Usaha-usaha Persiapan KAA
Setelah Konferensi Kolombo, dengan diawasi PM Ali Sastroamidjojo, dipimpin oleh Menlu Sunario dengan dibantu oleh seluruh staf dan pegawainya, Departemen Luar Negeri pada bulan Mei 1954 mulai merintis persiapan KAA. Kepala Direktorat Asia dan Timur-Tengah, Sukardjo Wirjopranoto yang bertugas mengadakan kontak dengan negara-negara di Asia-Afrika yang akan diundang.
Sambil menunggu respon yang masuk dari negara-negara yang dikontak, PM Ali Sastroamidjojo merasa perlu mengunjungi PM Nehru di New Delhi yang pada tahun-tahun itu memiliki pengaruh dan wibawa yang besar di Asia-Afrika. Hasilnya, keluar joint statement tanggal 25 September 1954 berbunyi “The two Prime Ministers discussed also the proposal to have a Conference of representatives of Asian and African countries and were agreed that a Conference of this kind was desirable and would be helpful in promoting the cause of peace and a common approach to these problems. It should be held at an early date.”[4]
Alhasil pada 28-30 Desember 1954, Panca Perdana Menteri berkumpul lagi. Atas persetujuan Presiden Soekarno, tempatnya ditetapkan di Istana Bogor, bukan di Jakarta. Pertemuan di Bogor ini menghasilkan rumusan maksud dan tujuan diadakanya KAA, siapa yang akan mensponsorinya, apa agendanya[5] dan siapa-siapa yang akan diundang. Ada 4 rumusan pokok maksud dan tujuan diadakanya KAA :
- Untuk memajukan goodwill dan kerjasama antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk menjelajah serta memajukan kepentingan-kepentingan mereka, baik yang silih-ganti maupun yang bersama, serta untuk menetapkan dan memajukan persahabatan serta penghubungan sebagai tetangga baik.
- Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan daripada negara-negara yang diwakili.
- Untuk mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus daripada bangsa-bangsa Asia dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai kedaulatan nasional dan tentang masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme.
- Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika, serta rakyat-rakyatnya dalam dunia dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna memajukan perdamaian serta kerjasama di dunia.
Yang mensponsori atau yang ikut membiayai KAA adalah lima negara dalam Konferensi Kolombo sebelumnya, yakni; Burma, Pakistan, Sri Lanka, India dan Indonesia. Hanya Central African Federation yang menolak undangan, dari total 25 negara yang diundang :
- Afganistan
- Cambodia
- Central African Federation
- China
- Egypt
- Ethiopia
- Gold Coast
- Iran
- Iraq
- Japan
- Jordan
- Laos
- Lebanon
- Liberia
- Libya
- Nepal
- Philippines
- Saudi Arabia
- Sudan
- Syria
- Thailand
- Turkey
- Vietnam (North)
- Vietnam (South)
- Yaman
Begitu pertemuan di Bogor ditutup, segera Joint Secretariat yang terdiri oleh Dubes B.F.H.B Tyabji dari India, Dubes Choudri Khaliquzzaman dari Pakistan, Councelor M. Saravanamuttu dari Sri Lanka, Kuasa Usaha Mya Sein dari Burma serta Dr. Roeslan Abdoelghoni dari Indonesia sebagai ketuanya, dibentuk menjadi penanggungjawab pelaksana KAA. Joint Secretariat kemudian membentuk dua panitia, satu tingkat nasional dengan komposisi interdepartemental di Jakarta dan satu tingkat lokal diketuai Gubernur Jawa barat waktu itu, Samsi Hardjadinata di Bandung.
Panitia lokal ini ditugaskan mengurusi administrasi dan masalah teknis lainya. Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun disiapkan sebagai tempat konferensi. Hotel Homman, Hotel Astoria, Hotel Preanger dan 11 hotel lainya—serta 31 bungalow di sekitar Lembang, Ciumbuleuit dan jalan Cipaganti dipersiapkan untuk penginapan.
Masjid Agung Bandung, lapangan terbang, stasiun kereta api, jalan besar Jakarta ke Bandung sampai jalan-jalan tertentu di Kota Bandung tidak luput dari perbaikan. Jaringan hubungan telepon dan telegram kualitas—kuantitasnya juga ditingkatkan, para penerjemah dan alih bahasa didatangkan dari luar negeri, penjagaan untuk keamanan diberi perhatian khusus.
Perkiraan ada lebih kurang 1.500 tamu peserta, serta lebih kurang 500 wartawan dalam dan luar negeri. Joint Secretariat pun menyediakan 143 mobil sedan, 30 taxi dan 20 bus untuk mereka. 230 tenaga supir disiapkan, persediaan bensin ditentukan 175 ton untuk minimal 5 hari dengan perhitungan pengeluaran 30 ton per-hari (Abdulgoni, 2015, hal. 57-58).
Peristiwa Menjelang KAA
Pada 7 April 1955 Presiden Soekarno mengecek sendiri ke Bandung bagaimana persiapan yang sudah dilakukan, selama hampir 5 jam beliau memeriksa semuanya dan tampak merasa puas. Hanya ketika masuk Gedung Concordia agak merengut sebentar, beliau memiliki pandangan lain dan mengusulkan bagaimana dekor Gedung Corcodia yang harus mengilhami. Sayangnya usul itu tidak bisa diwujudkan karena keterbatasan waktu dan biaya.