Mohon tunggu...
Heli Resti
Heli Resti Mohon Tunggu... Lainnya - Auditor

Aku hanya sekelumit dari dunia ini, disini aku tidak dibawasi tempat dan tidak terhambat waktu.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Risk Appetite: Lihat Makananmu

23 Oktober 2020   10:41 Diperbarui: 23 Oktober 2020   10:56 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sering kita mendengar istilah "lapar mata" yaitu ketika sebenernya tidak lapar, tetapi ingin makan melihat suatu makanan tertentu. Atau orang yang makan tidak pakai ukuran, sehingga... Ini bisa dibilang selera makan yang berlebihan...sebenernya melebihi kapasitas perutnya. 

Selera makan makan yang benar adalah sesuai kapasitas dan untuk kebutuhan tubuh yaitu kesehatan dan perkembangan. Makan berlebihan apalagi jenis makanan junkfood hanya akan mendatangkan penyakit atau setidaknya berakibat perut tidak slimfit lagi. 

Nah analogi makanan ini, bisa juga untuk dengan mudah memahami risk appetite dalam risk management. Bayangkan orang yang hidup dengan selera makan sehat kita analogikan dalam risk appetite manajemen risiko. jadi Risk Appetite itu You Are How You Eat.

1. Mengetahui kondisi internal tubuh

Untuk bisa menentukan "selera" makanan apa yang dapat dimakan untuk tujuan kesehatan dan perkembangan atau aktivitas, kita harus paham kondisi tubuh kita. 

Misal bila kondisi sangat sehat, semua bisa dimakan yang penting seimbang. Bila ada indikasi sakit berarti harus ada pantangan. Kondisi internal sangat menentukan selera, kondisi yang harus pantang, tetapi mengambil selera tinggi atas makanan  atau cuek dampaknya adalah harus ada suplemen atau obat cadangan supaya tidak memperburuk kondisi.

Nah. Analogi ini sama dengan risk management. Risk appetite ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi internal atau internal environment. Di dalam framework COSO ERM 2014 disebutkan internal environment meliputi an entity's ethical values, competence and development of personnel, management's operating style and how it assigns authority and responsibility.

2. Menetapkan target appetite

Setelah mengetahui kondisi internal tubuh, ditetapkan target yang jelas berapa asupan makanan yang sesuai kebutuhan kesehatan dan pertumbuhan tubuh. Dalam ilmu gizi pun ada ukuran-ukuran untuk mengatur ini. Seseorang yang makan melebihi kebutuhan bisa mendatangkan bahaya. Terlalu berhati hati mengatur target makan juga tidak baik.

Hal yang sama untuk risk appetite manajemen risiko. Tetapkan target appetite risiko entitas atau korporasi. Berapa target appetite yang akan ditetapkan dengan melihat tujuan dan strategy korporasi yang ditetapkan. 

Terlalu tinggi risk appetite akan berbahaya, terlalu rendah akan berisiko idle. Namun tetap juga menjadi perhatian bahwa tingkat return itu memang akan linier dengan tingkat risiko atau high risk akan cenderung high return. Bila tidak berani mengambil risiko ya berarti tidak akan memiliki peluang return yang memadai. Dan dapat mengarah pada value decreasing.

Dalam COSP ERM 2014 disebutkan utilized throughout the enterprise and aligned with and linked to the strategy". Tujuan menurut COSO dibagi dalam 4 kategori yaitu:

- Strategic -- yang merupakan high-level goals

-Operations - yang merupakan tujuan untuk effectiveness and efficiency ata operasi

- Reporting - yang merupakan effectiveness dari pelaporan (semua pelaporan, tidak hanya keuangan)

- Compliance - yang merupakan compliance terhadap peraturan dan perundangan

3. Memilih menu makanan

Setelah mengetahui kondisi dan target porsi makanan. Berikutnya lebih detil lagi adalah memilih makanan, atau food combining. Food combining ini menentukan sekali cita rasa makanan, sehingga akan membuat nafsu makan bertambah dan makanan efisien tidak terbuang percuma karena tidak cocok. Food combining dalam makanan dan gizi ada ilmu dan seni tersendiri. Tidak hanya makanan dipilih itu sehat tetapi juga bersita rasa.

Dalam risk appetite manajemen risiko juga demikian. Setelah mengetahui kondisi internal dan ditetapkan target yang jelas. Maka diterapkan rencana aksi yang seimbang. Hal ini dilakukan sebagai sasaran strategis dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada dan terbatas untuk mendapatkan hasil terbaik dan juga secara spesifik dapat memberikan nilai tambah.

4. Mengendalikan appetite

Selera makan yang sudah seimbang dengan food combining yang bersita rasa tetap harus dimitigasi juga atau dikendalikan juga sepaya target appetite terjaga stabil.

Dalam manajemen risiko juga demikian. Risk appetite yang sudah dijabarkan dalam sasaran strategis dan target harus dimitigasi dan dikendalikan. Dilakukan asesmen untuk menjaga agar risiko yang ada sesuai dengan appetite yang disepakati.

Ada batasan kapan harus ditinjau untuk dilakukan menyesuaikan. Dalam konteks bisnis dikenal misal ada cut loss, perubahan target.

5. Monitor appetite

Dalam tubuh, makanan diolah menjadi energi, bila metabilosme baik maka kesehatan menjadi imbang dan hal ini perlu dimonitor juga. Misal berat badan, tekanan darah dsb.

Dalam appetite manajemen risiko juga demikian. Kondisi risiko dan mitigasi harus dimonitor dan dianalisis bagaimana risk appetite berjalan dan bagaimana mitigasi dilakukan. Apakah masih aman, apakah perlu target appetite direvisi. Risk appetite juga sangat dipengaruhi kondisi eksternal. Dan ketika harus lebih berani dalam appetite, korporasi harus siap dengan cadangan mitigasi dan lainnya agar tidak berdampak buruk.

6. Enjoy life

Orang makan untuk sehat, sakit juga makan untuk bisa sehat, semua diatur dengan porsi dan keimbangan. Karena hakehat makan juga menjadi bagian untuk menikmati kehidupan.

Begitu juga dalam manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko dengan risk appetite dan mitigasi juga pengendalian bukan suatu beban, harus dinamis mengikuti kegiatan dan sesuai yang harusnya menjadi sesuai yang dinikmati, menjadikan enjoy dalam pekerjaan karena chalenging dan memberikan harapan atas value yang lebih baik.

Risk appetite yang benar mestinya menempatkan pegawai atau kegiatan dengan lebih tepat sehingga mendorong orang untuk lebih memiliki target appetite atau belong to, menjadi bagian dari apa yang akan dicapai/dituju.

Nah kira-kira ini analogi risk appetite dalam makanan. Bila belum sampai enjoy life dan risk appetite ini menjadi beban pekerjaan... perlu dilihat mungkin ada yang belum tepat penerapannya.
salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun