern ke post modern atau lebih sering disebut era kontemporer. Penyesuaian diri bayu dalam berkarya di era kontemporer sekarang masing sangat terpengaruh oleh era sebelumnya, pengaruh seniman sebelum dia sangat besar dan masih menjadi panutan berkaryanya hingga saat ini. Itu sangat terlihat dari karya-karya Bayu Adi Pujo Asmoro yang telah dibuatnya sebelum-sebelumnya.
Jika melihat perkembangan Seni Rupa Indonesia yang selalu mendapat pengaruh wacana seni dari luar, saat ini telah menjadi eranya seni rupa kontempoter yang sudah bebas menciptakan karya seni apapun dan dari media apapun, yang sudah mengekang segmentasi aliran yang dianut oleh seniman. Pengaruh Basuki Abdullah terhadap perkembangan Seni Lukis Indonesia di era sekarang masih sangat kuat. ketika generasi muda yang berminat pada seni lukis kemudian mulai mempelajari tentang seni lukis, maka karya karya Basuki Abdulah Dan Seniman Indonesia lainya akan menjadi penuntun pertama perjalanan mereka, karena posisinya yang tercatat dalam Sejarah Seni Rupa Indonesia, yang selalu diceritakan kepada generasi muda Indonesia melalui mata pelajaran seni di sekolahnya. nama Basuki Abdullah sudah tertanam dalam otak masyarakat Indonesia sejak usia dini.
Memang warisan Basuki Abdullah setelah peninggalanya adalah nama besarnya, berbagai karya yang telah dibuatnya, dan museum yang didirikan di masa hidunya, tapi warisan yang paling berharga adalah Spirit Basuki Abdulah dalam setiap perjuangan di perjalanan hidup kesenimanannya, kepedulian serta cinta besarnya kepada tanah air Indonesia, dan selalu menanamkan dalam dirinya semangat berkarya dan berprestasi, membanggakan nama keluarga, daerah kelahiranya bahkan mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia. Itulah yang patut diwariskan kepada jiwa generasi muda Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H