“Mas tak boleh menderita karena cinta yang satu ini.” Tak terasa pula air mataku menetes. Ia mendekat, tersenyum lembut, sambil pegangi tanganku. Dikecuplah keningku perlahan.
“Mas harus mencari pendamping hidup lagi…”
Hening sementara terjadi.
Kulihat matanya berkaca-kaca, tapi senyumnya masih menyapa lembut.
“Dik, cinta padamu itu adalah karena Alloh.” Katanya lirih, “Jadi… cintaku ini telah cukup dan tak akan mungkin kekurangan cinta lain…”
“Ijinkan aku jadi suamimu yang akan temani dirimu hingga masuki firdaus kelak.”
Ia membelai rambutku perlahan, dan senandungkan sebuah lagu yang sebenarnya asing bagiku, tapi …
ku akan menjagamu
di bangun dan tidurmu
di semua mimpi dan nyatamu
ku akan menjagamu