Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ekonomi yang Pergi

24 Oktober 2023   22:36 Diperbarui: 24 Oktober 2023   22:39 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Inilah yang sedang melilit banyak warga. Sampai-sampai ada yang menjual rumah, sampai-sampai ada yang bertengkar di media sosial dengan cara si pemberi hutang membuat viral si penerima hutang, atau dibuat malu di media sosial.

Kenapa juga orang mau meminjam dengan bunga yang sangat tinggi? Bukannya ada koperasi atau bank? Kan terlihat tidak masuk akal dan mau-maunya dieksploitasi?

Memangnya yang masuk akal itu akan menolong dapurmu?! 

Duel menjamin kepraktisan dan cepat saji -- dan kita menghadapi dunia yang inginnya serba instan. Jika ke bank atau koperasi masih banyak tetek-bengek administrasi, lalu tidak juga menjamin akan dicairkan pinjaman. Orang-orang juga semakin bosan dengan rasionalitas birokrasi Weber. Kalau ikut duel, malam ini ke rentenir sekejap itu pula dicairkan.

Ini yang dimaksud makhluk rasional dalam ekonomi. Segala aspek dihitung dalam transaksi, meski menjual resiko yang sangat tinggi. Para spekulan di Wall Street juga begitu. Yang main property juga begitu. Bedanya yang jelata bermodalkan keyakinan besar, kapitalis bermodalkan kapital besar. Persoalan adil atau tidak bukan urusan. Yang penting transaksi telah rasional dalam hitung-hitungan. Ini pula yang dijamin oleh Negara, yaitu pasar berjalan dengan kesepakatan-kesepakatan serta kebebasan dalam berekonomi. Itu yang disebut adil dalam Negara Liberal dan mesti dilindungi secara mutlak tanpa tawar.

Meminjam uang mungkin bukanlah pilihan, namun hanya itu yang tersedia. Dunia lagi kering-keringnya, panen hampir-hampir gagal, beras bisa pecah sejarah, lautan makin kering rezeki. Pekerjaan makin tidak tersedia.

Kenapa orang-orang ingin mengambil resiko sangat tinggi yang sangat jelas ketidakadilan bunganya melebihi suku bunga? Inilah kodrat manusia di bumi, harus bertahan hidup, harus makan. Dalam kondisi terjepit, apapun dihalalkan asal besok masih bisa makan dan bertahan hidup. Saat orang terdesak langkah apa saja bisa diambil kendati resikonya membunuh diri sendiri. Orang lapar tidak perlu diberikan teori eksploitasi atau humanisme jargon, yang dibutuhkan adalah nasi di atas piring serta listrik rumah yang mesti diisi. Persoalan jadi apa setelah nanti akan dipikir belakangan. Asal masalah dapur teratasi dulu hari ini.

Terus kamu mau menyalahkan orang yang lagi tersedak ekonomi dan lapar? Kenapa tidak disalahkan orang yang punya kemewahan lebih? Atau sistem yang menjamin kesenjangan ini?

Ekonomi makin pergi. Ekonomi artinya bagaimana orang bisa survive menggunakan sumber daya alam yang tersedia, atau melalui faktor-faktor produksi yang ada. Tapi yang tersedia hanyalah sistem rente, dari skala internasional antar negara sampai skala desa-desa antar keluarga. Masyarakat tampil dalam situasi natural ala hobbesian: perang satu melawan yang lainnya (bellum omnium contra omnes) yang akan berakhir dengan homo homini lupus.

Bolaang, 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun