Hingga dua bulan yang lalu…. ketika sebuah peristiwa yang tak terduga.
Kecelakaan yang menimpaku. Kecelakaan lalu lintas yang membuatku harus terima kenyataan. Lumpuh permanen! Sehari-hari hanya dapat berbaring di kasur. Tak mampu menyajikan meski sekedar teh hangat di pagi hari untuk suamiku tercinta.
Aku tak mampu!
Sering kupaksa tubuh ini tuk bergerak, tapi hanya derai air mata yang terjadi kemudian. Sholatpun selalu dengan isyarat. Bila hari hujan lebat, kami sholat berjamaah di kamar. Hanya suara “amin”ku yang terdengar iringi imamku ini.
Seperti tak kenal lelah, suamiku tercinta selalu berikan semangat ketika aku tertekan rasa bersalah ini. Tapi tak jarang juga ketika kudapati parit-parit air mata di pipinya.
Isteri macam apa aku ini ?!
Berhari-hari pula ku dilanda gundah. Tak boleh kubiarkan suamiku menderita lahir batin dengan keadaanku ini! Ia adalah orang terbaik di dalam hidupku. Orang yang telah pahamkan agama dengan seutuhnya. Orang yang dahulu bangga mengajakku jalan-jalan melewati taman kota, belanja ke Pasar Beringharjo , hingga bersepeda motor ria sampai ke Masjid Kotagede Yogyakarta. Di tempat terakhir yang juga sebagai masjid tertua di Yogyakarta ini, dia berikan aku hadiah kejutan berupa mukena putih.
Hingga kemarin, sepulang dia dari sholat Isya dari masjid… kuminta dia duduk disebelah kasur ini.
“Mas…, aku mencitaimu selalu.”
“Apalagi aku Dik…” ucapnya, “sekarang tidur dulu ya, biar besok kita bisa sholat tahajud bersama lagi…”
“Mas… “