Mohon tunggu...
Fitroh Kurniadi
Fitroh Kurniadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis, dan Editor Berita

Buku 'Menanam Waktu' (2022)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sisa Muntah Seruak

30 September 2014   22:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:54 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sisa Muntah Seruak



Mungkin sajak monoton yang slalu menyikap dan menyelimuti setiap sisi malam

juga pula kecupan-kecupan dari paloma yang ku tak pernah paham tentang alkisahnya

hadir sengaja menenggelam



Ah! Aku makin tak peduli dalam uraian pikiran, bayang, hati, dan juga jemari

kenapa sosok palsu, hina, dan jalang sepertiku

begitu tega dan memaksa merangkai kata

padahal dan padahal aku sisa muntah seruak

setiap arak yang tersibak dalam tenggak



Sudahlah, meski tak penting

aku merangkai dalam bathin

juga slalu saja gitar mengiring

lalu aku menenggelam dalam hening



Sudahlah kawan!

Sudahlah kasih! eh, kasih tak sampai

yang jauhku dalam bayang

yang cintaku sebatas awang

hanya mimpiku yang tak bersambung nyali



Eh! bukan tak bernyali, hanya batasku untuk menyeruak dalam sisimu

karena aku hanya menunggu pasti dalam setiap sisi

untuk menyentuh dan memelukmu dalam do'a

terkadang harapku dalam mimpi walau hanya sebatas tak pasti



Sampai kapan hanya sebatas sajak murni, dalam sisi yang tak pasti

bahkan pula dalam sajak-sajak yang slalu bersambung sunyi, sepi, dan memati



Itu-itu saja yang slalu memutar dalam setiap gelombang yang ku harap

tapi kenapa aku nekat untuk menyibak dunia yang tlah dikusai seruak palsu

dengan kekuatan yang dilapisi tai dan kehinaan jancok!



Aku mungkin bukan penyair

Aku mungkin bukan penyajak

Aku mungkin bukan pujangga



Karena aku menulis kata dalam sisi yang begitu jauh dari ilmu yang terangkai dengan segala tembok-tembok jancok

bahkan disini aku di sudut sepi dalam riuh sudut kota

juga pula gemerincing gitar bernyanyi

juga pula berputarnya gelas kecil bersambung paloma



Menunggu tetes terakhir untuk 'ku menghambur sajak ini

sajak hina yang ingin ku sampaikan sampai ke sudut terjauh di penjuru kota

walau ku tau itu palsu dan tak pasti



Namun itu sanggup sebagai pengantar tidurku

ketika jemari sudah menghantar dalam laptopku ke ujung dunia



Oh sesungguhnya!

aku disini untuk menghamba pada ilmu juga pula menghamba pada kelana

merangkai titik demi titik hingga terangkai garis kepastian raih mimpi



Mesti saja mimpi jadi handalan aku menyajak

juga lagi tentang sunyi dan sepi, bahkan hati yang berulang



Maaf ini hanya kisah berulang kawan, tapi ya ini begini adanya

ibarat jalan setapak ini, lurus namun para penge-pijak tak tentu



Oh Tuhan! aku hanya hambaMu dalam seonggok kehinaan

beri kasihMu dalam setiap langkah, dalam setiap nafas, dan dalam setiap tindak

karena seburukku adalah cipta sempurnaMu



Engkau paham Tuhan! bukan hati mengharap ini

tapi gelombang dunia mendampar di sini

di sisi yang kelam

hingga ku dayung perahuku ke seberang

ke pantai abadi dengan sejuta mimpi

dengan sejuta bayang yang raih pasti

hingga ku bersama kekasih hati yang raih kedamaian hati

hingga ku mati dalam alur Ilahi... Amin!

http://fitrokurniadi.blogspot.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun