Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buku "Menjerat Gus Dur" dan Ingatan Kita yang Benar

4 Januari 2020   20:09 Diperbarui: 4 Januari 2020   20:48 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sejarah, salah satunya dengan terus membaca sebanyak mungkin tentang peristiwa lampau. Dari sini kita akan membandingkan peristiwa satu dengan peristiwa lain. Dari literasi sejarah, ingatan akan masa lalu akan terus bertalian sampai mungkin kita akan memberinya batasan.

Yang menguatkan sejarah, selain pelaku sejarah, adalah dokumen. Sejarah biasanya adalah pertarungan kevalidan dokumen. Meskipun dokumen lain juga belum terungkap.

Karena pelaku-pelaku dalam dokumen SEMER itu masih hidup maka sangat mudah diklarifikasi kebenarannya. Beruntung: mendapatkan dokumen dan kebanyakan dari nama-nama dalam dokumen itu orangnya masih hidup.

Literasi tentang sejarah juga mudah mempengaruhi setiap orang. Maklum, karena tidak semua orang mau meneliti tentang masa lalu. Biasanya apa yang dia ketahui hanyalah dari apa yang telah dia baca. Itu juga bisa berubah jika menemukan fakta-fakta sejarah yang baru.

Sejarah memang dahulu ditulis oleh pemenang. Yang kalah juga menulisnya tapi disingkirkan pemenang. Tapi untuk sekarang, di zaman yang canggihnya minta ampun, segala informasi sejarah bisa diakses. Pikiran kita lebih muda melakukan uji kebenaran sejarah dengan meninjau sumber-sumber yang lain.

Soal ingatan-ingatan sejarah yang terawat, saya akan memulai dengan selipan ingatan tentang beberapa presiden Indonesia. Misalnya Soekarno, ayah Megawati.

Saya terhubung dengan Soekarno karena pernah bermalam-malam dengan tulisannya. Juga tulisan-tulisan tentangnya. Ide-idenya membuat saya merasa dekat denganya.

Meski ada beberapa buku yang mengulas sisi lain dari Soekarno, tapi itu akan tertutup dengan banyaknya buku yang menceritakan betapa Soekarno sangat berperan dibalik kemerdekaan Indonesia. Apakah karena lebih banyak dia mengabdi pada rakyat atau bagaimana, namun sedikit kesulitan menemukan nada negatif tentang Soekarno. Bukan tidak ada.

Maksud saya begini: di samping ada banyak pemberitaan baik tentang Soekarno, ada juga pemberitaan buruk tentangnya. Dari situ kita mudah menerima fakta sejarah tentangnya sekalipun dari yang tidak suka dengannya atau dari pengagumnya.  

Contoh lain dari memori tentang Soeharto:
Di kalangan aktivis, sosok Pak Harto jangan ditanya lagi. Jika bukan kritikan pedas, bisa-bisa makian. Itu terasa di angkatan saya yang lahir tahun 90an.

Ketika ada pemberitaan yang baik-baik tentangnya, setidaknya pikiran saya sulit memverifikasi kebenarannya, atau bahkan tertolak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun