Kemolekan insan pertiwi akan perlambang bumi dia seorang siti/perempuan..
lantaran itu dia begitu mengagumkan.
"Terenyuh dalam sebuah gejolak akan hasrat dalam isyarat".
Terka-menerka mainan dalang bertopeng jenaka.
Alkisah Opera Jawa “Rama dan Sinta”.
Berawalkan dengan intonasi Prolog :
Seorang Rama gunda gulana didalam belantara.
Aroma Kasturi temaninya, dalam gulita malam yang bersahaja.
Terpejamkan Kelopak mata.
Dalam khayal, pikir, angan-angan.....
Sinta Tiba....... Rama pun hanyut dalam Sanubari bertabur rasa.
Hak keinginan Rama Terampas
oleh Pati Rasa terhadap Sinta yang Mengebiri.
Tak ayal begitu bikin kelakar
Putar balik, sebaliknya terbalik
lantaran sinta yang tak tertarik
atas kekakuan Rama yang tak kunjung Membaik
Rama hanya bergumam dalam Kalbu
“Duhai Sinta.... aku mengagumimu terbatas dalam Rasa”
“Hanya sebatas mengagumimu tanpa menghiraukan keberadaanmu”
“Hanya mengagumimu hingga aku dapat meretas semua”
“kosa kata dalam akal pikirku, hingga ku titahkan lembaran bercoretkan hitamnya pena”
“Jauh di dalam kepedulian tak kasat mata,,,,, perhatian tanpa pernah ingin meraih antusias-mu”
Hatur-ku
“Sinta aku Lala Padamu”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H