Mohon tunggu...
Ftry_Mdyti
Ftry_Mdyti Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Diksi dalam aksara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merefleksikan Kembali Kearifan Lokal Tradisi Genduren dalam Prespektif Modern dikalangan Generasi Mendatang

1 Juli 2024   08:55 Diperbarui: 1 Juli 2024   09:00 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi genduren adalah sebuah tradisi yang berasal dari pulau Jawa, Indonesia, yang umumnya dilakukan dalam acara bersama keluarga atau komunitas yang biasanya berupa prosesi makan bersama. Acara ini tidak hanya sekadar pertemuan sosial, tetapi juga sebagai wadah untuk mempererat hubungan antara anggota komunitas, serta sebagai penghormatan terhadap leluhur dan nilai-nilai kebersamaan dan kearifan local yang telah mandarah daging di Masyarakat tradisional.

Tafsir budaya lokal terhadap tradisi Genduren mencerminkan kompleksitas dan kedalaman warisan budaya. Sehingga melestarikan tradisi ini sangat penting baik bagi Masyarakat local maupun lebih luas, hal ini disebabkan :

1.Tradisi ini mencerminkan identitas kultural suatu daerah yang telah ada beradab-abad

2.Suatu bentuk penghormatan terhadap warisan para leluhur.

3.Membangun rasa kebersamaan dan solidaritas

4.Membentuk karakter social dan spritual

5.Menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan

6.Daya tarik parawisata dan ekonomi local

7.Memperkaya keanekaragaman budaya global

8.Memelihara kearifan local dan tradisi kerajinan tangan.

Dengan memahami nilai-nilai tersebut dapat membantu mempertahankan dan memperkuat keberlangsungan tradisi ini di era modern, sekaligus melestarikan identitas dan warisan budaya yang unik bagi Masyarakat.

Satu hal yang menjadi permasalahan utama yang menghambat berkembangnya tradisi genduren yaitu perspektif masyarakat modern terhadap tradisi ini tidak selalu sejalan dengan pemahaman yang ada di kalangan tradisional. 

Kini semakin banyak sudut pandang yang berbeda mengenai tradisi ini terutama di tengah arus globalisasi dan perubahan nilai-nilai sosial, banyak yang mulai mempertanyakan relevansi dan kesesuaian tradisi ini dengan zaman sekarang dan bahkan banyak generasi muda yang tidak mengetahui keberadaan tradisi ini. Ada beberapa alasan mengapa tradisi genduren dianggap menyimpang oleh sebagian masyarakat modern yaitu:

1.Persepsi beberapa orang yang mempertanyakan apakah tradisi ini masih relevan dalam konteks modern yang cenderung lebih terkait dengan teknologi dan pengelolaan sumber daya yang efisien.

2.Beberapa hal dalam tradisi genduren dianggap sebagai kepercayaan (tradisi) kuno yang tidak lagi sesuai dengan pemahaman ilmiah dan rasionalitas modern.

Ada kesalahpahaman Masyarakat modern menginterpretasikan tradisi genduren yang tidak pernah diluruskan. Sebenarnya tradisi ini sendiri mencerminkan ungkapan syukur atas panen yang melimpah, kelahiran anak dan lainnya yang kemudian diisi dengan kegiatan adat atau ritual tertentu, seperti doa bersama atau penyampaian nasihat dari tokoh-tokoh yang dihormati dalam bahasa jawa, sehingga dalam konteks inilah presfektif modern mengangap bahwa tradisi genduren masih lekat dengan kepercayaan dan ajaran-ajaran kuno. Bukan hanya itu, tradisi genduren juga menghadapi beberapa tantangan dan ancaman yang dapat mempengaruhi berkembngnya tradisi ini di tengah arus globalisasi modern, seperti :

1.Perubahan gaya hidup

Masyarakat modern cenderung lebih sibuk dengan tuntutan pekerjaan dan aktivitas lainnya, mengurangi waktu yang tersedia untuk mengikuti dan mempraktikkan tradisi genduren. Sehingga tradisi ini tertutup di mata generasi muda.

2.Pergeseran nilai dan minat

Nilai-nilai konsumsi cepat dan hiburan instan sering kali menggeser minat terhadap tradisi-tradisi budaya yang memerlukan waktu dan komitmen seperti tradisi genduren.

3.Globalisasi dan pengaruh media

Globalisasi membawa masuk budaya dan hiburan dari luar yang dapat mengalihkan perhatian masyarakat dari tradisi lokal mereka. Media sosial dan platform digital juga mempengaruhi cara masyarakat berinteraksi dengan budaya mereka sendiri. Sehingga nilai-nilai budaya yang ada, tergantikan oleh budaya barat.

4.Urbanisasi

Migrasi besar-besaran ke kota-kota besar mengakibatkan perubahan besar dalam gaya hidup dan nilai-nilai sosial, yang dapat mengurangi kesempatan untuk mempraktikkan tradisi seperti Genduren yang sering kali terhubung dengan kehidupan pedesaan.

5.Kehilangan pengetahuan dan keterampilan tradisional

Generasi muda mungkin kehilangan minat dalam mempelajari dan mempraktikkan keterampilan tradisional yang diperlukan untuk melaksanakan Genduren dengan benar dikarenakan arus dan zaman yang telah berubah.

6.Ekonomi dan aksesibilitas

Biaya dan aksesibilitas bahan-bahan atau perlengkapan tradisional yang diperlukan untuk genduren dapat menjadi hambatan bagi kelangsungan tradisi ini di tengah perubahan ekonomi dan komersialisasi.

7.Pola hidup yang berkelompok

Kehidupan modern sering kali cenderung individualistik dan kurang fokus pada kegiatan yang melibatkan komunitas atau kelompok, seperti yang sering terjadi dalam tradisi Genduren. Hal inerlihat dari Masyarakat modern yang senang menghabiskan waktu di dalam rumah.

Untuk mengatasi tantangan ini, penting untuk mempromosikan kesadaran dan apresiasi terhadap nilai-nilai dan manfaat dari tradisi Genduren, serta mencari cara untuk mengintegrasikan tradisi ini dengan kehidupan modern tanpa mengorbankan nilai-nilai aslinya. Untuk menjaga dan memperkuat tradisi Genduren, berikut beberapa solusi dan inovasi yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya kolaboratif yang dapat dipraktikkan dan disampaikan kepada generasi mendatang, yaitu:

1.Pendidikan dan kesadaran Masyarakat

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan program edukasi seperti : workshop, seminar, atau kelas mengenai sejarah, makna, dan praktik genduren untuk generasi muda atau Masyarakat umum. Melakukan kampanye di media social, pameran budaya, atau pestival kecil untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap tradisi genduren.

2.Penguatan kolaborasi lokal

Dengan cara mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dalam penyelenggaraan Genduren, misalnya melalui kelompok kecil atau komite yang bertugas merencanakan, mengatur acara, dan mendorong pemerintah lokal untuk memberikan dukungan dalam bentuk penghargaan, hibah, atau insentif lainnya bagi kegiatan yang memelihara dan memperkuat tradisi budaya lokal seperti Genduren.

3.Inovasi dalam pelaksanaan tradisi

Salah satunya yaitu memanfaatkan teknologi modern untuk merekam, mendokumentasikan, atau menyebarkan informasi mengenai Genduren, misalnya melalui platform digital atau aplikasi mobile untuk pendidikan dan promosi.

4.Partisipasi generasi muda

Dengan cara membuat forum atau organisasi pemuda yang bertujuan untuk mempelajari, mempraktikkan, dan meneruskan tradisi Genduren kepada generasi mendatang. Serta mengintegrasikan tradisi Genduren ke dalam kurikulum sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler, seperti seni dan budaya.

5.Pengembangan ekonomi lokal

Mendorong pengembangan kerajinan atau produk lokal yang terkait dengan Genduren sebagai sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat lokal, sehingga tradisi ini juga berkontribusi pada ekonomi mereka.

6.Promosi dan jaringan komunitas

Menggunakan strategi pemasaran yang kreatif untuk menarik minat wisatawan lokal maupun internasional terhadap acara Genduren, sehingga dapat meningkatkan apresiasi dan dukungan terhadap tradisi tersebut.

Melalui kombinasi upaya-upaya ini, tradisi Genduren dapat dipertahankan, diperkuat, dan dilestarikan sebagai bagian yang berharga dari warisan budaya lokal. Kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga non-profit, dan masyarakat, menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga keberlanjutan tradisi ini di tengah tantangan zaman modern yang terus berubah.

"DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA PENULISAN ARTIKEL POPULER"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun