Mohon tunggu...
Flutterdust
Flutterdust Mohon Tunggu... Mahasiswa - Muhammad Fa'iq Rusydi - Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Kecil Bergerak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung: Latar Belakang hingga Dampaknya

18 April 2023   18:23 Diperbarui: 21 April 2023   09:04 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Annisa Almum/Komunitas Aleut 2022

Di samping itu, demi memperkuat identitas, ingatan kolektif dan semangat momentum KAA, Presiden Soekarno berhasil mengubah nama Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwiwarna, Gedung Sociente Concordia menjadi Gedung Merdeka dan Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Berikutnya, “berdasarkan kabar dari kedubes-kedubes kita di luar negeri, mulai tanggal 11 April staf dari berbagai delegasi datang di Indonesia, mendahului para ketuanya,” (Abdulgoni, 2015, hal. 58).

Sekitar pukul 17:00 WIB hari Senin tanggal 11 April 1955, Dr. H. Roeslan Abdulgoni mendapat telpon dari pihak keamanan lapangan udara Kemayoran, mengenai kabar bahwa pesawat konstelasi Kashmir Princess dari India dengan delegasi China sekitar pukul 11.30 siang berangkat dari Hongkong dan jatuh di kepulauan Natuna perairan Indonesia. Belum bisa dipastikan sebabnya. Kejadian ini membuat beliau cukup tegang. “Sabotase? Mungkin sekali! Dengan maksud untuk membunuh PM Chou En Lai? Mungkin juga! 

Sebab belum sebulan yang lalu, yaitu pada tanggal 13 Maret 1955 kita menerima berita dari New Delhi; bahwa PM India Nehru terhindar dari usaha percobaan pembunuhan, untung gagal!,” (Abdulgoni, 2015, hal. 63). Esok harinya baru mendapat berita yang jelas, bahwa delegasi China maupun Dubes Indonesia dari China tidak ada di pesawat yang malang tersebut. Tanggal 16 April 1955 mereka berhasil mendarat di Indonesia. Namun sudah semenjak adanya insiden itu, keamanan sekitar kedatangan delegasi sudah diperketat lagi.

Peristiwa menarik lain menjelang KAA, yakni sebelum Presiden Nasser sebagai wakil dari delegasi Mesir datang. Kedubes Mesir memberi kabar ke Dr. H. Roeslan Abdulgoni, bahwa dalam rombongan Mesir sejumlah 30 pengawal pribadi Presiden Nasser akan ikut untuk menjaga keamanan, mengantisipasi adanya kontak Ichwanul Muslim sebagai oposisi di Mesir dengan Daarul Islam di Jawa Barat. Semua pengawal itu harus selalu disamping Presiden Nasser. Namun Pak Roeslan menolak dan hanya memperkenankan 3 pengawal saja yang ikut, dengan alasan tidak cukupnya akomodasi. 

Mereka kemudian mengusulkan supaya 27 yang lain diperkenankan berkemah di pinggir jalan Lembang, di muka bungalownya Presiden Nasser. Ada pertimbangan, bagaimana nanti rakyatnya—warga Bandung hilir-mudik membawa sayur-sayuran, buah-buahan dan barang dagangan melihat begitu banyak prajurit Mesir berkemah di pinggir jalan? Aneh tapi mengkhawatirkan. Sebab itu juga, Pak Roeslan tetap tidak memperkenankan dan mencoba meyakinkan Dubes Mesir terkait keamanan.

Isi Dasasila Bandung

Setelah meninjau dan merundingkan kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika, bagaimana cara rakyat negara-negara ini dapat bekerjasama dengan lebih erat di lapangan ekonomi, kebudayaan dan politik, maka KAA sukses terselenggara sampai selesai dan menghasilkan ‘di antaranya’ adalah Dasasila Bandung yang terkenal. Dasa dalam bahasa Sansekerta artinya sepuluh, yaitu sepuluh prinsip dasar dalam memajukan perdamaian dan kerjasama dunia. Isi Dasasila itu adalah :

  • Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang terdapat dalam piagam PBB.
  • Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-bangsa.
  • Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua bangsabangsa besar maupun kecil.
  • Tidak melakukan intervensi atau campur-tangan dalam soal-soal dalam negeri negara lain.
  • Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan piagam PBB.
  • a. Tidak mempergunakan peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar. b. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
  • Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik semua negara.
  • Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim ataupun lain-lain cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan piagam PBB.
  • Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
  • Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

Dampak Peristiwa KAA

Sewaktu sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada 19 November 1969 mengenai Pepera yakni persoalan Irian Barat, Indonesia mendapat dukungan dalam hasil mutlak bahwa rakyat Irian Barat tetap menyatakan bergabung dalam Republik Indonesia sesuai dengan Proklamasi 17 Agustus 1945. 

Wakil Ghana, Dubes Akwei, dengan disokong 30 negara lain waktu itu agak keberatan dan mengusulkan supaya perdebatan di tunda serta rakyat Irian Barat diberi waktu sampai akhir tahun 1975 untuk menyatakan pendapatnya; apakah memang mereka benar-benar mau bergabung dengan RI, atau merdeka sendiri sesuai tuntutan Gerakan Papua Merdeka, atau bersama Irian Timur mendirikan negara merdeka ‘Melanesia’. 

Wakil Ghana menuduh sidang Pepera dijalankan secara paksaan oleh bayonet TNI dan memiliki anggapan Indonesia menjalankan semacam ‘kolonialisme’ baru, disamakan dengan Afrika Selatan dan Portugal yang Rasialis—Kolonialis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun