"Persetan sama Nur hayat" balas halim  "Dia tak lain hanyalah simalakan, kau tau tuh"
"yayaya.. semua tau tu halim, sebab tu ia masih perawan" jawab handam sambil terseyum nyiyir
"Perawan gilo katamu"
"its,"Sambil meletakkan jari dibibir dengan isyarat agar temannya halim untuk menjaga tutur perkataan "kau lebih gilo" bisik nya "bisa-bisa orang disini membunuh awak, kalo mulut kau setajam nih"
"hah" Â halim terseyum sinis dengan tatapan mengindai para pria-pria malang itu " mereka tak lain hanyalah pria bodoh, sama bodohnya kayak kau" jawabnya sosok itu sambil meraih gorengan dimeja dan memakannya "Kau tak tengok"menuju kearah nur hanyat yang penuh godaan dengan rok kebaya terbelahnya menampakkan paha "bagaimnaa, bisa dikatakan perawan jika ia dikerumuni oleh serombongan pria gila itu"
lanjutnya dengan nada tegas" itu tandanya, dia bukan wanita baik-baik, kau capkan itu" dengan tegas tak dibantahkan
"Halim...halim..."menggelengkan kepala "kau tu tak lain hanyalah pria batu, yang tak tau apa itu cinto, bagaimana bisa kau bedakan antara Nur masih perawan atau tidak" jelasnya handam "Jika ia sendiri banyak menolak undangan pria lain" lanjutnya terseyum kearah nur hanyat yang sedari tadi mentap mereka berdua
"Terserah kau"balas halim sambil meraih secangkir airÂ
"Kau tu seharusnya tau, tak semudahnya mendapatkan wanita seperti simalakama Nur hayat nih" dengan tangan menunjukkan sekilas kearah nur yang sedang tertawa riang dengan para pria disekitarnya "Hanya pria pilihan yang kerap mendapatkan undangan darinya dan itu momen yang langka" jelas handam yang seakan kenal dekat degan sosok nur hayat, padahal dia tak lain hanyalah pelanggan baru yang hanya beberapa hari singgah kekedai mak dayah.
"Undangan kematian maksut kau" cetus halim yang tak mau kalah dengan ucapan pujian dari handam dan perkataan nya itu semakin membuat handam gelak tawa. Entah kenapa sosok itu sangat sensitif dengan Nur hayat.
"Halim..halim.." sambil mengelengkan kepala dan terseyum manis "Jangan mentang-mentang kau anak ustad kau sok alim dan sok nolak" bicara handam yang menyangkut pautan antara sikap dan identitas halim
"nolak apanya dam, awak emang tak suka jika wanita sejenis tu"
"terserah kau" jawab handam menyerahÂ
"Lagian kau salah dengan satu nih" lanjut halim mengingat ucapan handam yang meledeknya sebagai anak ustad namun berbanding dengan sikapnya
"Toh benarkan" jawab handam yang menyadri perkataan halim "kau tu anak ustad" tunjuknya ke halim sembari menatap penampilan sang teman yang sangat jauh dari dugaan "anak ustad bangsat maksut mu" ketus halim seketika penuh  gelak tawaÂ