Pernahkah anda membayangkan tokoh cerita rekaan yang anda tuliskan akhirnya jatuh cinta kepada anda? Wiatmo Nugroho menuliskan perasaan cinta itu seakan benar-benar nyata dalam cerpen ini. Tokoh cerita itu bahkan merasa gelisah dan benar-benar ingin bertemu dengan penulis yang menjadikannya ada.
Salah satu daya tarik cerpen ini adalah kepiawaian sang penulis dalam "menghidupkan" benda mati. "Nasi mengepulkan asap di piring, seperti berebut cepat melarikan diri dari gunungan nasi di piring. Sigap tangan Ragi mengambil cabe, garam, tomat dan entah apalagi. Seperti gerimis deras, penggorengan mengirim suara dari cabe dan tomat yang digorengnya."
Selayaknya orang yang sedang jatuh cinta, rupanya tokoh rekaan juga merasa lelah karena harus mengikuti selera penulisnya: ditarik ke cerita lain yang lagi-lagi, seenak dirinya sendiri. Tetapi, apakah cinta itu lantas memudar?
Rasanya seperti mencari kado kecil yang dibungkus kotak berlapis-lapis saat hampir tiba di ending cerpen ini. Secara tak terduga, sang tokoh rekaan menemukan dirinya telah berada di dalam sebuah lukisan. Anehnya, sang penulis juga berada dalam lukisan yang lain dan sang tokoh rekaan bisa menemui penulisnya. Tokoh rekaan akhirnya memilih pergi karena khawatir sang penulis justru akan merasa bingung akan keberadaan dirinya.
Pada akhirnya, cinta tidak selalu harus bersama. Begitulah pesan yang dapat dipetik dari cerpen dengan tema menarik ini.
Sejujurnya, cerpen ini cocok untuk dibaca saat bersantai di akhir pekan. Mengapa? Sebab cerpen ini akan membuat pembacanya tersenyum geli. Meski secara garis besar cerpen karya Andi Wi ini seperti menuturkan pengalaman malang penulisnya, namun bahasanya justru dikemas menggelitik.Â
Simak saja penggalan berikut ini: "Akhir-akhir ini aku memang merasa sangat malang. Disibukkan oleh banyak hal sekaligus. Pencapaian-pencapaian nilai. Gagal tes masuk CPNS, ditambah kesibukan baruku: menghadiri banyak sekali undangan pernikahan. Dan untuk itulah sebabnya letak kalender di kepalaku menjadi semrawut."
Saat cerpen ini ditulis (September 2017), memang sedang ada penerimaan CPNS besar-besaran di Tanah Air. Nampaknya, penulis cukup jeli menangkap situasi dan kondisi di sekitarnya lalu memutuskan untuk menuliskannya dalam sebuah cerita. Tentu saja ia tak lupa menambahkan bumbu penyedap lainnya: tokoh aku yang berada di tengah-tengah pesta pernikahan sebagai "hasil akhir" kerumitan mencintai orang yang mencintai orang lain.