"Grauk! Grrr..." tak kusangka anjing kecil ini masih berharap klarifikasi atas perbuatanku. Hei bukankah sudah kau lihat dengan mata kepalamu sendiri?! Bukan aku yang membunuhnya! Dia sendiri. Tak tahan aku membiarkan gigitannya mengundang darahku untuk mengalir keluar dari balik kulitku.
"Ih! Kamu kenapa sih!?" teriaku yang kemudian dikejar oleh sebuah tendangan yang menghempas tubuh mungilnya ke tanah dengan jarak tak jauh dari kuburan sahabatku. Shushu mati. Rupanya dia masih setia pada majikannya hingga maut menjemputnya. Kini derap keringatku menyaingi degup jantungku. Mereka begitu mengusik kebahagiaanku. Tapi kali ini tidak, akulah yang akan berbahagia! Ah tak perlu merasa bersalah! Lupakan saja soal Yuma! Dengan ini, aku bisa bertemu dengan Kaji!!
Tak jauh dari hutan itu, terlihat secercah cahaya tengah mengitari bangunan Eropa kuno. Bangunan itu berdiri kokoh dengan nuansa kegelapan menyelubungi seluruh bangunan tua itu. Di tengah keheningan malam menyambut sosok tamu yang tak biasa mengunjunginya.
"Selamat datang di toko cokelat pengabul permohonan Chocolat Noir. Aku Chocola Aikawa, sang chocolatier. Wah..."
"Masuklah..." demikianlah segenggam malam meninggalkan cengkramannya pada hari itu. Dia menepis bersama dengan kenyataan bahwa sahabatku telah berpelukan dengan semesta. Mewariskan kenangan bahagia, pada sahabat satu-satunya, aku. Tentulah kusambut dengan sukacita.
Ah... Awan di langit masih belum merestui pertemuanku dengan pangeran yang telah kuselamatkan. Jari jemariku juga masih dihantui oleh bulu kuduk yang terus menari-nari. Kini hanya aku yang memiliki tiket berharga ini. Dari antara semut-semut yang berkeliaran di gedung ini, hanya aku yang spesial.
"Kamu penonton yang dapat tiket platinum ya? Silakan ke sini." Kata aseorang pria yang berkalungkan tulisan comittee itu.
"Kamu cewek yang beruntung hari ini? Salam kenal, Kino-chan!" suara seorang lelaki pemilik mata yang bersniar kecoklatan itu berhasil memasuki telingaku dengan begitu lembut. Kaji!! Pangeranku!
Di antara ribuan manusia di luar sana, akulah gadis yang paling bahagia. Terlihat pakaian-pakaian yang digunakan oleh Ren-Z berjajar dengan rapi. Semuanya berkilauan. Sedekat ini jarak antara aku dan mereka para lelaki idaman ini. Bahkan meja yang mereka gunakan untuk memoles ketampanan pada wajah mereka pun terlihat bersinar.
"Kamu sering datang ke konser kami, kan?" tanya Kaji dengan girangnya. "Soalnya pakaianmu mencolok!" tambahnya.
Perkataan Kaji yang penuh pujian itu membuatku teringat pada tuturan berbisa yang pernah dilontarkan oleh sahabat yang satu itu. "Kamu suka pakai baju aneh begitu ya? Aku sih, tidak akan beli yang seperti itu." Nampaknya selera fashionnya lebih rendah dari debu di tanah. Untuk seorang pangeran seperti Kaji saja menyanjung penampilanku yang menawan seperti ini. Inilah tanda bahwa setiap kali aku menghadiri konser mereka, Kaji secara khusus menyadari keberadaanku yang tak jauh darinya. Harusnya akulah yang tak sudi berteman denganmu yang tidak memiliki selera fashion yang cukup. Kamu bukanlah tandinganku, Yuma!