Nabi Muhammad SAW diberi perintah untuk melakukan pengalaman spiritual keagamaan yang dikenal sebagai Isra' Mi'raj pada tahun kelima kenabian. Nabi Muhammad saw. dikatakan bebas dari sifat-sifat penyakit jantung, juga dikenal sebagai madzmuma. untuk melihat bagaimana para nabi terdahulu menyaksikan perjalanan umatnya. mampu mensucikan pikiran saat melakukan pekerjaan kenabian.[7]
- Periode II Masa Sahabat (11 H -- 40 H)
Beliau menjadi teladan bagi para sahabatnya karena idealisme dan cara hidupnya. Aktivitas sufi, tempat mereka mencari ilmu, juga berasal dari kehidupan dan perkataan sahabat mereka. Dalam kehidupan tasawuf, para sahabat berusaha mengikuti petunjuk Rasulullah dalam hidup mereka. Kehidupan mereka penuh dengan kesederhanaan, wara', tawadhu', dan asketisme. Saya hanya mengharapkan rahmat Tuhan. Beberapa sahabatnya berasal dari kalangan sufi abad pertama, seperti Khulafaur Rasyidin, Abu Ubaidah bin Jarrah, Said bin Amar, dll.[8]Â
Huzaifa bin Al-Yamani, seorang sahabat Nabi yang mulia dan terhormat, adalah orang pertama di antara semua sahabat Nabi yang berbicara tentang ibadah dan membuatnya sebagai perintah khusus. Dia adalah orang pertama yang menyebarkan ilmu tasawuf, dan dia juga menciptakan teori tasawuf.Â
Ajaran tasawuf yang dianut pada masa itu sama dengan yang dianut pada masa-masa sebelumnya, dengan asketisme yang selalu didasarkan pada Al-Quran dan Hadits. Tokoh-tokoh masa itu termasuk Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Ubaidah, Ibnu Al-Jarrah, Sa'id bin Amr, Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzar Al-Ghifari, Salim Maulana, Abu Hufaidzah, Abdullah bin Umar, Miqdad bin Aswad, Salman Al-Farisi, dan banyak lagi.
Setelah itu, para Sahabat melakukan fase yang disebut "hijrah". Pada fase ini, Rasulullah melakukan puncak dakwah yang sederhana dan cermat, yaitu Hijrah ke Habasyah dan Hijrah ke Madinah. Mereka harus meninggalkan tanah airnya untuk berdakwah di jalan Allah, membela agama Allah, dan menebarkan ajaran, meskipun hanya ajaran Islam. Hijrah menunjukkan nilai-nilai ketaqwaan dan kesederhanaan. Hakikat hijrah, yang merupakan inti dari nilai-nilai sufi, adalah pergeseran dari tempat yang menyenangkan dan mewah menuju tempat yang lebih dekat dengan keridhaan Allah.
Setelah Hijrah, kehidupan umat Islam mulai memiliki tauhid, struktur, dan pengetahuan yang berasal dari Al-Qur'an dan diajarkan di Masjid Nabawi, sebuah tempat yang sederhana. Masjid didirikan oleh Nabi agar tidak hanya menjadi tempat beribadah, tetapi juga menjadi tempat untuk melakukan perubahan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Kelompok Sufah lahir di Ashabu, tempat pendatang yang sebagian besar muqimin anshor. Tujuan dari grup diskusi ini adalah untuk mempromosikan keimanan melalui ilmu dan kehidupan yang sederhana dan qana'ah.
Nampaknya prinsip kesederhanaan adalah jenis asketisme keuangan yang harus diterapkan dengan menghindari hal-hal yang berlebihan dalam hidup. Salah satu cara untuk meningkatkan silaturahmi adalah dengan menggunakan ruang belajar di Masjid Nabawi. Karena dengan menumbuhkan rasa terima kasih, kita dapat menghindari sifat-sifat buruk manusia, seperti iri hati, intoleransi, dengki, dan serakah, bersama dengan sifat-sifat etnosentris lainnya. Amalan ini adalah latihan spiritual yang membantu Anda memahami aspek sufi-profetik yang digunakan para Sahabat.
Pada dasarnya, prinsip-prinsip tasawuf yang dianut oleh para sahabat, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok sufi, adalah bertapa, bersuci, meneguhkan keimanan, menghindari kemusyrikan, berperilaku baik dengan akhlak yang ringan, dan menghindari kekafiran kepada Allah SWT. Mereka juga menggunakan Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman dan mengikuti perintah Allah dan menentang larangan-Nya.Â
Berbicara tentang asketisme, Prof. Dr. Amin Syukur tidak lepas dari dua hal: bahwa itu adalah bagian penting dari tasawuf dan akhlak Islam (akhlak), dan bahwa itu adalah bagian dari gerakan protes.
Selain itu, kehidupan Rasyid Khulafaur penuh dengan kebijaksanaan dan kesederhanaan. Qana'ah memberi contoh kepada pengikutnya. Salah satu contohnya adalah Abu Bakar As-Shiddiq, yang menjalani kehidupan yang sederhana dan makmur. Umar bin Khatab meninggalkan gaya hidup mewah Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar bin Khatab masuk Islam melalui taubat dan meninggalkan semua kekuasaannya.[9]Â
Mereka hidup sederhana di bawah kepemimpinan Khulafaur Rashidin, berfokus pada Allah dan mengabdi pada masyarakat. Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin.Â