Mohon tunggu...
Fiyya Urwatun Wutsqa
Fiyya Urwatun Wutsqa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Dasar Pergerakan (NDP) dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Sejarah, Implementasi, dan Tantangan

5 Juli 2024   23:10 Diperbarui: 5 Juli 2024   23:15 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi mahasiswa terbesar dan berpengaruh di Indonesia, yang berdiri pada 17 April 1960. Organisasi ini muncul sebagai manifestasi kebutuhan mahasiswa Islam, terutama dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), untuk memiliki wadah yang mampu mengintegrasikan semangat keislaman dengan nasionalisme serta berperan aktif dalam perubahan sosial-politik di Indonesia (Puta A, M. & Abdul G, 2018). PMII dilahirkan dalam konteks pergerakan mahasiswa yang sedang berkembang pesat pada masa itu, dengan tujuan untuk memperjuangkan nilai-nilai keislaman yang moderat dan kontributif terhadap pembangunan bangsa.

Nilai Dasar Pergerakan (NDP) menjadi pilar utama yang mengarahkan PMII dalam menjalankan berbagai aktivitas organisasinya. NDP mencakup nilai-nilai fundamental yang berakar pada ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja), yaitu Tauhid, Hablumminallah, Hablumminannas, dan Hablumminalalam. Nilai-nilai ini berfungsi sebagai landasan berpikir, berpijak, dan motivasi bagi anggota PMII, sehingga mereka mampu mengembangkan diri menjadi pribadi Muslim yang bertaqwa, berbudi luhur, dan berkomitmen terhadap perjuangan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, PMII menghadapi berbagai dinamika sosial-politik yang menuntut adaptasi dan penyesuaian dalam penerapan NDP. Pada tahun 1972, deklarasi independensi PMII menandai komitmen organisasi ini untuk tetap mandiri dan tidak terikat secara struktural dengan NU, meskipun tetap menjaga hubungan ideologis dan historis. Deklarasi ini juga menunjukkan kesiapan PMII dalam beradaptasi dengan perubahan konstelasi politik nasional dan tantangan global.

Sejarah dan Perkembangan PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) resmi berdiri pada 17 April 1960, diprakarsai oleh sejumlah mahasiswa yang terafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Pembentukan PMII didahului oleh beberapa pertemuan penting, termasuk Muktamar 2 Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di Pekalongan pada 1-5 Januari 1957, dan Muktamar 3 IPNU di Cirebon pada 27-31 Desember 1958. Keputusan untuk membentuk organisasi mahasiswa independen tercapai pada Konferensi Besar (Konbes) IPNU di Kaliurang, Yogyakarta, pada 14-17 Maret 1960, yang menghasilkan pembentukan 13 sponsor pendiri PMII dari berbagai kota di Indonesia (Muharam & Jakarta, 2023). 

NU di Surabaya pada 15-17 April 1960 mempertegas langkah ini, memfasilitasi pembentukan PMII secara resmi di Madrasah Mualimin NU Wonokromo. Pendirian PMII ditandai oleh kebutuhan akan wadah yang mengakomodasi semangat keislaman sekaligus kebangsaan dalam kalangan mahasiswa, sejalan dengan nilai-nilai Aswaja yang dianut oleh NU.

PMII mengalami dinamika signifikan dalam sejarahnya, termasuk deklarasi independensi pada Mubes 2 di Murnajati Lawang, Malang, pada 14 Juli 1972, yang menegaskan kemandirian PMII dari NU secara struktural. Manifesto Independensi dikuatkan kembali pada Kongres V di Ciloto pada 28 Desember 1973, sementara pada Kongres X di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, pada 27 Oktober 1991, PMII mendeklarasikan “Interdependensi PMII-NU” yang merefleksikan hubungan ideologis namun non-struktural dengan NU.

Konsep Nilai Dasar Pergerakan (NDP)

Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII merupakan fondasi moral dan etis yang membimbing organisasi dalam menjalankan misinya. NDP mencakup nilai-nilai yang terinspirasi dari ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja), yaitu Tauhid (keyakinan pada keesaan Allah), Hablumminallah (hubungan dengan Allah), Hablumminannas (hubungan dengan manusia), dan Hablumminalalam (hubungan dengan alam). Nilai-nilai ini berfungsi sebagai:

1)Landasan Berpijak: Menjadi pedoman dasar bagi anggota PMII dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan sosial-politik.

2)Landasan Berpikir: Memberikan kerangka berpikir yang konsisten dengan ajaran Aswaja dalam pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi.

3)Landasan Motivasi: Menjadi motivator bagi anggota dalam menjalankan aktivitas organisasi yang selaras dengan prinsip-prinsip keislaman dan kemanusiaan.

NDP juga berperan sebagai instrumen untuk membentuk pribadi yang bertaqwa, berbudi luhur, berilmu, dan cakap dalam mengamalkan ilmunya, serta berkomitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Aspek Keindonesiaan

PMII memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai kebangsaan, yang diartikulasikan melalui upaya untuk mengintegrasikan semangat keislaman dengan nasionalisme. Aspek keindonesiaan dalam PMII diwujudkan dalam penerapan Pancasila sebagai asas organisasi, yang menjadikan PMII sebagai organisasi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip kebhinekaan dan persatuan.

PMII berperan aktif dalam gerakan pemuda yang sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda 1928 dan perjuangan kemerdekaan. Organisasi ini turut berkontribusi dalam perubahan sosial dan politik di berbagai era, mulai dari Orde Lama, Orde Baru, hingga era Reformasi. Peran PMII dalam mendorong perubahan konstitusional dan penegakan nilai-nilai demokrasi mencerminkan komitmennya terhadap pembangunan bangsa dan kesejahteraan masyarakat.

Pergerakan Mahasiswa dan Keislaman

PMII sebagai organisasi mahasiswa berupaya untuk menggabungkan semangat akademis dan keislaman dalam setiap aktivitasnya. Sejarah pergerakan mahasiswa di Indonesia menunjukkan peran strategis PMII dalam berbagai aksi sosial dan politik, serta kontribusinya dalam merespons isu-isu nasional yang relevan dengan kebutuhan mahasiswa dan masyarakat.

Keislaman dalam PMII diwujudkan melalui pemahaman dan penerapan Aswaja sebagai manhajul fikr (metode berpikir) dan manhajul harakah (metode gerakan). Aswaja, yang mencakup aqidah mengikuti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi, fiqh mengikuti empat madzhab besar (Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali), dan tasawuf mengikuti Imam Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, menjadi pedoman dalam aktivitas keagamaan PMII. Koridor argumentasi Aswaja—tawazun (proporsional), tasamuh (toleran), tawasut (moderat), dan taadul (integral)—menjadi prinsip dalam menyikapi berbagai isu keagamaan dan sosial (Junaidi, Surahmi, & Romli, 2022).

Paradigma PMII

Paradigma PMII mencakup tiga aspek utama: dzikir (pengingat kepada Allah), fikir (pemikiran), dan amal soleh (perbuatan baik), yang diintegrasikan dalam setiap aktivitas organisasi. Paradigma ini berfungsi untuk membentuk karakter anggota yang seimbang dalam spiritualitas, intelektualitas, dan aksi sosial (Wasi’ & Erawati, 2019).

Keindonesiaan dalam PMII tercermin dari upaya organisasi dalam mendukung semangat nasionalisme, pengembangan demokrasi, dan pembangunan sosial-ekonomi. PMII berperan dalam merespons tantangan-tantangan kontemporer, termasuk isu-isu politik, sosial, dan budaya, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. PMII memandang pentingnya pemahaman tentang berbagai ideologi dunia untuk memperkuat argumentasi dan posisi dalam berbagai diskusi ideologis. Pemahaman tentang sejarah dan perkembangan ideologi-ideologi besar seperti liberalisme, sosialisme, komunisme, dan kapitalisme memberikan wawasan kritis bagi anggota dalam merumuskan strategi gerakan yang sesuai dengan konteks nasional dan global.

Sistem pengkaderan PMII dirancang untuk membentuk kader yang memiliki kompetensi intelektual, spiritual, dan sosial. Kegiatan pengkaderan meliputi pelatihan dasar, pendidikan lanjutan, dan berbagai program pengembangan kapasitas yang diarahkan untuk mencetak pemimpin-pemimpin muda yang mampu berkontribusi secara signifikan dalam berbagai bidang. Dinamika pergerakan mahasiswa dalam PMII mencerminkan adaptasi terhadap perubahan konteks sosial-politik. PMII berperan aktif dalam merespons isu-isu krusial seperti reformasi politik, hak asasi manusia, dan pembangunan berkelanjutan, serta berkontribusi dalam memperjuangkan hak-hak mahasiswa dan masyarakat luas.

Penelitian ini memberikan wawasan mendalam mengenai sejarah, konsep, dan implementasi NDP dalam PMII, serta relevansinya dalam konteks keindonesiaan dan pergerakan mahasiswa Islam. Artikel ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan studi tentang pergerakan mahasiswa dan kontribusi organisasi mahasiswa Islam dalam pembangunan bangsa.

Implementasi NDP dalam Aktivitas PMII

Nilai Dasar Pergerakan (NDP) dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) memegang peranan fundamental dalam membentuk karakter dan arah gerakan organisasi. NDP yang terdiri dari nilai-nilai tauhid, hubungan dengan Allah (hablumminallah), hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas), dan hubungan dengan alam semesta (hablumminalalam), menjadi landasan normatif bagi anggota PMII dalam menjalankan aktivitasnya.

1. Tauhid

Nilai tauhid dalam NDP mengarahkan anggota PMII untuk memiliki keyakinan kuat terhadap keesaan Allah SWT sebagai landasan utama dalam berpikir dan bertindak. Implementasi tauhid diwujudkan dalam berbagai kegiatan keagamaan, seperti pengajian, diskusi keislaman, dan kegiatan-kegiatan spiritual yang memperkuat hubungan dengan Tuhan. Tauhid juga tercermin dalam sikap dan etika anggota PMII yang diharapkan selalu bertindak sesuai dengan prinsip keislaman, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan organisasi.

2. Hablumminallah

Hubungan dengan Allah menekankan pentingnya penguatan spiritual melalui ibadah dan ketaatan. Implementasi nilai ini terlihat dalam penyelenggaraan kegiatan rutin seperti shalat berjamaah, doa bersama, dan program-program pembinaan rohani yang dirancang untuk meningkatkan ketakwaan anggota. Aktivitas ini juga mencakup pengenalan terhadap ajaran-ajaran Aswaja (Ahlusunnah wal Jama'ah), yang menjadi pegangan teologis bagi anggota PMII dalam memahami Islam.

3. Hablumminannas

Nilai hubungan dengan sesama manusia menekankan pada pengembangan sikap sosial yang baik dan harmonis dalam interaksi sosial. PMII mendorong anggotanya untuk aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti program pengabdian masyarakat, bakti sosial, dan kampanye-kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nilai ini juga diwujudkan dalam sikap inklusif, toleran, dan kerja sama dengan berbagai pihak, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat luas.

4. Hablumminalalam

Hubungan dengan alam semesta dalam NDP menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab keislaman. Implementasi nilai ini diwujudkan dalam berbagai inisiatif lingkungan seperti kegiatan penanaman pohon, kampanye pelestarian alam, dan upaya-upaya lain yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan.

Tantangan dalam Implementasi NDP

Implementasi NDP dalam PMII tidak terlepas dari berbagai tantangan, yang mempengaruhi efektivitas penerapan nilai-nilai tersebut dalam aktivitas organisasi. Tantangan-tantangan ini meliputi konsistensi dan Adaptasi terhadap Perubahan Sosial-Politik.

Kesulitan utama dalam implementasi NDP adalah menjaga konsistensi penerapan nilai-nilai ini di seluruh level organisasi. Tantangan ini muncul karena variasi dalam pemahaman dan interpretasi NDP di antara anggota, serta perbedaan dalam cara pelaksanaan kegiatan di berbagai cabang dan komisariat. Upaya untuk menjaga konsistensi penerapan NDP sering menghadapi hambatan dalam hal koordinasi, komunikasi, dan pemahaman yang seragam tentang prinsip-prinsip dasar NDP.

Perubahan dalam dinamika sosial dan politik juga menjadi tantangan signifikan dalam implementasi NDP. Perubahan ini menuntut PMII untuk mampu menyesuaikan nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya tanpa mengorbankan inti dari NDP. Adaptasi terhadap perubahan sosial-politik memerlukan keseimbangan antara menjaga keotentikan nilai-nilai NDP dan menanggapi kebutuhan serta tantangan yang muncul dalam konteks yang berubah. Tantangan ini sering kali memerlukan penyesuaian strategi dan pendekatan dalam melaksanakan program-program dan aktivitas organisasi.

Solusi dan Strategi

Untuk mengatasi tantangan dalam implementasi NDP, diperlukan solusi dan strategi yang efektif. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, evaluasi dan monitoring, dan komunikasi efektif.

Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan tentang NDP sangat penting untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen anggota terhadap nilai-nilai ini. Program-program pelatihan harus dirancang untuk menyasar anggota baru dan kader, dengan fokus pada internalisasi nilai-nilai NDP. Pendidikan ini bisa mencakup pelatihan formal, workshop, seminar, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan pemahaman tentang NDP serta cara menerapkannya dalam kehidupan organisasi dan sehari-hari.

Evaluasi dan monitoring berkala terhadap penerapan NDP dalam aktivitas organisasi penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai ini diterapkan dengan efektif dan konsisten. Proses evaluasi harus mencakup penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, peninjauan terhadap pelaksanaan program-program, serta umpan balik dari anggota terkait implementasi NDP. Monitoring yang terstruktur dapat membantu dalam mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan dan memastikan bahwa aktivitas organisasi tetap sesuai dengan prinsip-prinsip NDP.

Mengembangkan strategi komunikasi yang efektif adalah kunci untuk internalisasi nilai-nilai NDP di kalangan anggota. Komunikasi harus dirancang untuk menyampaikan pesan-pesan tentang pentingnya NDP secara jelas dan mudah dipahami oleh seluruh anggota. Hal ini dapat mencakup penggunaan media internal, seperti newsletter, media sosial, dan forum diskusi, serta penyelenggaraan pertemuan rutin untuk membahas implementasi NDP. Komunikasi yang efektif akan membantu dalam membangun kesadaran dan pemahaman yang lebih mendalam tentang NDP serta mendorong partisipasi aktif anggota dalam menerapkan nilai-nilai tersebut.

Secara keseluruhan, penerapan NDP dalam PMII adalah proses yang dinamis dan memerlukan upaya berkelanjutan untuk menjaga relevansi dan efektivitasnya. Dengan mengatasi tantangan yang ada melalui pendidikan, evaluasi, dan komunikasi yang baik, PMII dapat terus mengembangkan dan mengimplementasikan nilai-nilai NDP sebagai landasan dalam menjalankan misi dan visi organisasinya. Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana NDP diimplementasikan dalam PMII, tantangan yang dihadapi, serta solusi dan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas implementasi nilai-nilai ini dalam organisasi.

NDP memiliki akar yang dalam, dimulai dari peristiwa-peristiwa penting seperti Muktamar 2 IPNU di Pekalongan pada 1957 dan Konbes IPNU Kaliurang Yogyakarta pada 1960 yang melahirkan 13 pendiri PMII. Sejak saat itu, NDP telah menjadi panduan spiritual dan moral bagi anggota PMII dalam menghadapi berbagai tantangan sosial, politik, dan keagamaan. Namun, implementasi NDP tidaklah tanpa hambatan. Tantangan seperti konsistensi dalam penerapan nilai-nilai, adaptasi terhadap perubahan sosial-politik yang dinamis, dan tantangan internal organisasi perlu diatasi dengan pendekatan yang hati-hati dan strategi yang terencana. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, evaluasi dan monitoring yang berkala, serta komunikasi efektif menjadi solusi yang diperlukan untuk mengoptimalkan implementasi NDP di PMII.

Dengan demikian, PMII perlu terus mengembangkan strategi dan mekanisme untuk memperkuat implementasi NDP sebagai bagian integral dari identitas dan praktik organisasional. Langkah-langkah ini tidak hanya akan memastikan konsistensi nilai-nilai yang dijunjung tinggi, tetapi juga akan memperkuat posisi PMII dalam mempengaruhi perubahan positif dalam masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.

Kesimpulan ini menggarisbawahi pentingnya NDP dalam membentuk karakter kepemimpinan yang bertanggung jawab, moralitas yang tinggi, dan komitmen terhadap cita-cita kemerdekaan Indonesia, menjadikan PMII sebagai agen perubahan yang relevan dan berdaya saing dalam era globalisasi saat ini.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun