Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film The Platform, Bagaimana Mestinya Dunia Berjalan?

3 April 2020   10:49 Diperbarui: 3 April 2020   12:21 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang Menarik dari Film Ini dengan Konteks Hari Ini?

Tentunya konteks yang saya maksud adalah situasi darurat (state of emergency) penyebaran virus COVID-19.

Dalam film ini, digambarkan segala sisi gelap dari kenyataan jika melihat maksud dari film. Sistem Lubang tidak mengandaikan suatu kebenaran. Mekanisme Lubang tidak membuat manusia mengontrol pola makannya, hanya membiarkan platform berjalan dengan begitu saja mendistribusikan makanan tanpa ada pengawasan ketat. 

Hasrat manusia terbentuk karena demikian: mekanisme Lubang. Meskipun sebenarnya hasrat manusia itu bisa melakukan interupsi jika mengandaikan, dan pernah berada, di posisi paling bawah.  

Situasi sekarang dalam pencegahan virus COVID-19 membuat kita menyerahkan sepenuhnya keputusan yang lebih luas pada "negara". Mekanisme negara harus mencakup segala kebutuhan manusia agar tidak seperti keadaan dalam Lubang. Pertimbangan ekonomi dan kesehatan haruslah sejalan.

Banyak yang telah menulis tentang bagaimana dunia menghadapi COVID-19 dan bagaimana membayangkan dunia setelah COVID-19. Dominannya membaca dari pendekatan ekonomi-politik. 

Saya lebih tertarik dengan tulisan Martin Suryajaya (bisa dilihat di sini). Dia melucuti asumsi-asumsi dasar dari demokrasi yang selama ini kita andaikan begitu saja terberi (given). Yang tersisa dari demokrasi hanyalah "semangat menolak kesewenang-wenangan politik oleh satu golongan atas golongan lainnya." 

Mengenai hak-hak individu: pengetahuan-diri, kepemilikan-diri, dan pemerintahan-diri, semua runtuh oleh COVID-19. Dia membuat satu model perkawinan antara keadilan ekonomi (sosialisme) dan kebenaran politik (datakrasi), 'sosialisme datakratis', sebagai tawaran untuk membayangkan dunia yang benar setelah COVID-19.

Akhirnya... ada tiga poin yang dapat saya ajukan dalam film ini: pertama, kondisi objektif manusia selalu membentuk kesadarannya; kedua, keutamaan moral: keugaharian; tahu-diri manusia menjadi titik berangkat pengandaian setiap manusia merupakan bagian dari masyarakat. 

Tulis Plato, "tidak mungkin seseorang menjadi baik sekaligus kaya-raya."; ketiga, suatu mekanisme mestilah dijalankan berdasarkan situasi-situasi objektif dari masyarakat yang hanya bertahan di tahap subsisensi.

"Pria hebat yang kejam akan menjadi contoh bagus, dan pria kaya yang kikir hanya akan jadi pengemis. Karena pemilik kekayaan tidak jadi bahagia dengan memilikinya melainkan dengan memakainya, bukan memakai dengan sesuka hati melainkan memakainya dengan bijak."--- Miquel de Carvantes Saavedra, dalam novel Don Quixote de la Mancha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun