"Sudah...sudah kang..."ucap ratna gadis cantik berselendang putih, yang tersimpuh duduk diantara kaki seorang pria yang hendak melangkah cepat kesuatu tempat. Wanita 24 tahun itu terdengar menangis dicelah kemarahan orang-orang diluar kamarnya. Dia tak tau harus menjelaskan bagaimana dengan masalah yang menimpanya. "Dasar biadap"ketus lelaki itu penuh kemarahan dengan kris dipinggan yang seakan sigap menerkam musuh dihadapannya"sudah kang,biarkan soja uda handam" keluh ratna penuh isakan "apa kau cakap"dengan tegas menatap sang adik yang penuhi air mata "kau telah dibutakan oleh cinta ratna, seperti pria bodoh tu yang telah digelapka oleh rayuan wanita balesik " jelasnya. "ndak kang, ndak..."ucapnya tak terima "awak tau mas handam masih mencintai ratna"lanjut ratna meyakinkan. "mencintai kata kau, kau tak tengok apo yang telah diperbuat padamu, pada basanak kito, pada abah dan ummi, dimana ditarok muka mereka ratna" jelas lelaki itu "kau seharusnya pikir tu" lanjutnya "ndak..ndak... kang ..ndak, semua nih bukan salah uda handam... akang tau itu sendiri"cetusnya dengan nada menyakiniÂ
"Sialan!"
"Iblis!"Â
"Seharusnya, sedari dulu awak tak lepaskan makluk jananm itu"Â
~****~
Flashback
''Ha...ha....ha.."terdengar suara tawa dari serombogan pria jalang yang memenuhi kedai mak dayah. Entah apa yang diperbuat pria itu, ditempat sepi yang jauh dari perdesaan. Mereka terlihat riang dengan minuman haram dan permainan kartu yang ditemani oleh seorang gadis cantik berkebaya putih, sosok yang terkenal diseantoro kota. Hanya karena itu, para lelaki buaya tersebut berbondong-bondong meramaikan kedai kumuh mak dayah yang pemiliknya pun tak menampakkan batang hidung. Meski mereka tau kabar burung, akan sosok gadis perawan bernama Nur hayat yang  kabar gelapnya mungkin akan membuat orang waras tak akan kesana. "Dasar keparat, dia tak lain hanyalah iblis bermuka dua" ketus batin halim dengan tatapan tajam kearah Nur hayat yang bak simalaka yang tak mudah disentuh berigitu saja, apalagi kris tua hitam dipinggang rok kebaya wanita itu, kerap menjadi teror para pria hidung belang. Namun, halim jelas tidak tau apa yang dilakukannya disana, jika bukan karena pria tolol disampingnya, mungkin ia tidak akan terjebak ditempat yang penuh fartamogana tersebut.Â
"Kau tutup mulut dan mata mu tu"bicara halim kesosok handam yang sedari tadi terjatuh dalam haluwan dunia Nur hayat. Kecantikan wanita itu cukup membuat handam lupa diri dan tak menyadari air liur keluar dari mulutnya. "Bilang aja awak iri" balas handam yang sama sekali tak mengalihkan pandangannya. "Iri kata kau" lanjut halim tak terima "ingat handam kau sudahh ditunangkan...."
"Yayaya..awak tau, itu ratna adek kesayangan kau yang tetap jadi perioritas petama awak...toh malam ini kami akan akad" ucap handam cepat dengan nada gaa menjengkalkan
"Akad mata mu gledek" ketus tajam halim sambil menjitak kepala handam agar memalingkan tatapan nya " kalau kau kayak mata keranjang jangan harapkan ratna"lanjutnya
"Aduh gusti, demi apo awak ada teman gilo seperti halim ni" keluh handam sembari menatap kelangit dan berusaha mengalihkan topik pembicaraan"Seharusnya kau waras sediikit" dengan jari berbentuk bulat kecil"Nur hayat itu, bagai bidadari dari langit yang tak ada bandingnya" jelas handam penuh pujian
"Persetan sama Nur hayat" balas halim  "Dia tak lain hanyalah simalakan, kau tau tuh"
"yayaya.. semua tau tu halim, sebab tu ia masih perawan" jawab handam sambil terseyum nyiyir
"Perawan gilo katamu"
"its,"Sambil meletakkan jari dibibir dengan isyarat agar temannya halim untuk menjaga tutur perkataan "kau lebih gilo" bisik nya "bisa-bisa orang disini membunuh awak, kalo mulut kau setajam nih"
"hah" Â halim terseyum sinis dengan tatapan mengindai para pria-pria malang itu " mereka tak lain hanyalah pria bodoh, sama bodohnya kayak kau" jawabnya sosok itu sambil meraih gorengan dimeja dan memakannya "Kau tak tengok"menuju kearah nur hanyat yang penuh godaan dengan rok kebaya terbelahnya menampakkan paha "bagaimnaa, bisa dikatakan perawan jika ia dikerumuni oleh serombongan pria gila itu"
lanjutnya dengan nada tegas" itu tandanya, dia bukan wanita baik-baik, kau capkan itu" dengan tegas tak dibantahkan
"Halim...halim..."menggelengkan kepala "kau tu tak lain hanyalah pria batu, yang tak tau apa itu cinto, bagaimana bisa kau bedakan antara Nur masih perawan atau tidak" jelasnya handam "Jika ia sendiri banyak menolak undangan pria lain" lanjutnya terseyum kearah nur hanyat yang sedari tadi mentap mereka berdua
"Terserah kau"balas halim sambil meraih secangkir airÂ
"Kau tu seharusnya tau, tak semudahnya mendapatkan wanita seperti simalakama Nur hayat nih" dengan tangan menunjukkan sekilas kearah nur yang sedang tertawa riang dengan para pria disekitarnya "Hanya pria pilihan yang kerap mendapatkan undangan darinya dan itu momen yang langka" jelas handam yang seakan kenal dekat degan sosok nur hayat, padahal dia tak lain hanyalah pelanggan baru yang hanya beberapa hari singgah kekedai mak dayah.
"Undangan kematian maksut kau" cetus halim yang tak mau kalah dengan ucapan pujian dari handam dan perkataan nya itu semakin membuat handam gelak tawa. Entah kenapa sosok itu sangat sensitif dengan Nur hayat.
"Halim..halim.." sambil mengelengkan kepala dan terseyum manis "Jangan mentang-mentang kau anak ustad kau sok alim dan sok nolak" bicara handam yang menyangkut pautan antara sikap dan identitas halim
"nolak apanya dam, awak emang tak suka jika wanita sejenis tu"
"terserah kau" jawab handam menyerahÂ
"Lagian kau salah dengan satu nih" lanjut halim mengingat ucapan handam yang meledeknya sebagai anak ustad namun berbanding dengan sikapnya
"Toh benarkan" jawab handam yang menyadri perkataan halim "kau tu anak ustad" tunjuknya ke halim sembari menatap penampilan sang teman yang sangat jauh dari dugaan "anak ustad bangsat maksut mu" ketus halim seketika penuh  gelak tawaÂ
"nanti awak jangan nyeser"berusaha memancing halim kembali
 "nyesal apa"jawab halimÂ
"kalo tak dipilih nur hayat" ketawanya nya yang semakin membludakÂ
"heh" halim terseyum sinis sembari menatap sosk nur hayat, gadis yang dikatakan cantik rupawan tak sepadang dengan apa yang dipandang oleh mata hali "dia tak lain hanyalah buah simalakama" ketus batin nya "seharusnya orang-orang bodoh itu menyadari " pikirnya yang kemudian menoleh ke handam yang sedari tadi belum berhenti tertawa
"tapi, kau.... "tertuju pada handam "ingat, jangan sampai .....
"yayaya"potong handam cepat "tenang jo, di hati ambo cuma ado ratno..." lanjutnya cepat sembari tersyum manis kearah halim.
Namun, nyatanya...malam yang seharusnya dipenuhi kebahagian menjadi malam mencengkam penuh amarah. Acara perkawaninan ratna adik halim hanya menjadi cibiran buruk dari warga. Pasalnya pasangan pengantin lebih memilih Nur hayat yang katanya handam mendapatkan surat undangan gadis cantik itu usai pulang dari kedai mak dayah. "Dasar sialan" repet halim disepanjang jalan setapak menuju penghujung hutan  Dia benar-benar marah dengan tingkah handam yang salah arah "hidung belang"lanjutnya disela-sela malam yang sepi yang dipenuhi suara katak dan jangkrit diantara semak belukar. Tanpa merasa takut dia berjalan lurus dengan kris ditangan "Munafik"ketusya sambil menatap kearah kedai mak dayah yang dipenuhi hawa gelap "iblis, kau akan mati malam nih"lanjut halim sembari menuju  kepintu kedai dan
"Tam" cukup keras pintu terpelenting dengan cepat
"Setan laknat" ketus tajam handam kearah nur hayat yang telah terduduk di kursi panjang dengan handam yang terbaring diatas pahanya
"akang sudah datang"bicara wanita itu lembut sambi terseyum manis penuh godaan
"Ini sudah lama kang"lanjunya sambil berdiri dengan rambut panjang terurai kelantai
"Dasar setan"ucap halim "apa yang kau lakukan pada handam" tertuju kearah handam tergulai lemah tampa pakain di atas kursi panjang dibelakang NurÂ
"ndak awak tak melakukan apapun akang"
"Dia pria baik, sampai nak tuggu akan datang"ketusnya "hanya saja dia tidur sebentar"ucap nur hayat pelan seperti bisikan kecil. "Jadi kita bisa melakukannya kan" menatap kearah celah dinding, dimana beberapa mata gerombolan pria jalang menguntit Nur sedari tadi. Wanita itu terseyum manis, dengan langkah menuju kearah halim yang telah lama berdiri  degan sebilah kris ditangan "Ini sudah lama akang" ketus sosok itu kembali sembari meraba wajah halim "Seharusnya akang datang lebih cepat"lanjutnya lembut "Jika tidak handam tak kan kedinginan menunggu"
"kito bisa melakuannya sekarang"cetus wanita itu meraba kerah baju putih halim yang berhasil membuat para pria buaya diluar penuh penasaran. Mereka terlihat geli sendiri dengan godaan Nur hayat kepada halim "Gilo, gilo bana"ketus ujang sambil terseyum dengan mulut menganga "Ndak handam..'sambil menggelengkan kepala "halim"lanjutnya sambil tertawa kecil. Jelas cecunguk malang itu tak manyadari  apa yang telah terjadi, mereka hanya penasaran dengan pilihan nur hayat yang memilih handam yang hendak menikah dan halim yang datang tiba-tiba. "Hahaha"mereka hanya tertawa geli dan tak bisa membayangkan bagaimana gerak gerik nur hayat yang sedari tadi menggoda halim. Akan tetapi yang terjadiÂ
"Dasar kau iblis"teriak halim dengn kris melayang kearah nur. Hingga suara tawa mengikikik penuh misterius "hi..hi...hi...hi..hi...", mengubah suasana semakin mencengkan dan menakutka Para pria malang itu terkejut dengan apa yang dilihat dan didengar dan mereka benar-benar tertipu dengan penampilan gadis pujaan mereka
"Nur....nur....ha-ya-t" penuh ketakutan.#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H