Mohon tunggu...
Fitriyani
Fitriyani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Sejarah dan Peradaban Islam UIN jakarta

Falling in love with what you do~

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sekulerisasi Setengah Hati: Partai Politik Indonesia (Resensi Buku)

3 Desember 2020   21:35 Diperbarui: 4 Desember 2020   11:21 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit sampul buku: Penerbit Dian Rakyat, 2010

Pergeseran otoritas ini menandakan adanya proses sekularisasi, baik disadari maupun tidak. Puncak perubahan ini adalah keluarnya NU dari Masyumi. Bila keluarnya PSII belum memberikan pukulan telak, karena PSII secara jumlah jaun lebih kecil, namun keluarnya NU merupakan pukulan telak. 

Persaingan antara Masyumi dan NU terus berlanjut bahkan hingga pemilu. Persaingan antara kubu modernis yang diwakili Masyumi dengan kubu tradisionalis yang diwakili NU, bahkan menggantikan pada tingkat tertentu persaingan dengan kubu nasionalis maupun komunis. 

Persaingan ini pula menandakan adanya sekularisasi pada identitas kelompok, kelanjutan dari proses yang sudah berlangsung jauh sebelum kemerdekaan, yaitu saat pembentukan organisasi-organisasi islam dahulu.

Sekularisasi Partai Politik Islam Pasca Orde Baru

Kelanjutan sekularisasi terjadi pasca-orde baru, ketika partai-partai dibiarkan tumbuh, persis seperti era demorkasi liberal. Beberapa partai politik islam yang lahir pasca-orde baru berasal dari pergumulan ideologi era orde lama, yaitu NU, Muhammadiyah, Masyumi, dan Perti. 

Dari sekian banyak partai politik islam dari varian ini yang tersisa hanyalah PBB (Masyumi), PKB (NU) dan PAN (Muhammadiyah). Varian lain adalah warisan era orde baru, yaitu PPP. Varian berikutnya adalah partai dari generasi baru, diwakili PKS.

Proses sekularisasi terlihat dari PKB dan PAN yang memilih landasan nasionalis maupun kebangsaan sebagai dasar partai, dibanding islam. Sedangkan PPP memilih kembali berlandaskan islam dan memakai lambang ka’bah sebagai lambang partai. Sayangnya, setelah warga NU banyak yang beralih ke PKB, kekuatan PPP kian kendor.   

Sedangkan sebagai partai dari varian baru, PKS memilih berlandaskan islam. Di awal kehadirannya, PKS mampu menjelma menjadi harapan baru, namun tak lama. Setelah masuk menjadi bagian dari pemerintah, kiprah PKS berangsur mundur.

Perkembangnya suara partai islam pasca-reformasi dilihat merupakan akibat adanya pergeseran dari islam politik mengarah ke islam popular. 

Partai islam yang dapat merubah kecenderungan mengemas isu-isu ideologis menjadi isu-isu yang lebih popular menyentuh kebutuhan publik, lebih mendapatkan dukungan. Proses ini pun, oleh Zamjani disebut sebagai pertanda adanya proses sekularisasi.

Sekularisasi Setengah Hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun