“Aku berjanji,” jawab lelaki itu lantas melemparkan tombak di tangannya. “Beri aku sedikit waktu.”
Ketika lelaki itu merengkuh diriku dalam pelukannya, aku menyerah pada keinginannya. Entah sampai kapan.
***
Rindu itu semakin menguat dalam sorot mata lelaki itu dan membuatnya mulai kehilangan akal. Ia terus membisikkan bujuk rayu yang membuatku tersiksa. Kata-kata darinya berhamburan dan berdengung di telingaku bagai lebah. Membunuhku perlahan-lahan dalam ketakutanku. Rindu. Kali ini, aku bahkan lebih tersiksa dari sebelumnya. Padahal, aku bertahan dalam hutan ini demi terbebas dari rindu.
Malam telah larut. Aku tak dapat menunda niatku lebih lama lagi. Aku berjalan mengendap-endap, mendekati lelaki yang sedang terlelap dalam mimpinya. Tombak di tanganku berkelebat dalam bayang-bayang malam. Lolongan panjang memecah malam, lalu hutan kembali sunyi. Airmataku mengalir deras. Derita panjangku akhirnya berujung. Aku telah membunuh rindu.
***
Tepian DanauMu, 19 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H