Mohon tunggu...
Sabar Rudy Charolus Siallagan
Sabar Rudy Charolus Siallagan Mohon Tunggu... Buruh - Pembaca

Peminat beragam bacaan, mengejawantahkan hasil bacaan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Means Of Grace: Sarana Anugerah dalam Perpektif John Wesley (Methodis)

15 Oktober 2024   20:40 Diperbarui: 15 Oktober 2024   20:40 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengutip buku Pesan John Wesley Masa Kini, John Wesley menterjemahkan Means Of Grace atau Sarana Anugerah sebagai perbuatan perbuatan yang ditetapkan oleh Allah menjadi perantara (sarana) dimana Ia dapat menyampaikan kepada banyak orang Anugerah pendahuluan, Pembenaran ataupun Anugerah pengudusan". Atau secara sederhana dapat kita simpulkan Sarana Anugerah adalah kegiatan-kegiatan rohani yang menguatkan iman orang percaya.

Melalui kegiatan-kegiatan ini orang percaya membuka hati dan hidupnya untuk perkerjaan Tuhan didalam dirinya.

Adapun sarana Anugerah tersebut dibagi atas 2 yaitu:

1. Perbuatan-perbuatan Kesalehan

A. Doa

Doa bukan hanya sekedar kumpulan permohonan atau rutinitas orang percaya. Doa merupakan persekutuan dan pertemuan antara seorang ciptaan yang rapuh dengan Penciptanya yang Maha kuat. Maka doa seseorang sudah seharusnya dilakukan dalam kesadaran yang sungguh atas kebesaran dan kemuliaan Allah yang dilimpahkan kepada kita dalam kasih yang besar.

Dalam kehidupan kerohaniannya, John Wesley memiliki pertanyaan-pertanyaan evaluatif terhadap dirinya sendiri untuk mengevaluasi kehidupan kerohaniannya saya mencantumkan beberapa pertanya John Wesley yang berkaitan dengan Doa;

  • Apakah saya berdoa dengan penuh semangat saat berdoa baik ketika sedang sendiri dan di chapel?
  • Apakah saya menggunakan doa dengan sungguh-sungguh, berhati-hati dan dengan keyakian setiap jam sekali?
  • Apakah telah mengucapkan sesuatu tanpa memikirkan itu jauh dari kemuliaan Allah?

Bahwa John Wesley memandang doa dengan kesungguhan dan dalam kesadaran yang sungguh akan siapa pribadi yang dia temui didalam doanya. Kesadaran inilah yang harus dimiliki orang percaya sehingga membawa kita pada sikap doa yang terus bergantung kepada anugerah Tuhan dalam kehidupan kita. sikap kebergantungan itu pula yang membawa kita untuk setia berdoa kepada Tuhan tiap-tiap waktu.

B. Alkitab 

Memahami Firman Allah mencakup mendengar, membaca dan merenungkan Firman Allah. Ini adalah sarana dimana Allah memberikan, meneguhkan dan juga menambahkan hikmat yang benar bagi kita. merenungkan firman Tuhan membawa orang percaya untuk mengerti hal-hal yang berasal dari Allah.

John Wesley memberikan usulan bagi kita untuk merenungkan Firman Tuhan:

1. Sediakan waktu khusus setiap pagi dan malam untuk tujuan tersebut.

2. Pada setiap waktu, bacalah satu pasal dari Perjanjian Lama dan satu pasal dari Perjanjian Baru.

3. Bacalah dengan sikap untuk mengetahui dan untuk melaksanakan segala kehendak Allah.

4. Senantiasa menghubungkan perenungan tersebut dengan doktrin-doktrin utama dari iman Kristen.

5. Senantiasa awali pembacaan Alkitab dengan berdoa.

6. Mengehentikan sejenak pembacaan tersebut untuk menguji hati dan hidup kita.

C. Perjamuan Kudus

Lukas 22 ayat 19

Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."

Perjamuan kudus seharusnya membangkitkan ingatan orang percaya terhadap apa yang harus dilakukan Tuhan Yesus Kristus bagi kita dan dunia. Perjamuan kudus memposisikan pikiran kita kepada fakta tentang keberdosaan kita dan kebutuhan kita akan pengampunan. Perjamuan Kudus menjadi perayaan atas besarnya anugerah yang dilimpahkan terhadap manusia dan kelayakan yang diberikan kepada manusia untuk memperolehnya.

Maka perjamuan kudus seharusnya membawa kita untuk terus memperbarui tekad dan komitment dihadapan Tuhan setiap waktu. dan setiap orang mungkin saja mengalami pengalamn baru yang ajaib dalam perjamuan kudus.

D. Berpuasa

Berpuasa atau berpantang haruslah dilakukan dalam suasana kasih yang kudus yang terlihat dalam hati yang hancur. Hendaklah puasa itu dilakukan dengan sikap perkabungan yang sungguh akan dosa. Puasa haruslah diiringi dia yang mencurahkan seluruh isi jiwa dihadapan Allah mengakui dosa kita merendahkan diri kita, membuka kepada-Nya segala kekurangan,kesalahan dan ketidakmampuan kita.

Dalam berpuasa kita disadarkan akan kerapuhan kita dihadapan Tuhan.

E. Persekutuan Kristen Atau konferensi Kristen 

John Wesley percaya bahwa sikap saling mendukung, melayani dan meperhatikan didalam persekutuan merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan orang percaya. Bahkan persekutuan Kristen merupakan sebuah ciri unik kekristenan sejak gereja mula-mula.

Maka secara spesifik John Wesley membuat sebuah kelas permuridan dalam kelompok-kelompok kecil atau sering disebut Class Meeting. Persekutuan ini diadakan bukan untuk meniadakan persekutuan digereja, melainkan untuk memperlengkapi gereja dengan memeberikan kesempatan bagi para petobat untuk bertumbuh didalam lingkungan yang saling mendukung dan melayani.

Mengacu pada Yakobus pasal 5: 16 Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Para angota persekutuan diharapkan dengan setia dan tekun saling mendukung dalam pertemuan-pertemuan kelompok.

Dalam pertemuan-pertemuan tersebut dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan evaluatif seperti:

1. Dosa-dosa apakah yang kamu lakukan sejak pertemuan terakhir?

2. Pencobaan-pencobaan apakah yang telah engkau temukan?

3. Bagaimana engkau terbebas dari hal Tersebut?

4. Adakah hal-hal yang kamu lakukan atau katakan yang membuatmu ragu bahwa hal itu dosa atau tidak?

Pertanyaan-pertanyaan di lontarkan bukan dalam penghakiman, namun dalam arah kepedulian kepada sesama untuk dapat bertumbuh bersama semakin baik.

Persekutuan kristen yang benar akan menjadi wujud nyata dari umat Allah yang penuh kasih bagi dunia.

2. Perbuatan-perbuatan Belas Kasih

Orang percaya diajak untuk memiliki kepedulian terhadap segala ketimpangan sosial disekitarnya. Bukan hanya peduli kedalam persekutuan namun juga memperhatikan juga membawa pemulihan bagi orang-orang yang di luar persekutuan.

Demikian uraian tentang sarana anugerah, adapun sarana anugerah ini tidak bermaksud membatasi anugerah Allah hanya pada kegiatan-kegiatan tersebut. Namun sarana anugerah tersebut dapat menjadi upaya nyata manusia untuk terus bergantung kepada Anugerah Allah dan dengan tekun hidup di dalamnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun