Mohon tunggu...
Fiza Mafina
Fiza Mafina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Tasawuf Islam

16 Desember 2023   13:37 Diperbarui: 16 Desember 2023   13:45 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu contohnya adalah ketika Nabi berkhalwah di bulan Ramadhan, dia melakukannya di gua Hira untuk mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan untuk membersihkan hati dan jiwa. Dia terus berkhalwah sampai malaikat Jibril a.s. datang untuk memberikan wahyu pertama dari Allah SWT. 

Di gua Hira, ia menjauh dari kaum Quraisy yang tidak bermoral dan menyimpang dari ajaran Tuhan. Dia ingin menjalani kehidupan yang berbeda dari kaum Quraisy, dengan tujuan untuk hidup yang sempurna di akhirat. Dia memiliki keinginan untuk bertemu dengan Allah (liqa') dan meminta nasehatnya. Setelah mendapat nasehat dari malaikat Jibril, dia mulai mengajak orang untuk memperbaiki kehidupan mereka dan memiliki akhlak yang baik untuk mencapai kebahagiaan duniawi dan akhirat, yang disebut sebagai sa'atud darain. 

Kehidupannya tetap terlihat sangat sederhana setelah diangkat menjadi utusan dan menjadi penguasa atau kepala negara Madinah. Rumah itu jarang memiliki peralatan rumah tangga, makanan lezat, dan perabotan mewah. Dalam hal makan, terutama makanan yang lezat, makanan yang Anda konsumsi setiap hari mungkin tidak tersedia untuk Anda setiap saat. Sayyidah Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah tidak pernah makan dua kali dalam sehari dan bahwa hanya satu potong roti dapat dimakan oleh tiga orang. Ia juga dapat tidur di atas karpet sampai luka di pipinya.

Rasulullah menjalani kehidupan yang sangat sederhana sebagai pemimpin umat Islam, tetapi itulah cara hidup sufinya. Tidak peduli tentang dirinya atau keluarganya, dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengabdi kepada Tuhan dan menyebarkan agama Islam kepada semua orang. 

Ada kemungkinan bahwa haliyah dan amaliyah, khususnya amalan nabi seperti tahannust, khlawah, dan zuhud, menjadi fokus ajaran tasawuf pada masa itu.[5]

Di malam hari, dia hanya tidur sebagian kecil dan menghabiskan waktunya untuk bersujud kepada Allah dan meningkatkan dzikirnya. Tempat tidurnya terbuat dari kayu Bali biasa, dan alasnya terbuat dari daun lontar. Ia lebih suka hidup sederhana daripada hidup mewah. Teman-temannya segera meniru kehidupan ini dan terus berlanjut. Banyak sahabatnya yang sufi menjalani kehidupan yang sederhana, bahkan miskin, tetapi semangat ibadah tumbuh dalam hidup mereka.

Nabi meningkatkan aspek spiritual umat Islam. Dua kelompok muncul di Madinah dan memengaruhi umat Islam pada saat itu. Kelompok pertama adalah Anshor Qor, yang bekerja di siang hari dan berdoa di malam hari. Mereka bahkan berdiri di dekat tiang masjid untuk membaca Alquran dan menunaikan tahajud. Karena kemenangan berturut-turut umat Islam, kemakmuran dunia tidak menggoda mereka. Sebagaimana dikatakan Ibnu Mas'ud, tanda-tanda mereka jelas: mereka sujud di malam hari ketika semua orang tidur nyenyak, mereka berpuasa di siang hari ketika semua orang makan dengan baik, mereka khawatir ketika ada yang senang, mereka menangis ketika ada yang tertawa, dan mereka tenang ketika semua orang sibuk dengan urusan dunia.

  • Kedua, kelompok yang dikenal sebagai asketisme kemudian berkembang menjadi Ahl-al Sufah, yang merupakan tempat penyebaran tasawuf. Istilah ini berasal dari fakta bahwa Rasulullah membangun sebuah masjid di sekitar suatu tempat (al-suffah) di Madinah untuk orang miskin dari masyarakat Islam dan para muhajirin. Karena kemiskinan, bau, dan penampilan orang-orang ini, beberapa penguasa Mekkah menolak bertemu Nabi. Rasulullah hampir setuju dengan rencana mereka, tetapi Allah mengingatkannya kemudian. Dia memperlakukan mereka dengan baik; dia tidak beranjak dari tempat duduknya kecuali mereka beranjak, dan dia tidak memberikan posisinya kecuali mereka menyerahkan posisinya; bahkan dia kadang-kadang memberikannya kepada orang yang memberi mereka makan.
  • Kehidupan Abu Huraira digambarkan dalam riwayat berikut: dia tidak memiliki rumah, tidur di halaman Masjidil Haram di Makkah, memiliki satu baju, dan tidak pernah makan sampai kenyang, bahkan sering. Jangan makan apa pun. Sampai suatu ketika ia sangat lapar dan duduk di pinggir jalan ketika Abubakar berpapasan dengannya. Dia menanyakan ayat Alquran apa yang bisa dia makan, tetapi Abubakar tetap berjalan. Kemudian Umar bin Khatab melewatinya dan meminta ayat Al-Qur'an mana yang dapat menghentikan laparnya. Namun, Umar tidak melakukan apa-apa dan terus berjalan. Setelah itu, Abu Hurairah berjalan di hadapan Rasulullah, dan Rasulullah tersenyum kepadanya karena ekspresi yang terlihat di wajahnya. Kemudian, ketika mereka sampai di rumah Nabi, Nabi mengeluarkan sekotak susu dan menyuruh Abu Hurairah meminumnya sampai dia kenyang agar dia tidak merasa lapar lagi.

Contoh lainnya adalah apa yang terjadi pada sahabat nabi, yang Bernama abu Contoh lain adalah Abu Darda, sahabat Nabi. Salman al-Farisi mengunjungi rumah kerabat Nabi Abu Darda suatu hari dan menemukan dia tertekan dan tidak antusias. Ketika ditanya, istrinya menjawab bahwa Abu Darda ingin meninggalkan keduniawian dan meninggalkan makan dan minum karena dianggap menghalangi ibadah dan ketaqwaannya kepada Tuhan. Salman al-Farisi menjadi marah dan memerintahkan Abu Darda untuk memakannya. Selanjutnya, Salman memberi perintah: "Aku suruh Anda istirahat bersama istrimu." Ketika dia selesai shalat, dia membangunkan saudaranya dan berkata kepadanya: "Sekarang bangunlah dan berdoa memuji Allah, ini tanggung jawabmu; melayani keluargamu juga tanggung jawabmu, dan menjaga dirimu juga tanggung jawabmu." Penuhi semua tanggung jawab Anda sesuai dengan hak Anda.

Keesokan harinya, ketika Salman memberi tahu Rasulullah tentang tindakan Abu Darda, Nabi berkata: "Apa yang dikatakan Salman benar."  Kemudian keesokan harinya, salman melaporkan perilaku abu darda' kepada Rasulullah, lalu nabi bersabda: benar sungguh apa yang dikatakan salman.[6]

Demikianlah yang terjadi pada kehidupan sufi kepada Nabi dan para sahabat, disusul oleh para tabi'in, kemudian tabi'in-tabi'in, secara turun-temurun hingga  saat ini. Pada saat yang sama, ada seorang sahabat Nabi yang biasa beribadah dalam bentuk tarekat, Hudzaifah Al-Yamani. Tasawuf kemudian terus dikembangkan oleh generasi-generasi Tabi'in, diantaranya adalah Imam Hasan Al-Basyar, seorang ulama besar Tabi'in yang merupakan murid Hudzaifah Al-Yaman. Ia mendirikan studi tasawuf di Bashra, murid-muridnya antara lain Malik bin Dinar, Thabit al-Banay dan Muhammad bin Wasi.

Cara menjaga kesendirian atau kacang ini adalah sesuatu yang sering digunakan oleh para sufi sebagai bagian dari tingkat pertama (maqamat). Kecenderungan untuk mengenal Tuhan berasal dari mencintai diri sendiri. Inilah kisah tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW menganut prinsip-prinsip sufi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun