Penjelasan ini menunjukkan bahwa Alquran adalah kalam Allah yang disampaikan melalui Rasul-Nya. Nabi Muhammad diperintahkan untuk menyampaikan kalam Allah kepada umatnya dengan menyebut Allah sebagai "dia" (huwa). Contohnya adalah dalam surat Al-Baqarah ayat 139 dan surat Ali Imran ayat 29, di mana Nabi Muhammad diperintahkan untuk mengatakan "dia" Allah.
Proses Penciptaan Manusia:
Allah menggunakan kata "kami" dalam ayat-ayat yang menceritakan tentang penciptaan manusia. Misalnya, dalam surat Al-Mu'minun ayat 12-14, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah, kemudian menjadi air mani, gumpalan darah, gumpalan daging, tulang belulang, dan akhirnya menjadi makhluk yang berbentuk lain. Proses ini melibatkan orang tua kita, sehingga Allah menggunakan kata "kami".
dari kajian ini adalah bahwa Alquran adalah kalam Allah yang diwahyukan secara utuh, baik lafadz maupun maknanya. Penggunaan kata ganti "aku", "kami", dan "dia" dalam Alquran adalah gaya bahasa yang menggambarkan eksistensi Allah dari sudut pandang yang berbeda. Alquran bukanlah kalam Rasul, tetapi wahyu dari Allah yang disampaikan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad.
Demikian kajian kita kali ini. Mudah-mudahan semakin jelas dan gamblang pemahaman kita tentang Alquran sebagai kalam Allah. Kita akan melanjutkan kajian ini di episode-episode berikutnya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih utuh dan komprehensif.
, kita telah membahas tiga pendapat mengenai Al-Qur'an sebagai Kalam Allah. Pendapat pertama menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril dalam bentuk lafzi dan maknawi. Artinya, lafadz dan makna Al-Qur'an secara utuh diturunkan dari Allah kepada Malaikat Jibril dan kemudian kepada Nabi Muhammad.Â
Pendapat kedua berargumen bahwa Allah mewahyukan firman-Nya kepada Malaikat Jibril dalam bentuk makna, kemudian Malaikat Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad dalam bentuk lafadz dan makna. Dalam pandangan ini, Malaikat Jibril berperan sebagai rasul yang melafalkan wahyu Allah dalam bahasa Arab sebelum disampaikan kepada Nabi Muhammad.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa firman itu dari Allah berupa makna kepada Malaikat Jibril dan dari Jibril kepada Nabi Muhammad juga dalam bentuk makna. Nabi Muhammad kemudian melafalkannya dalam bahasa Arab, baik tulisannya maupun bacaannya.Â
Ketiga pendapat ini menimbulkan kontroversi, dan kita telah mengkaji secara mendalam untuk mendapatkan detail-detailnya. Kesimpulan dari kajian kita menunjukkan bahwa Kalam Allah diturunkan secara utuh, baik lafadz maupun maknanya, dan bukanlah Kalam Rasul, baik Malaikat Jibril maupun Nabi Muhammad.
Namun, ada argumen yang menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah perkataan Rasul. Ayat yang sering dijadikan dasar adalah dalam Surat Al-Haqqah ayat 40 dan Surat At-Takwir ayat 19. Keduanya menyebutkan bahwa "Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah perkataan Rasul yang mulia." Dalam kajian kita, kita memahami bahwa di dalam Surat Al-Haqqah, Rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad, sedangkan dalam Surat At-Takwir, yang dimaksud adalah Malaikat Jibril.
Meskipun begitu, kedua ayat ini menegaskan bahwa Allah menurunkan Kalam-Nya kepada Malaikat Jibril sebagai rasul dan Nabi Muhammad juga sebagai rasul untuk diungkapkan dengan kata-kata (qaul). Ada perbedaan antara kalam Allah dan qaul Rasul. Kalam Allah adalah firman Allah yang bersumber dari Allah sendiri, sementara qaul Rasul adalah kata-kata yang ditransmisikan dari kalam Allah melalui para rasul.