Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Inilah Lima Karya Fiksi Istimewa Sepanjang Tahun 2017

25 Desember 2017   23:22 Diperbarui: 26 Desember 2017   11:40 1858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kompasiana.com

Kanal fiksiana adalah salah satu kanal yang terbilang paling produktif melahirkan karya. Sekitar puluhan karya bisa anda nikmati di sini setiap harinya. Mulai dari dongeng, cerpen, puisi, drama, hingga novel. 

Penulis di kanal ini tidak selalu notabene fiksianer (istilah untuk kompasianer yang bergiat di kanal ini). Adakalanya, penulis yang konsisten menulis di kanal lainnya semisal politik, hiburan, dan humaniora, sesekali beranjangsana dan menyumbangkan buah pikirnya di kanal ini. Karena itu, kanal ini juga kerap dihiasi dinamika ragam isu-isu terkini, baik itu politik, ekonomi, budaya, gaya hidup, dan hal lain yang sedang ramai diperbincangkan di Tanah Air.

Karena kompleksitasnya itu pula, maka pekerjaan untuk meng-kurasi karya-karya yang terbit di kanal fiksiana sepanjang tahun 2017 sungguh tidak mudah. 

Faktor lainnya adalah, jumlah karya cerpen dan puisi-dua jenis karya yang mendominasi kanal ini-yang layak dijadikan "suguhan istimewa" bagi para penikmat sastra relatif banyak. Belum lagi mengingat kuantitas karya seperti yang sudah disebutkan di atas. Tetapi, setidaknya, inilah 5 (lima) karya fiksi istimewa yang menurut saya sebaiknya jangan anda lewatkan:

1. Tanah Para Buyut  

Penggusuran pemukiman masyarakat kelas bawah memang bukanlah tema baru dalam penulisan cerpen. Salah satu cerpen yang mengusung tema itu adalah cerpen fenomenal Lembu di Dasar Laut (Afrizal Malna) yang merupakan cerpen pilihan Kompas pada tahun 1999. Namun, ada beberapa alasan, mengapa cerpen karya Aura Asmaradana ini menjadi sangat istimewa.

Aura sepertinya sangat memahami bahwa kalimat pembuka adalah kunci untuk menarik perhatian pembaca. Hal itu terlihat jelas dari kalimat berikut ini: "Tanah itu masih muda ketika para buyut lahir. Sebidang tanah di sisi sungai besar dengan bau segar yang khas dari ilalang basah. Kini, tanah itu sarat aroma deterjen..." Pembaca seolah diajak untuk melihat langsung tanah yang menjadi pokok cerita melalui deskripsi yang memikat. Tanah digambarkan seperti manusia yang pernah muda-ketika para buyut (leluhur) dilahirkan-namun generasi penerus mereka dan pembangunan telah merampas "kemudaan" itu.

Selain itu, penulis juga menyelipkan pesan tentang lingkungan hidup. "Tanah kadang becek. Mereka menempel di sela jempol dan telunjuk kaki siapa saja. Itu membuat mandi terasa betul gunanya. Ketika pepohonan rindang masih padat membujur di tepian kali, tanah merah basah sulit kering karena tertutup bayang-bayang rimbun. Kini basahnya tanah makin cepat kering." Penggambaran sifat tanah pada paragraf ini sangat menarik. Jika kita membaca dengan cermat, maka kita akan menemukan bahwa kepadatan penduduk adalah biang perubahan sifat tanah itu.

Ide paling cemerlang dalam cerpen realis ini tak lain adalah soal wangsit yang diperoleh Abdul lewat mimpi. Abdul percaya, akan datang seorang dermawan untuk membantu warga bantaran yang akan digusur. Kabar itu membuat seluruh warga jadi berleha-leha, menunggu kedatangan dermawan yang diyakini bisa mengabulkan keinginan mereka. Abdul bahkan meyakinkan ketua RT-yang mengaku telah menjabat selama empat periode-untuk memercayainya.

Cerpen ini seolah mengingatkan masyarakat kita yang masih meyakini hal-hal berbau klenik, agar tidak mengantungkan harapan semata, tetapi nihil dalam berupaya. Bahwa akhirnya warga bantaran tercerabut dari tanah leluhur mereka, itu adalah konsekuensi derap pembangunan. Luka memang, tetapi mereka harus berjuang memulai hidup di tanah tujuan.

Selengkapnya

2. Pertemuan

Pernahkah anda membayangkan tokoh cerita rekaan yang anda tuliskan akhirnya jatuh cinta kepada anda? Wiatmo Nugroho menuliskan perasaan cinta itu seakan benar-benar nyata dalam cerpen ini. Tokoh cerita itu bahkan merasa gelisah dan benar-benar ingin bertemu dengan penulis yang menjadikannya ada.

Salah satu daya tarik cerpen ini adalah kepiawaian sang penulis dalam "menghidupkan" benda mati. "Nasi mengepulkan asap di piring, seperti berebut cepat melarikan diri dari gunungan nasi di piring. Sigap tangan Ragi mengambil cabe, garam, tomat dan entah apalagi. Seperti gerimis deras, penggorengan mengirim suara dari cabe dan tomat yang digorengnya."

Selayaknya orang yang sedang jatuh cinta, rupanya tokoh rekaan juga merasa lelah karena harus mengikuti selera penulisnya: ditarik ke cerita lain yang lagi-lagi, seenak dirinya sendiri. Tetapi, apakah cinta itu lantas memudar?

Rasanya seperti mencari kado kecil yang dibungkus kotak berlapis-lapis saat hampir tiba di ending cerpen ini. Secara tak terduga, sang tokoh rekaan menemukan dirinya telah berada di dalam sebuah lukisan. Anehnya, sang penulis juga berada dalam lukisan yang lain dan sang tokoh rekaan bisa menemui penulisnya. Tokoh rekaan akhirnya memilih pergi karena khawatir sang penulis justru akan merasa bingung akan keberadaan dirinya.

Pada akhirnya, cinta tidak selalu harus bersama. Begitulah pesan yang dapat dipetik dari cerpen dengan tema menarik ini.

Selengkapnya

3. Aku Datang

Sejujurnya, cerpen ini cocok untuk dibaca saat bersantai di akhir pekan. Mengapa? Sebab cerpen ini akan membuat pembacanya tersenyum geli. Meski secara garis besar cerpen karya Andi Wi ini seperti menuturkan pengalaman malang penulisnya, namun bahasanya justru dikemas menggelitik. 

Simak saja penggalan berikut ini: "Akhir-akhir ini aku memang merasa sangat malang. Disibukkan oleh banyak hal sekaligus. Pencapaian-pencapaian nilai. Gagal tes masuk CPNS, ditambah kesibukan baruku: menghadiri banyak sekali undangan pernikahan. Dan untuk itulah sebabnya letak kalender di kepalaku menjadi semrawut."

Saat cerpen ini ditulis (September 2017), memang sedang ada penerimaan CPNS besar-besaran di Tanah Air. Nampaknya, penulis cukup jeli menangkap situasi dan kondisi di sekitarnya lalu memutuskan untuk menuliskannya dalam sebuah cerita. Tentu saja ia tak lupa menambahkan bumbu penyedap lainnya: tokoh aku yang berada di tengah-tengah pesta pernikahan sebagai "hasil akhir" kerumitan mencintai orang yang mencintai orang lain.

Saat membaca paragraf demi paragraf cerpen ini, pembaca akan menemukan jejalan kebingungan, ketidakyakinan, dan ketidakpahaman sang tokoh utama (aku). Adakalanya "aku" melupakan sesuatu hal, lalu di lain waktu, "aku" frustrasi dan memaki dirinya. Hal-hal inilah yang membuat sisi humor dari cerpen ini semakin mencuat.

Penulis menutup cerpen ini dengan kejutan. Setting cerita yang bermula di Taman Elias, ternyata berakhir di situ pula. Tokoh aku berhasil mengingat larik sajak yang dilupakannya yang tak lain adalah karya Andi Wi (penulis cerpen ini).

Selengkapnya

4. Tersesat

Saya merasa harus memasukkan puisi naratif karya Mim Yudiarto ini ke dalam 5 (lima) karya fiksi paling istimewa sepanjang tahun 2017 ini. Alasannya sederhana: puisi yang sarat keresahan ini merupakan cermin laku manusia sehari-harinya. Bahwa siapa saja bisa berbuat baik. Tetapi, sebaik-baiknya berbuat baik, suatu ketika, bisa saja kita sedang atau pernah tersesat.

Aku tersadar tiba-tiba. Guyuran air itu menikam begitu dalam di dada. Tak boleh ada sedikit pun jeda dalam memperhatikan dunia. Setiap detik itu sangat berharga.

Air bisa menyadarkan orang yang sedang terlelap. Lalu bagaimana bila "air" itu akhirnya menikam perasaan kita begitu dalam? Hal itu mungkin terjadi jika kita mencermati apa yang terjadi di sekeliling kita. Lebih peka terhadap masalah-masalah sosial atau kemanusiaan. Karena kita adalah makhluk sosial yang dibutuhkan juga membutuhkan sesama manusia.

Lalu, setelah berbuat baik, apakah kita sudah menjadi pemilik hakiki kehidupan? Tidak semudah itu. Karena mungkin kita akan menemukan persimpangan dan keliru memilih jalan. Tersesat. Untuk itulah Tuhan ada, agar kita dimudahkan untuk menemukan jalan pulang.

Selengkapnya

5. Masa Lalu, Kota dan Aku

Santaplah cerpen ini dan bayangkan anda sedang bersiap untuk menikmati menu makan malam lengkap: appetizer, main course dan ditutup dengan dessert. Penggambaran setting menjadi salah satu kekuatan cerpen ini: "Sebuah bentang archipelago, pesisir, pasir memanjang dengan gelombang yang setia, membawa udara asin pecah di paka-paka ombak. Senja yang selalu merah di garis batas cakrawala. Pada mulanya."

Kekuatan lainnya dari cerpen ini adalah penguasaan historis S. Aji yang terlihat dalam narasi panjang sejarah bentang archipelago yang secara runut mengisahkan sebelum kota atau masa lalu, hingga menjadi kota masa kini yang entah milik siapa.

Bentang archipelago telah bersolek menjadi hutan beton komersil. Imbasnya, monumen dua tradisi laut dan bukit (nelayan dan petani) harus tergeser. Pergeseran itu tentu berdampak pada mata pencarian penduduknya, di mana dikisahkan bahwa tokoh utama dan ibu menjajakan pot bunga setelah sang ibu berhenti sebagai buruh angkut di pasar karena secara fisik sudah tidak mampu lagi. Pilihan itu didasarkan keinginan untuk tidak hidup "mengemis".

30 keluarga yang tersisa di bentang archipelago berusaha keras melawan hari dengan pilihan mereka: bertahan. Tetapi ayah tokoh utama malah memilih untuk pergi, meski sang istri berusaha mencegahnya. Tragisnya, kepergian itu adalah kepergian yang akhirnya berujung maut.

Cerpen ini mengingatkan kita, bahwa kepergian tidak selalu merupakan jalan keluar. Terutama bila itu kepergian yang sia-sia. Meski harus berhadap-hadapan dengan zaman, adakalanya pilihan terbaik adalah bertahan.

Selengkapnya

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun