Ada batasan kapan harus ditinjau untuk dilakukan menyesuaikan. Dalam konteks bisnis dikenal misal ada cut loss, perubahan target.
5. Monitor appetite
Dalam tubuh, makanan diolah menjadi energi, bila metabilosme baik maka kesehatan menjadi imbang dan hal ini perlu dimonitor juga. Misal berat badan, tekanan darah dsb.
Dalam appetite manajemen risiko juga demikian. Kondisi risiko dan mitigasi harus dimonitor dan dianalisis bagaimana risk appetite berjalan dan bagaimana mitigasi dilakukan. Apakah masih aman, apakah perlu target appetite direvisi. Risk appetite juga sangat dipengaruhi kondisi eksternal. Dan ketika harus lebih berani dalam appetite, korporasi harus siap dengan cadangan mitigasi dan lainnya agar tidak berdampak buruk.
6. Enjoy life
Orang makan untuk sehat, sakit juga makan untuk bisa sehat, semua diatur dengan porsi dan keimbangan. Karena hakehat makan juga menjadi bagian untuk menikmati kehidupan.
Begitu juga dalam manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko dengan risk appetite dan mitigasi juga pengendalian bukan suatu beban, harus dinamis mengikuti kegiatan dan sesuai yang harusnya menjadi sesuai yang dinikmati, menjadikan enjoy dalam pekerjaan karena chalenging dan memberikan harapan atas value yang lebih baik.
Risk appetite yang benar mestinya menempatkan pegawai atau kegiatan dengan lebih tepat sehingga mendorong orang untuk lebih memiliki target appetite atau belong to, menjadi bagian dari apa yang akan dicapai/dituju.
Nah kira-kira ini analogi risk appetite dalam makanan. Bila belum sampai enjoy life dan risk appetite ini menjadi beban pekerjaan... perlu dilihat mungkin ada yang belum tepat penerapannya.
salam