Mohon tunggu...
fitroh
fitroh Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pati Rasa

22 Februari 2016   14:23 Diperbarui: 22 Februari 2016   14:34 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemolekan insan pertiwi akan perlambang bumi dia seorang siti/perempuan..

lantaran itu dia begitu mengagumkan.

"Terenyuh dalam sebuah gejolak akan hasrat dalam isyarat".

 

Terka-menerka mainan dalang bertopeng jenaka.

Alkisah Opera Jawa “Rama dan Sinta”.

Berawalkan dengan intonasi Prolog :

 

Seorang Rama gunda gulana didalam belantara.

Aroma Kasturi temaninya, dalam gulita malam yang bersahaja.

Terpejamkan Kelopak mata.

Dalam khayal, pikir, angan-angan.....

Sinta Tiba....... Rama pun hanyut dalam Sanubari bertabur rasa.

 

Hak keinginan Rama Terampas

oleh Pati Rasa terhadap Sinta yang Mengebiri.

Tak ayal begitu bikin kelakar

Putar balik, sebaliknya terbalik

lantaran sinta yang tak tertarik

atas kekakuan Rama yang tak kunjung Membaik

 

Rama hanya bergumam dalam Kalbu

 

“Duhai Sinta.... aku mengagumimu terbatas dalam Rasa”

“Hanya sebatas mengagumimu tanpa menghiraukan keberadaanmu”

“Hanya mengagumimu hingga aku dapat meretas semua”

“kosa kata dalam akal pikirku, hingga ku titahkan lembaran bercoretkan hitamnya pena”

“Jauh di dalam kepedulian tak kasat mata,,,,, perhatian tanpa pernah ingin meraih antusias-mu”

 

Hatur-ku

 

“Sinta aku Lala Padamu”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun