Mohon tunggu...
Fitya Faiqatus Syahidah
Fitya Faiqatus Syahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Melihat sisi positif dalam setiap situasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi antar Agama di era Majapahit dan Relevansinya sekarang

2 Desember 2024   09:43 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:20 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Toleransi Antar Umat Beragama di Era Majapahit dan Kaitannya dengan Kehidupan Sekarang

Latar Belakang

Majapahit adalah kerajaan besar yang berdiri pada abad ke-13 hingga 15 M, dengan pusat kekuasaannya di Jawa Timur. Pada masa kejayaannya, Majapahit tidak hanya dikenal karena kekuatan militernya, tetapi juga karena keberhasilan dalam membangun masyarakat yang plural dan toleran terhadap berbagai agama dan kebudayaan. Kerajaan ini merupakan salah satu contoh penting dari keberagaman dan toleransi yang dapat tumbuh dalam suatu peradaban besar.

Majapahit lahir dalam konteks sejarah Nusantara yang kaya akan percampuran budaya dan agama. Sebelum berdirinya Majapahit, wilayah Nusantara sudah dihuni oleh berbagai kelompok etnis dengan keyakinan yang berbeda-beda, mulai dari masyarakat yang menganut animisme-dinamisme hingga Hindu dan Buddha. Setelah Majapahit berdiri, kerajaan ini menghadapi tantangan besar dalam mempersatukan berbagai kelompok tersebut. Namun, meskipun agama Hindu dan Buddha adalah agama resmi kerajaan, Majapahit berhasil menciptakan ruang bagi pemeluk agama lainnya, seperti Islam dan animisme, untuk hidup berdampingan.

Fenomena ini sangat menarik karena pada zaman tersebut, toleransi antar agama tidak selalu menjadi hal yang mudah. Banyak kerajaan atau negara pada masa itu yang cenderung menekan atau bahkan menindas minoritas agama tertentu. Namun, Majapahit justru memberikan contoh bagaimana keragaman dapat diterima dan dihargai sebagai bagian dari kekuatan dan kemajuan.

Toleransi di Era Majapahit

Pada masa Majapahit, agama Hindu-Buddha memang menjadi agama yang dominan. Namun, kerajaan ini sangat terbuka terhadap berbagai pengaruh luar, termasuk agama Islam yang mulai berkembang pada abad ke-14. Bukti bahwa Majapahit memiliki kebijakan toleransi yang tinggi dapat dilihat dari beberapa aspek, baik dalam kehidupan politik, sosial, maupun budaya.

1. Kebijakan Politik dan Diplomasi

     Salah satu contoh penting dari toleransi agama yang diterapkan oleh Majapahit adalah kebijakan diplomatiknya. Majapahit menjalin hubungan baik dengan berbagai kerajaan yang memiliki agama dan budaya berbeda. Misalnya, kerajaan Majapahit menjalin hubungan dengan Kesultanan Demak yang beragama Islam, serta dengan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha lainnya di Asia Tenggara. Raja Majapahit, terutama Raja Hayam Wuruk, dikenal sebagai sosok yang bijaksana dalam menjaga hubungan antar agama dan budaya.

2. Keragaman Agama dalam Kehidupan Sehari-hari

     Walaupun agama Hindu dan Buddha menjadi agama yang dominan, di kota-kota besar seperti Majapahit, terdapat pula komunitas Muslim yang mulai berkembang. Beberapa pedagang Muslim yang datang dari wilayah Persia atau India membawa ajaran Islam dan tinggal di wilayah Majapahit. Mereka diterima dengan baik dan hidup berdampingan dengan penduduk yang menganut agama Hindu-Buddha. Hal ini membuktikan bahwa meskipun ada perbedaan keyakinan, masyarakat Majapahit mampu menjaga harmoni sosial.

3. Pengaruh Kebudayaan Luar

     Toleransi agama di Majapahit juga tercermin dalam kebudayaannya yang mengakomodasi pengaruh luar, seperti seni, arsitektur, dan sastra. Keberagaman ini terlihat dalam relief-relief yang ada di Candi-candi peninggalan Majapahit, yang menggambarkan berbagai tokoh dari berbagai latar belakang agama dan budaya. Di dalam kehidupan sosial, bahkan dalam seni pertunjukan, ada percampuran antara nilai-nilai budaya Hindu, Buddha, dan Islam yang berkembang dalam masyarakat Majapahit.

Kaitannya dengan Kehidupan Sekarang

Meskipun Majapahit telah lama runtuh, nilai-nilai toleransi yang ditunjukkan oleh kerajaan ini tetap relevan dan penting untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia modern. Indonesia saat ini dikenal sebagai negara dengan beragam suku, agama, dan budaya. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia juga memiliki sejumlah pemeluk agama Kristen, Hindu, Buddha, serta agama-agama lainnya. Keragaman ini kadang menimbulkan tantangan tersendiri dalam kehidupan sosial-politik, seperti ketegangan antar agama atau intoleransi terhadap kelompok minoritas.

Namun, semangat toleransi yang diajarkan oleh Majapahit bisa menjadi landasan bagi kita dalam menghadapi tantangan ini. Berikut beberapa hal yang bisa diambil dari pengalaman Majapahit dalam menjaga keharmonisan antar umat beragama:

1. Menghargai Perbedaan dan Membangun Dialog

     Sama seperti Majapahit yang memberikan ruang bagi berbagai kelompok agama untuk hidup berdampingan, masyarakat Indonesia sekarang juga perlu belajar untuk lebih menghargai perbedaan. Ini termasuk memberikan ruang bagi dialog antar agama untuk saling memahami dan menghargai kepercayaan yang dimiliki masing-masing.

2. Menjaga Kebersamaan dalam Keberagaman

     Di era Majapahit, meskipun ada perbedaan agama dan budaya, masyarakat tetap bisa bersatu untuk mencapai tujuan bersama. Ini dapat menjadi pelajaran penting bagi kita saat ini untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, meskipun terdapat banyak perbedaan di dalamnya. Sebagai negara yang majemuk, Indonesia harus terus berusaha menjaga kebersamaan dan mengedepankan rasa saling menghormati.

3. Pendidikan Toleransi Sejak Dini

     Pendidikan tentang pentingnya toleransi dan menghargai perbedaan seharusnya sudah dimulai sejak dini. Hal ini penting untuk mencegah berkembangnya intoleransi dan radikalisasi yang dapat mengancam keharmonisan sosial. Seperti halnya Majapahit yang berhasil menciptakan masyarakat yang terbuka dan inklusif, kita pun perlu mengedepankan nilai-nilai tersebut dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari.

4. Kepemimpinan yang Bijaksana

      Kepemimpinan yang bijaksana dan mampu menghargai keberagaman adalah kunci penting dalam mewujudkan masyarakat yang toleran. Seperti Raja Hayam Wuruk yang bijak dalam memimpin dan mengelola keberagaman di kerajaannya, pemimpin masa kini harus dapat mengayomi seluruh rakyat tanpa membedakan agama, suku, atau latar belakang sosial.

Kesimpulan

Toleransi antar umat beragama yang diterapkan di Majapahit bukan sekadar kebijakan kerajaan, melainkan juga sebuah nilai budaya yang sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan kita sekarang. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang multikultural dan plural, pelajaran dari Majapahit tentang pentingnya saling menghargai dan hidup berdampingan dalam keragaman harus menjadi pegangan kita. Dengan menjunjung tinggi semangat toleransi dan inklusivitas, kita dapat menciptakan masyarakat yang harmonis, damai, dan saling menghormati.

Di dunia yang semakin terhubung dan penuh tantangan ini, meneladani kebijakan dan sikap toleran Majapahit dalam kehidupan sehari-hari akan membantu kita untuk terus menjaga kedamaian, menyelesaikan konflik, dan membangun persatuan di tengah keberagaman. Toleransi bukan hanya sekadar sebuah pilihan, tetapi sebuah kebutuhan yang harus terus dipelihara demi masa depan bangsa yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun