Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membunuh Rindu

19 September 2016   23:36 Diperbarui: 20 September 2016   00:15 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika aku menyampaikan niatku, lelaki itu malah mencegahku. Kemarahan menyala-nyala dalam pandangannya.

“Kau ingin meninggalkanku? Bukankah aku sudah mengatakan padamu bahwa kita akan bersama-sama membunuh rindu milikmu?”

“Itu dulu,” bantahku. “Sekarang, aku justru menemukan rindu itu dalam sorot matamu. Kau menyiksaku!” Aku mulai tersedu.

“Kita bisa mengatasinya,” bujuk lelaki itu, “percayalah padaku.”

“Tidak, aku harus pergi. Sebelum rindu itu membunuhku. Kecuali… kau bisa membunuh rindu itu selamanya dari dirimu.”

Lelaki itu mendesah. “Maafkan aku, aku takkan bisa. Aku telah merindukanmu. Kau tahu artinya? Aku mencintaimu.”

Aku menyeka air mataku. “Kau sudah mengakuinya. Sekarang, biarkan aku pergi. Aku akan mati bila terus berada di sisimu.”

“Mengapa harus pergi? Kita bisa menikmati rindu itu bersama-sama. Ini rindu kita, milik kita,” bujuk lelaki itu.

“Kau mengingkari janji,” sergahku marah. “Aku berada di hutan ini untuk pergi sejauh mungkin dari rindu. Bagaimana mungkin kau menawarkan padaku untuk menikmatinya?”

Lelaki itu meraih kedua tanganku. “Kau bisa mencobanya demi aku. Jika kau masih bersikeras pergi, maka aku yang akan mati,” ancamnya. Lelaki itu melepaskan genggamannya dan mengambil sebuah tombak, “aku akan membunuh diriku sendiri dengan ini.”

“Jangan!” cegahku. Aku menubruk tubuh lelaki itu, menahan tangannya agar tak mengayunkan tombak. “Baiklah, aku akan menunggu hingga kau berhasil membunuh rindu itu. Berjanjilah, kau akan melakukannya untukku.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun