Mohon tunggu...
Maniac Flasher
Maniac Flasher Mohon Tunggu... -

From Zero to Hero\r\nanggota kelompok : - hassan alhabsyi\r\n - choliq zuhad\r\n - togar p hutabarat\r\n - rizki agung nugraha

Selanjutnya

Tutup

Nature

SDLC

15 Desember 2010   05:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:43 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Model Proses Pengembangan Perangkat Lunak

Model proses perangkat lunak (atau disebut juga paradigma rekayasa perangkat lunak) adalah suatu strategi pengembangan yang memadukan lapisan proses, metode, dan alat serta tahap-tahap generik. Model proses untuk rekayasa perangkat lunak dipilih berdasarkan sifat proyek dan aplikasi, metode dan alat yang digunakan, serta pengendalian dan hasil yang diinginkan. Berikut adalah beberapa modelproses pengembangan perangkat lunak.

Linear Sequential Model

Linear sequential model (atau disebut juga “classic life cycle” atau “waterfall model”) adalah metode pengembangan perangkat lunak dengan pendekatan sekuensial dengan

cakupan aktivitas:

1.  Pemodelan dan rekayasa sistem/informasi.

Menetapkan kebutuhan untuk seluruh elemen sistem dan kemudian memilah mana yang untuk pengembangan perangkat lunak.

2.  Analisis kebutuhan perangkat lunak

3.  Perancangan

4.  Pembuatan kode

5.  Pengujian

6.  Pemeliharaan

Beberapa kelemahan linear sequential model:

1.  Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti alur sekuensial,  sehingga perubahan yang terjadi dapat menyebabkan hasil yang sudah didapat tim harus diubah kembali.

2. Linear sequential model mengharuskan semua kebutuhan pemakai sudah dinyatakan secara eksplisit di awal proses, tetapi kadang-kadang hal ini tidak dapat terlaksana karena kesulitan yang dialami pemakai saat akan mengungkapkan semua kebutuhannya tersebut.

3.  Pemakai harus bersabar karena versi dari program tidak akan didapat sampai akhir rentang waktu proyek.

4.  Adanya waktu menganggur bagi pengembang, karena harus menunggu anggota tim proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.

Prototyping Model

Pendekatan prototyping model digunakan jika pemakai hanya mendefinisikan objektif umum dari perangkat lunak tanpa merinci kebutuhan input, pemrosesan dan outputnya, sementara pengembang tidak begitu yakin akan efisiensi algoritma, adaptasi sistem operasi, atau bentuk interaksi manusia-mesin yang harus diambil.

Cakupan aktivitas prototyping model terdiri dari:

1.  Mendefinisikan objetif secara keseluruhan dan mengidentifikasi kebutuhan yang sudah diketahui.

2.  Melakukan perancangan secara cepat sebagai dasar untuk membuat prototype

3.  Menguji coba dan mengevaluasi prototype dan kemudian melakukan penambahan dan perbaikan-perbaikan terhadap prototype yang sudah dibuat.

Kelemahan prototyping model:

1.  Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat  tanpa memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.

2. Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan sistem          operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.

RAD (Rapid Application Development) Model

Merupakan model proses pengembangan perangkat lunak secara linear sequential yang menekankan pada siklus pengembangan yang sangat singkat.

Pendekatan RAD model mempunyai cakupan:

1.  Pemodelan bisnis

2.  Pemodelan data

3.  Pemodelan proses

4.  Pembuatan aplikasi

5.  Pengujian dan pergantian

Kelemahan RAD model:

1. Untuk proyek dengan skala besar, RAD membutuhkan sumber daya manusia yang cukup untuk membentuk sejumlah tim RAD.

2. RAD membutuhkan pengembang dan pemakai yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan berbagai aktivitas melengkapi sistem dalam kerangka waktu yang singkat.

3.  Akan menimbulkan masalah jika sistem tidak dapat dibuat secara modular.

4.  RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai resiko teknik yang tinggi.

Incremental Model

Merupakan kombinasi linear sequential model (diaplikasikan secara berulang) dan filosofi pengulangan dari prototyping model. Setiap tahapan linear sequential menghasilkan deliverable increment bagi perangkat lunak, dimana increment pertamanya merupakan sebuah produk inti yang mewakili kebutuhan dasar sistem. Produk inti ini nantinya dikembangkan menjadi  increment-increment selanjutnya setelah digunakan dan dievaluasi sampai didapat produk yang lengkap dan memenuhi kebutuhan pemakai.

Kelemahan incremental model:

1.  Hanya akan berhasil jika tidak ada staffing untuk penerapan secara menyeluruh.

2.  Penambahan staf dilakukan jika hasil  incremental  akan dikembangkan lebih lanjut.

Spiral Model

Merupakan model proses perangkat lunak yang memadukan wujud pengulangan dari model prototyping dengan aspek pengendalian dan sistematika dari linear sequential model. Dalam model ini perangkat lunak dikembangkan dalam suatu seri  incremental release.

Spiral model dibagi menjadi 6 aktivitas kerangka kerja sebagai berikut:

1.  Komunikasi dengan pemakai

2.  Perencanaan

3.  Analsis resiko

4.  Rekayasa

5.  Konstruksi dan pelepasan

6.  Evaluasi

Kelemahan spiral model:

1.  Sulit untuk meyakinkan pemakai (saat situasi kontrak) bahwa penggunaan pendekatan ini akan dapat dikendalikan.

2.  Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya supaya sukses.

3.  Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.

Component Assembly Model

Menggabungkan berbagai karakteristik dari spiral model. Pembuatan aplikasi dengan pendekatan model ini dibangun dari komponen-komponen perangkat lunak yang sudah dipaketkan sebelumnya dengan cakupan aktivitas sebagai berikut:

1.  Mengidentifikasi calon-calon komponen (kelas objek)

2.  Melihat komponen-komponen dalam pustaka

3.  Mengekstrak komponen jika ada

4.  Membangun komponen jika tidak ada

5.  Menyimpan komponen baru pada pustaka

6.  Mengkontruksi iterasi ke-n dari sistem.

Fourth Generation Techniques (4GT)

Menggunakan perangkat bantu yang akan membuat kode sumber secara otomatis berdasarkan spesifikasi dari pengembang perangkat lunak. Hanya digunakan untuk mengembangkan perangkat lunak yang menggunakan bentuk bahasa khusus atau notasi grafik yang diselesaikan dengan

syarat yang dimengerti pemakai. Cakupan aktivitas 4GT:

1.  Pengumpulan kebutuhan.

2.  Translasi kebutuhan menjadi prototype operasional, atau langsung melakukan implementasi secara langsung dengan menggunakan bahasa generasi keempat (4GL) jika aplikasi relatif kecil.

3. Untuk aplikasi yang cukup besar, dibutuhkan strategi perancangan sistem walaupun 4GL akan   digunakan.

4.  Pengujian.

5.  Membuat dokumentasi.

6. Melaksanakan seluruh aktivitas untuk mengintegrasikan solusi-solusi yang membutuhkan               paradigma rekayasa perangkat lunak lainnya.

Salah satu keuntungan penggunaan model 4GT adalah pengurangan waktu dan peningkatan produktivitas secara besar, sementara kekurangannya terletak pada kesulitan penggunaan perangkat bantu dibandingkan dengan bahasa pemrograman, dan juga kode sumber yang dihasilkannya tidak efisien.

Sumber : CourseWare Rekayasa Perangkat Lunak, Politeknik Telkom.

Nama Kelompok :

Choliq Zuhad 30108217

Hassan Al-Habsyi 30108517

Rizki Agung Nugraha 30108544

Togar P Hutabarat 30108172

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun