Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Bunga-bunga Mahoni yang Bermekaran

27 September 2016   13:28 Diperbarui: 27 September 2016   16:18 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menggeleng malu, “Bukan, cuma hobi sekadar menghabiskan waktu.”

“Baiklah,” lelaki itu mengempaskan kembali tubuhnya di bawah pohon mahoni, “jangan terlalu lama, karena jika telinga saya mulai berdengung, saya tak bisa hanya duduk berdiam diri.”

“Berdengung?” Saya meraba-raba dalam hati. Mungkin itu sebabnya, lelaki itu berkali-kali membuka dan menutup sepasang telinganya.

“Sudah berbulan-bulan,” keluhnya sedih. “Sesekali muncul, lalu tiba-tiba menghilang. Saya belum pulang beberapa hari terakhir. Terus berjalan tak tentu arah seperti orang gila saja.”

Jadi itulah sebabnya mengapa pakaiannya terlihat lusuh. Lelaki itu pasti sangat tersiksa. Melukis bisa ditunda sejenak. Sudah lama saya tak berbincang dengan orang seusia almarhum ayahku. Gadis sepertiku harus sering mendengarkan pengalaman-pengalaman hidup untuk memperkaya diri. Itulah pesan ayahku sebelum berpulang.

“Kalau boleh tahu, apa sebabnya?”

“Entahlah. Beberapa dokter mengatakan saya mengalami gangguan pendengaran karena sering berada di tempat yang berisik. Saya sudah minum obat dan menjalani terapi. Percuma. Gangguan itu semakin menjadi-jadi. Sekarang, saya bahkan mendengar suara-suara bisikan.”

“Bisikan?” Jantungku berdegup lebih kencang. Jangan-jangan lelaki di sebelahku ini mengalami gangguan kejiwaan.

Lelaki itu menatapku dan tertawa kecil. “Bukan seperti yang kamu pikirkan. Bisikan-bisikan itu berasal dari masa lalu.”

Kedua pipiku memanas. “Maaf, saya tidak bermaksud....”

“Bukan salahmu. Awalnya, saya juga berpikir demikian.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun