Kelas atau kaum prekariat ini sangat bergantung pada upah uang, tanpa tunjangan non-upah, seperti pensiun, liburan berbayar, tunjangan PHK, apalagi jaminan Kesehatan.Â
Mereka yang termasuk dalam kelas prekariat ini tidak memiliki identitas pekerjaan yang aman; tidak ada narasi pekerjaan yang bisa menjadi personalitas untuk hidup mereka.Â
Meskipun ada beberapa yang senang dengan pekerjaan prekariat, seperti mahasiswa, backpacker, dan orang tua dengan pensiun yang memadai, banyak juga yang terpaksa mengambil pekerjaan prekariat karena tidak ada alternatif lain. Pekerja gig seringkali termasuk dalam kategori prekariat karena berhadapan dengan rendahnya keadilan dan kesejahteraan.
Jika melihat kondisi tersebut, lantas bagaimana mestinya kita melihat gig economy ini? Apakah ini peluang, atau justru ancaman? Apa resiko yang mungkin timbul dari perubahan yang cepat dalam dunia kerja ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H